BAB I PENDAHULUAN. peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memerankan bagian yang sangat

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesatuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah simbol verbal yang sangat penting dalam. menyampaikan suatu pesan. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. konsep berkomonikasi, berintreraksi serta menerima informasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

BAB 1 PENDAHULUAN. tekhnologi semakin maju. Kebutuhan masyarakat akan informasi semakin banyak, hal

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan sekalipun sangat

BAB I PENDAHULUAN. televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya Kuliah Kerja Media

BAB I PENDAHULUAN. Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut

BAB I PENDAHULUAN. besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. 1 Manfaat tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menjalankan segala aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Contoh dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai perpaduan dua aktivitas, yaitu aktivitas belajar dan aktivitas mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali, seperti yang telah diamanatkan dalam Undang undang Dasar. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai acara menarik yang dimiliki oleh masing-masing channel

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Indonesia seperti adanya program sertifikasi, dan SM-3T.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. itulah terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. sorotan tajam dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena pendidikan

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Siaran televisi adalah pemancar sinyal listrik yang membawa muatan gambar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Oleh karena itu, guru harus dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar. Guru sebagai pengelola pembelajaran beperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Guru harus dapat mengorganisasi berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Tujuan yang harus dicapai siswa telah dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, 1

2 dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Salah satu standar kompetensi yang dimuat dalam Standar Isi 2006 yaitu Standar Kompetensi 1. Memahami berita dan laporan. Standar Kompetensi ini diterapkan pada siswa kelas XII Semester 1. Dalam standar kompetensi ini terdapat dua kompetensi dasar, salah satunya siswa harus dapat membedakan fakta dan opini yang terdapat di dalam berita dari berbagai sumber. Berdasarkan Kompetensi Dasar 1.1 seharusnya siswa kelas XII sudah dapat membedakan antara fakta dan opini yang terdapat di dalam berita. Kenyataan membuktikan bahwa keterampilan siswa dalam membedakan fakta dan opini masih dalam kategori kurang. Kurangnya kemampuan siswa membedakan fakta dan opini tergambar dari penelitian yang pernah dilakukan Purba (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Metode Berbasis Tugas Terhadap Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Siswa Kelas XI SMA Swasta Teladan Sumatera Utara Tahun Pembelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa siswa masih kurang mampu membedakan antara fakta dan opini yang dibuktikan dari rata-rata nilai siswa sebesar 67,88. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran. Sanjaya (2006:50) mengatakan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhinya, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

3 Berdasarkan faktor guru, ada empat kemungkinan yang menjadi penyebabnya. Pertama, guru tidak berusaha mencari informasi apakah materi yang disampaikan sudah dipahami siswa atau belum. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir melalui proses berpikirnya sendiri. Ketiga, guru tidak mau berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya. Keempat, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan yang paling menguasai pengajaran dibandingkan siswa. Guru menganggap hal terpenting bagi siswa adalah menguasai pelajaran dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berpikir. Padahal, mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir dan menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Materi pembelajaran seharusnya digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir, bukan sebagai tujuan. Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilangan motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak berpikir siswa sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya. Proses belajar mengajar seperti yang disampaikan di atas sering diterapkan oleh guru sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar dan referensi lain. Sejalan dengan hal itu, Trianto (2009:246) mengatakan bahwa penampilan (performance) guru di muka kelas belum memuaskan. Menurutnya, kemajuan dan perkembangan ilmu

4 pengetahuan dan teknologi (iptek) menuntut adanya penyesuaian pengembangan kemampuan guru khususnya dan pengembangan pendidikan di sekolah umumnya dalam alih teknologi. Kurangnya kemampuan guru dalam penggunaan teknologi lumrah dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Padahal, guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam mengajar. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, setiap orang termasuk guru bisa memperoleh pengetahuan lewat berbagai media dan berbagai sumber belajar. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang inovatif agar siswa tertarik untuk mempelajari dan memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran memiliki banyak jenis dan klasifikasinya. Setiap media memiliki keunggulan dan kelemahan atau keterbatasan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan setiap jenis media sangat penting manfaatnya. Guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih atau guru sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki. Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan adalah televisi. Jika dilihat dari sifatnya, pada dasarnya media televisi termasuk ke dalam media audiovisual, yaitu perpaduan antara suara dan gambar yang secara bersamaan bisa dilihat dan didengarkan. Media audiovisual dianggap lebih baik dan menarik perhatian siswa karena mengandung kedua unsur tersebut. Darwanto

5 (2005:101)juga menjelaskan bahwa hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan sarana audio visual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20% - 25%. Media audiovisual sangat cocok digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk menunjukkan secara langsung praktik kegiatan berbahasa yang sesungguhnya atau praktik kegiatan berbahasa yang sudah dimodifikasikan sebagai media pembelajaran. Televisi memberikan banyak sekali kemudahan dalam mengakses setiap programnya, baik yang berupa program berita yang menyajikan informasi secara aktual, cepat, dan akurat maupun tayangan yang berupa hiburan yang memberikan pengalihan dari segala kesibukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut yang mendorong stasiun televisi di Indonesia untuk memberikan program-program terbaik yang dapat menarik perhatian penonton, termasuk PT Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV). Dalam penyajian program berita, SCTV mengedepankan keaktualan, ketajaman serta keakuratan berita tanpa mengabaikan cara pengemasan acara tersebut. Salah satu program berita yang ditayangkan di SCTV antara lain adalah Liputan 6 (Pagi, siang, petang dan malam), Buser, SIGI dan Potret. Pada penelitian ini, program berita Liputan 6 SCTV dipilih sebagai media pembelajaran. Pemilihan program Liputan 6 SCTV karena sudah menjadi salah satu sumber informasi yang terpercaya yang isi beritanya aktual, tajam dan terpercaya. Selama beberapa tahun terakhir yang juga menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap berita, terlebih peneliti merasakan

6 sendiri manfaat dari menonton program berita liputan 6 dalam kehidupan seharihari. Liputan 6 SCTV sudah memberikan banyak manfaat dalam pembaharuan akan informasi yang sedang terjadi. Liputan 6 SCTV menyajikan berbagai konten berita di setiap penayangannya. Konten berita dalam program tersebut antara lain, politik, hukum dan kriminal, ekonomi bisnis, olah raga, laporan tentang berita ibukota, laporan yang terjadi di daerah-daerah di seluruh Indonesia, program khusus mengenai berita luar negeri dan berita kriminal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan siswa membedakan fakta dan opini dengan menggunakan media berita Liputan 6 SCTV dengan menetapkan judul, Pengaruh Media Berita Liputan 6 di SCTV terhadap kemampuan membedakan Fakta dan Opini Oleh Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Tarutung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. rendahnya kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini, 2. metode pembelajaran yang masih monoton sehingga kurang memotivasi siswa dalam membedakan fakta dan opini, 3. media yang digunakan dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini masih bersifat konvensional,

7 4. kurangnya penyesuaian pengembangan kemampuan guru dalam bidang teknologi, 5. belum digunakannya berita Liputan 6 SCTV sebagai media pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Penelitian memerlukan adanya pembatasan masalah agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas. Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini dibatasi pada masalah nomor satu dan nomor lima, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini dan belum digunakannya media pembelajaran seperti Liputan 6 SCTV untuk meningkatkan kemampuan siswa membedakan fakta dan opini. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. bagaimana kemampuan membedakan fakta dan opini siswa kelas XII SMA Negeri 1 Tarutung tahun pembelajaran 2013/2014 sebelum menggunakan media berita Liputan 6 SCTV? 2. bagaimana kemampuan membedakan fakta dan opini siswa kelas XII SMA Negeri 1 Tarutung tahun pembelajaran 2013/2014 sesudah menggunakan media berita Liputan 6 SCTV?

8 3. apakah ada pengaruh penggunaan media berita Liputan 6 SCTV terhadap kemampuan membedakan fakta dan opini oleh siswa kelas XII SMA Negeri 1 Tarutung? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah diuraikan di bawah ini. 1. Untuk menggambarkan kemampuan membedakan fakta dan opini sebelum menggunakan media berita Liputan 6 SCTV. 2. Untuk menggambarkan kemampuan membedakan fakta dan opini sesudah menggunakan media berita Liputan 6 SCTV. 3. Untuk menggambarkan pengaruh penggunaan media berita Liputan 6 SCTV terhadap kemampuan membedakan fakta dan opini. F. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat secra teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori khususnya mengenai teori yang berhubungan dengan media pembelajaran.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Penelitian ini dapat menginspirasi guru untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam kegiatan belajar mengajar, khusunya dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini yang terdapat dalam berita. Guru juga dapat menerapkan media ini dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah semangat belajar bagi siswa. b. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam materi membedakan fakta dan opini c. Bagi Siswa Siswa memperoleh pengetahuan baru dalam kegiatan belajar, lebih dapat bersemangat dalam belajar khususnya dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini. Siswa dapat aktif dalam pembelajaran dan dapat mengeksplorasi idenya serta mendapatkan pengalaman belajar membedakan fakta dan opini dengan menggunakan media.