BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun pengelolaannya, tetapi juga karena sebab-sebab bukan maternal kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap program KB melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Jumlah akseptor KB di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1991. Pada tahun 2013 akseptor KB di Indonesia tercatat sebesar 76,73% (Kemenkes RI, 2014). Manfaat program KB sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi pria maupun kesehatan reproduksi wanita. Peran bagi kesehatan reproduksi pria/suami antara lain, mencegah dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti, sifilis, gonorhea, dan penyakit kelamin lain, dikarenakan tidak menggunakan alat kontrasepsi (kondom) ketika melakukan hubungan seksual dengan istri yang terkena IMS (Suratun, 2008). Sementara itu, peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita di antaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi; eklamsia, abortus, emboli obstetri, komplikasi masa nifas, serta terjadinya pendarahan yang disebabkan

karena sering melakukan proses persalinan. KB juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat dalam menghadapi proses persalinan, karena apabila terlalu muda atau terlalu tua dapat mengakibatkan risiko terjadinya pendarahan serius yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan calon bayi (Depkes, 2007). Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih melebihi target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup (BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International, 2013). Salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu pernikahan dan kehamilan pada usia dini. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2012, 2,6% penduduk menikah pada usia 15 tahun dan 23,9% menikah pada usia 15-19 tahun. Sementara itu angka kehamilan penduduk perempuan usia 10-54 tahun sebesar 2,68%, terdapat pula kehamilan di bawah usia 15 tahun yakni sebesar 0,02%, dan 1,97% kehamilan pada usia remaja 15-19 tahun (Kemenkes RI, 2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pengaturan usia perkawinan dan pengaturan waktu kehamilan melalui program KB untuk mencegah peningkatan AKI dan AKB di Indonesia. Salah satu kunci keberhasilan program KB yakni keterlibatan semua pihak baik dari institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat serta keterlibatan 2

seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pelayanan Keluarga Berencana ditujukan kepada Pasangan Usia Subur (PUS), yang berarti baik istri maupun suami harus ikut terlibat di dalamnya. Hal yang mendasar dalam pelaksanaan pengembangan program partisipasi suami maupun istri untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan perilaku suami atau istri tentang Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi (Siswosudarmo, 2007). Salah satu cara meningkatkan peran suami untuk mendukung istri ataupun sebaliknya dalam mengikuti program Keluarga Berencana, yaitu berupa pemberian pengetahuan yang cukup tentang program KB dan kesehatan reproduksi di dalam keluarga. Faktor pengetahuan suami maupun istri sebagai peserta KB berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur pasangan dalam menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami/istri yang memiliki pengetahuan yang baik tentang KB akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan pasangannya menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasangannya. Selain pengetahuan, sikap suami/istri juga merupakan faktor yang berperan dalam keberhasilan program KB, karena apabila penerimaan perilaku baru (program KB) atau adopsi perilaku didasarkan pada pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku penggunaan KB akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila dalam penerimaan perilaku baru (program KB) tidak didasarkan pada pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama (BKKBN, 2012). 3

Berdasarkan penelitian Astuti E. (2014), di wilayah kerja Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas, disimpulkan bahwa dari 61 suami hanya ada 14,75% yang memberikan dukungan kepada istri dalam pemilihan alat kontrasepsi. Sebagian besar responden tidak menggunakan alat kontrasepsi disebabkan tidak memperoleh dukungan suami. Mereka lebih memilih tidak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan takut melawan suami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sukarami Palembang, didapatkan hasil frekuensi keikutsertaan suami dalam ber-kb dengan kategori berperan serta dalam program KB sebesar 20,4%, frekuensi pengetahuan suami dengan keikutsertaan ber-kb dengan kategori kurang sebesar 83,3% dan frekuensi sikap negatif suami sebesar 72,2% (Vasra, 2009). Sedangkan hasil penelitian Fridalni (2012), didapatkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 45,5%, responden yang memiliki dukungan rendah sebesar 60,6%, dan sebesar 57,6% responden bukan akseptor (tidak ikut serta KB). Dampak negatif bila suami ataupun istri tidak saling mendukung Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi yakni bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan antara peran wanita dan pria dalam bidang Keluarga Berencana. Selain itu, perempuan juga cenderung dijadikan sasaran dalam masalah kesehatan reproduksi. Sikap peduli terhadap masalah kesehatan reproduksi perempuan selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan tidak menjadi tanggung jawab perempuan saja, melainkan menjadi 4

tanggung jawab bersama antara pria dan wanita dalam membina keluarga sejahtera (Sofyan, 2011). Berdasarkan penelitian Novianti (2014), diketahui ada hubungan antara persepsi (p value 0,014) dan dukungan keluarga (p value 0,006) dengan partisipasi pria dalam ber-kb. Berdasarkan penelitian Lina (2012), diketahui ada hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan ber-kb. Sedangkan Berdasarkan penelitian Rizkitama (2015), tidak ada hubungan antara pengetahuan (p value 0,054) dengan partisipasi aktif pria dalam program vasektomi. Berdasarkan penelitian Fridalni (2012), tidak ada hubungan antara sikap tentang KB (p value 0,301) dengan keikutsertaan KB di RW III Kelurahan Korong Gadang wilayah kerja Puskesmas Kuranji Padang tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat inkonsistensi hasil dimana ada yang menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan keikutsertaan ber-kb, ada pula yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan keikutsertaan ber- KB. Pendataan jumlah akseptor KB di suatu wilayah perlu dilakukan, karena data tersebut dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan program KB. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 81,61%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (80,2%) (Kemenkes RI, 2014). Data Binkesmas Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2014 menyimpulkan bahwa Puskesmas Purwosari memiliki angka akseptor KB terendah sebesar 73,76% dari 3.099 Pasangan 5

Usia Subur (PUS) dibandingkan dengan rata-rata jumlah akseptor KB di 16 Puskesmas lainnya yang sebesar 81,19%. Angka tersebut masih berada di bawah target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, yakni sebesar 80% pada tahun 2014. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Purwosari terhadap 10 orang responden yang tidak ber-kb, untuk variabel pengetahuan tentang KB didapatkan hasil 40% responden berpengetahuan baik, sementara 60% berpengetahuan tidak baik. Sementara untuk variabel sikap, didapatkan hasil 50% responden memiliki sikap positif terhadap KB, sedangkan 50% responden memiliki sikap negatif. Sedangkan untuk variabel dukungan keluarga, 40% responden memiliki dukungan baik terhadap program KB, sementara 60% memiliki dukungan tidak baik terhadap program KB. Oleh karena itu, peneliti tertarik menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-kb di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-kb di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta? 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber- KB di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan gambaran karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. b. Mendeskripsikan gambaran pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang program KB di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-kb di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. d. Menganalisis hubungan antara sikap dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-kb di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. e. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-kb di wilayah kerja Puskesmas Purwosari Kota Surakarta. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan Puskesmas Purwosari Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk merencanakan program KB dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat dalam ber-kb sehingga dapat mewujudkan visi dari Program KB Nasional. 2. Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perencanaan program peningkatan kepesertaan KB di wilayah kerja Puskesmas Purwosari. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan dukungan keluarga dengan keikutsertaan PUS dalam program Keluarga Berencana (KB). 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam program KB. 8