HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 2. Nomor 1. Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI HEMODIALISA RUANG DAHLIA BLU RSUP PROF. DR. R. D.

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT. Key word: Nurse Service, Patient Satisfaction, Service Dimension RINGKASAN

ABSTRAK. Kata kunci : tingkat pendidikan, masa kerja perawat, tindakan pemasangan infus sesuai standart operating procedure

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA MENCEGAH FLEBITIS

Anggraeni Purnama S¹, Edy Wuryanto, S.Kep, M.Kep², Suyono, SKM, M.Kes³. Abstrak

ERIYANTO NIM I

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

DAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE

TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP A BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. DR. R.

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus tempat perawatan bagi orang sakit. Menurut Hanskins et al (2004)

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Rev., cet. 14. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.DR.R.

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN FLEBITIS PADA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA PADA TANGAN DOMINAN DENGAN NONDOMINAN DI RUMAH SAKIT PARU

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013

ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DOKTER PASIEN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

Oleh : Rahayu Setyowati

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

HUBUNGAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI IRNA BEDAH RSUD SELASIH KABUPATEN PELALAWAN. Neneng Fitria Ningsih S.Kep.M.

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah (RSUD) Prof. DR. Aloe Saboe kota Gorontalo. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei s.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

DETERMINAN KEWASPADAAN UMUM DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG 2006

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DADURAT (IGD) RSUP PROF. DR. R. D.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

: PAMBUDI EKO PRASETYO

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

HUBUNGAN PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN BPJS RAWAT INAP DI RUANG HANA RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG UNIVERSAL PRECAUTIONS DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTIONS PADA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Febrianty J. Lumolos Mulyadi Abram Babakal Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: lumolosfebriantyjenifer@yahoo.com Abstract:Intravenous therapy used for treat various patient conditions. Phlebitis is one of many complication of intravenous therapy distribution. Purpose this study is to know relation knowledge of the patient about infusion teraphy (intravenous) with phlebitis incidence at IRINA A Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. This study implemented with cross sectional method, sampling poll with total sampling. Obtained total sample is 30 peoples. Data analysis was perfomed using chi-square at the 95% significance level (α 0,05). The result of this study obtained respondents with highest result are patient with male sex (80%), age 31-40 (43,3%), education highschool (53,3%), and most of the respondents have a good knowledge about infusion therapy (76,7%) and not exposed phlebitis (80%). Result of statistic test is no relation between patient knowledge about infusion therapy with phlebitis insidence with P value=0,120> α=0,05. For nursing profesion particulary hospital nurse need to do health education to patient about infusion therapy with the complication. For the patient being on treatment infusion therapy must attention that the medical personil information to prevent the complication of the infusion therapy. Keywords : infusion, phlebitis, knowledge Abstrak: Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien. Flebitis merupakan salah satu komplikasi dari pemberian terapi intravena. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis di ruang IRINA A Bawah BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode cross sectional, pemilihan sampel dengan total sampling. Jumlah sampel yang ditemukan 30 responden. Teknik analisa data menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan hasil tertinggi adalah pasien berjenis kelamin laki-laki (80%), umur 31-40 tahun (43,3%), pendidikan SMA (53,3%), dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang terapi infus (76,7%) dan tidak mengalami flebitis (80%). Hasil uji statistik adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis dimana P value = 0,235 > α=0,05. Untuk profesi perawat khususnya perawat di rumah sakit perlu melakukan tindakan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang terapi infus dan komplikasinya. Bagi pasien yang sedang dalam perawatan terapi infus harus memperhatikan apa yang disampaikan tenaga medis agar tidak terjadi komplikasi dari terapi infus. Kata kunci : Terapi infus, flebitis, pengetahuan

PENDAHULUAN Hampir semua pasien yang dirawat di rumah sakit 50% diantaranya mendapat terapi intravena. Terapi ini hampir diberikan di semua unit pelayanan kesehatan seperti ditemukan dalam perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory, dan perawatan kesehatan di rumah. Hal ini membuat besarnya populasi yang berisiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intravena (D. Schaffer, Susan, dkk, 2000). Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien. Meskipun kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakit mendapat terapi intravena, pengobatan meluas di luar populasi ini ke lingkungan rawat jalan, perawatan jangka panjang, dan perawatan di rumah untuk infus cairan, produk darah, obat, dan nutrisi parental (La Rocca, Otto, 1998). Tindakan terapi intravena adalah terapi yang bertujuan untuk mensuplai cairan melalui vena ketika pasien tidak mampu mendapatkan makanan, cairan elektrolit lewat mulut, untuk menyediakan kebutuhan garam untuk menjaga keseimbangan cairan, untuk menyediakan kebutuhan gula (glukosa/dekstrosa) sebagai bahan bakar untuk metabolisme, dan untuk menyediakan beberapa jenis vitamin yang mudah larut melalui intravena serta menyediakan medium untuk pemberian obat secara intravena (Smeltzer, 2002). Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay, 2006). Flebitis merupakan salah satu komplikasi dari pemberian terapi intravena. Flebitis (phlebitis) didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan internal vena (PPNI, 2009) yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak, dan hangat, serta dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan (Nursalam, 2012). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis, antara lain faktor mekanisme seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius, rotasi tempat 72-96 jam dapat mengurangi flebitis dan set infus harus diganti jika rusak atau secara rutin tiap 72 jam (Darmawan, 2008 dalam Nugroho, 2013). Disamping itu, kepatuhan pasien saat terpasang infus sangat berpengaruh dengan tingkat kejadian phlebitis misalnya pasien sering bergerak pada area terpasang infus, pasien lupa mematikan infus pada saat ke kamar mandi. Apabila pasien sering bergerak selama terpasang infus akan mengakibatkan phlebitis seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri disepanjang vena. Hal ini sangat merugikan bagi pasien karena infus yang seharusnya dilepas setelah 72 jam kini harus dilepas sebelum waktunya. Selain itu juga menambah biaya perawatan (Darmawan, 2008 dalam Yunus, 2012). Kepatuhan pasien dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan. Pasien yang mendapatkan terapi intravena perlu memperoleh informasi yang memungkinkan mereka melindungi tempat penusukan intravena mereka dan untuk melaporkan komplikasi-komplikasi kepada perawat (La Rocca, Otto, 1998). Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 Kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita komplikasi dari infeksi yang diperoleh di rumah sakit. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara (11,8% dan 10,0% masingmasing), dengan prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-masing di Kawasan Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2002 dalam Nugroho, 2013). Di Indonesia belum ada angka pasti tentang prevalensi flebitis mungkin disebabkan penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan publikasinya masih jarang. Contohnya angka kejadian

flebitis di salah satu rumah sakit di Jakarta didapatkan 10%. Angka tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standart yang ditetapkan oleh Intravenous Nurses Society (INS) 5% (Pujasari dan Sumawarti, 2002 dalam Nugroho, 2013). Berdasarkan data yang ada di IRINA A Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado didapatkan jumlah pasien yang terpasang infus dari bulan Januari - Maret 2014 terdapat 435 pasien. Berdasarkan wawancara dengan perawat pelaksana dan data dari buku laporan harian IRINA A Bawah dari jumlah tersebut ada beberapa pasien yang terkena flebitis padahal para tenaga medis khususnya perawat sudah mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ada. Studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasien IRINA A Bawah, menunjukkan bahwa 7 pasien menyatakan tahu tentang terapi infus dengan tidak terdapat tanda-tanda flebitis dan 3 pasien menyatakan tidak tahu tentang terapi infus dengan 2 dari 3 pasien tersebut terdapat tanda-tanda flebitis stadium awal. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan pengetahuan pasien tentang terapi infus (intravena) dengan kejadian flebitis di IRINA A Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian telah dilaksanakan di IRINA A Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di IRINA A Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang terpasang infus hari ketiga. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling atau sampel jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Analisis yang dipakai adalah teknik korelasi, maka sampel yang harus diambil minimal 30 kasus (Efendi, 2012). Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu pasien yang terpasang infus hari ketiga. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lembar kuesioner tentang pengetahuan yang terdiri dari 15 pernyataan positif dengan penilaian menggunakkan skala Guttman yaitu nilai 1 jika jawaban ya dan 0 jika jawaban tidak, dengan nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 15, penilaian menggunakan nilai median yaitu baik jika > 7,5 dan cukup baik jika < 7,5. Dan lembar observasi menggunakan skor VIP (Visual Infusion Phlebitis) yaitu tidak flebitis skor 0: IV line tampak sehat; flebitis skor 1: sedikit nyeri dekat IV line, sedikit kemerahan dekat IV line; skor 2: nyeri pada IV line, kemerahan, pembengkakan; skor 3: nyeri sepanjang kanul, kemerahan, pembengkakan; skor 4: nyeri sepanjang kanul, kemerahan, pembengkakan, vena teraba keras; skor 5: nyeri sepanjang kanul, kemerahan, pembengkakan, vena teraba keras, pireksa. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer dengan membuat distribusi frekuensi. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karateristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, pengetahuan dan kejadian flebitis. Untuk analisis bivariat menggunakan uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan tingkat kemaknaan 95 % (α > 0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS. Etika dalam penelitian ditekankan pada prinsip manfaat, prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity), dan prinsip keadilan (right to justice).

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,Umur dan Pendidikan Karakteristik n % Responden Jenis Kelamin Laki-laki 24 80,0 Perempuan 6 20,0 Umur 11-20 6 20,0 21-30 4 13,3 31-40 13 43,3 41-50 4 13,3 51-60 3 10,0 Pendidikan SD 2 6,7 SMP 8 26,7 SMA 16 53,3 Perguruan Tinggi 4 13,3 Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Tentang Terapi Infus dan Variabel n % Pengetahuan Pasien Tentang Terapi Infus Baik 23 76,7 Cukup Baik 7 23,3 Total 30 100,0 Tidak flebitis 24 80,0 Flebitis 6 20,0 Total 30 100,0 Tabel 3 Analisis Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Terapi Infus dengan Pengetahuan Pasien Flebitis % Tida k Flebitis % n % Baik 3 13,0 20 87 2 3 100 Cukup 3 42,9 4 57,1 7 100 Baik Total 6 20,0 24 80,0 3 100 0,0 Responden dalam penelitian ini adalah pasien yang terpasang infus hari ketiga yang berjumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai karateristik responden menurut jenis kelamin, mayoritas laki-laki yaitu sebesar 80,0%. Umur responden digolongkan menjadi 5 kategori, dimana sebagian besar responden masuk pada kategori umur 31-40 yaitu 43,3%. Responden sebagian besar memiliki pendidikan SMA yaitu sebesar 53,3%. Analisis menggunakan uji Chi square yang dilakukan pada responden yang berjumlah 30 orang untuk melihat hubungan antara pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis. Hasil yang diperoleh ada 3 (13,0%) dari 23 responden dengan pengetahuan baik yang mengalami flebitis dan responden dengan pengetahuan cukup baik yaitu 3 (42,9%) dari 7 responden yang mengalami flebitis, nilai p 0,120 (> 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis di IRINA A Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data hasil analisis diperoleh ada responden yang mengalami flebitis walaupun memiliki pengetahuan tentang p 0,12

terapi infus baik. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan pengetahuan baik tidak terlepas dari kejadian flebitis. Meskipun dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis tapi pendidikan pasien tetap harus diperhatikan karena pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien saat terpasang infus sangat berpengaruh dengan tingkat kejadian phlebitis misalnya pasien sering bergerak pada area terpasang infus, pasien lupa mematikan infus pada saat ke kamar mandi. Apabila pasien sering bergerak selama terpasang infus akan mengakibatkan phlebitis seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri disepanjang vena. Hal ini sangat merugikan bagi pasien karena infus yang seharusnya dilepas setelah 72 jam kini harus dilepas sebelum waktunya. Selain itu juga menambah biaya perawatan (Darmawan, 2008 dalam Yunus, 2012). KESIMPULAN Responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi infus, responden sebagian besar tidak mengalami flebitis, tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang terapi infus dengan kejadian flebitis dalam penelitian ini. Nugroho, S. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Sikap Pasien dalam Penggantian Posisi Infus di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan. Vol. 01. No. XIV. http:// stikesmuhla. ac. id/ v2/ wp-content/ uploads/ jurnalsurya/ noxiv/6. pdf. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014. Nursalam (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Editor Suzanne C. Smeltzer. Alih Bahasa Monika Ester. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Yunus, Andhi Ahmad (2012). Hubungan Kepatuhan Pasien yang Terpasang Infus dengan Kejadian Phlebitis di Ruang Teratai dan Bogenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan. DAFTAR PUSTAKA D. Schaffer, Susan, dkk, (2000). Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman(Pocket Guide Infection Prevention and Safe Practise). Jakarta: EGC PenerbitBuku Kedokteran. Hinlay. (2006). Terapi Intravena pada pasien di rumah sakit. Yogyakarta: Nuha Medika. La Rocca Joanne C., Otto Shirley E. (1998). Seri Pedoman Praktis TerapiIntravena Edisi 2. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.