ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ADSORBEN ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

Kajian Termodinamika Adsorpsi Hibrida Merkapto-Silika dari Abu Sekam Padi Terhadap Ion Co(II)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

KAJIAN ADSORPSI RHODAMIN B PADA HUMIN

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Adsorpsi Pb 2+ dan Cu 2+ Menggunakan Kitosan-Silika dari Abu Sekam Padi

Mita Rilyanti, Buhani dan Fitriyah. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung Jl. S. Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Indo. J. Chem. Sci. 3 (3) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

ADSORPTION KINETICS OF Pb(II), Cd(II) AND Cr(III) ON ADSORBENT PRODUCED BY PROTECTED-CROSSLINKING OF HUMIC ACID-CHITOSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

PROGRAM STUDI S3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

ADSORPSI TIMBAL DENGAN HIBRIDA MERKAPTO-SILIKA DARI ABU JERAMI PADI GITA HERDIANA PUTRA

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Otta Richard Bena Pinem ( ) Taufiq Fajar Sani ( )

IMMOBILIZATION OF HUMIC ACID ON CHITOSAN BEADS BY PROTECTED CROSS- LINKING METHOD AND ITS APPLICATION AS SORBENT FOR Pb(II)

Adsorpsi Congo Red (Roy Andreas dan Tien S) ADSORPSI CONGO RED PADA HUMIN HASIL ISOLASI DARI TANAH HUTAN DAMAR BATURRADEN PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Optimasi Kondisi Penyerapan Ion Aluminium Oleh Asam Humat

KAJIAN ADSORPSI Ag(S 2 O 3 ) 2 3- DALAM LIMBAH FOTOGRAFI PADA ADSORBEN KITIN DAN ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA KITIN

KAJIAN ISOTERM ADSORPSI ION Ni(II) dan Zn(II) PADA BIOMASSA Porphyridium sp. YANG DIMODIFIKASI DENGAN SILIKA MAGNET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAPASITAS ADSORPSI KOMPOSIT BESI OKSIDA KITOSAN TERHADAP ION LOGAM Pb(II) DALAM MEDIUM CAIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring

KAJIAN ADSORPSI METILENA BIRU PADA HUMIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

Indonesian Journal of Chemical Science

Penurunan Kadar.. (Tien setyaningtyas dan Roy A) PENURUNAN KADAR ZAT WARNA RODAMIN B MENGGUNAKAN HUMIN HASIL ISOLASI DARI TANAH HUTAN DAMAR BATURRADEN

Jurnal Pendidikan Kimia

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

THE ISOTHERMIC ADSORPTION OF Pb(II), Cu(II) AND Cd(II) IONS ON Nannochloropsis sp ENCAPSULATED BY SILICA AQUAGEL

4 Hasil dan Pembahasan

MODIFIKASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI DENGAN LIGAN DIFENILKARBAZON. I Wayan Sudiarta, Ni Putu Diantariani dan Putu Suarya

Adsorpsi Pb 2+ dan Zn 2+ pada Biomassa Imperata cylindrica

KAJIAN ADSORPSIFe(III) PADA KOMPOSIT ARANG KAYU APU (Pistia stratiotesl.)- KITOSAN-GLUTARALDEHIDA

SINTESIS DAN UJI ADSORPSI SILIKA TERMODIFIKASI 3-Aminopropiltrietoksisilan (APTS) PADA LOGAM Cu (II) DALAM LARUTAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Pengaruh Penambahan 2-Propanol pada Adsorpsi- Reduksi Ion AuCl 4

BIOSORPTION OF METAL IONS Pb(II), Cu(II), AND Cd(II) ON Sargassum duplicatum IMMOBILIZED SILICA GEL MATRIX

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

IMPREGNASI SILIKA GEL DARI ABU SEKAM PADI DENGAN 1,8-DIHIDROKSIANTRAKUINON SEBAGAI ADSORBEN BESI (Fe)

Jurnal MIPA 37 (1): (2014) Jurnal MIPA.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

HIBRIDA AMINO SILIKA DALAM LARUTAN YANG MENGANDUNG ION LOGAM PESAING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesian Journal of Chemical Science

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

DARI LARUTAN LOGAM SINTETIS DAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA CHLORELLA VULGARIS

Adsorpsi Seng(II) Menggunakan Biomassa Azolla microphylla Diesterifikasi dengan Asam Sitrat. Mega Dona Indriana, Danar Purwonugroho*, Darjito ABSTRAK

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENJERAPAN ION TIMBAL OLEH TANAH GAMBUT SECARA DINAMIS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

KAJIAN ADSORPSI Cd(II) OLEH ARANG APU-APU (Pistia stratiotes L.) TERMODIFIKASI KITOSAN-GLUTARALDEHIDA

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

Transkripsi:

20 ADSORPSI Pb(II) OLEH ASAM HUMAT TERIMOBILISASI PADA HIBRIDA MERKAPTO SILIKA DARI ABU SEKAM PADI Adsorption of Pb (II) by Humic Acid (HA) Immobilized on Hybrid Mercapto Silica (HMS) from Rice Husk Ash Dewi Umaningrum, Dwi Rasy Mujiyanti, Radna Nurmasari Program Studi S-1 Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan e-mail : dew_umaningrum79@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan adsorpsi Pb(II) oleh asam humat (AH) terimobilisasi pada hibrida merkapto silika (HMS) dari abu sekam padi. Penelitian ini bertujuan mengadsorpsi Pb(II) dengan menggunakan asam humat terimobilisasi pada hibrida merkapto silika (AH-HMS) dan menentukan kapasitas adsorpsinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ph adsorpsi Pb(II) oleh AH, HMS, dan AH terimobilisasi HMS yaitu pada ph sebesar 3. Besarnya kapasitas adsorpsi yang diperoleh untuk AH, HMS dan AH-HMS adalah sebesar 27,03 mg/g, 32,68 mg/g dan 22,73 mg/g. Kata kunci: logam Pb(II), AH-HMS, ph, kapasitas adsorpsi ABSTRACT Adsorption of Pb (II) by humic acid (AH) immobilized on hybrid mercapto silica (HMS) from rice husk ash has been done. This study aims to adsorb Pb (II) with humic acid immobilized on silica mercapto hybrid (AH-HMS) and determine the adsorption capacity. The results showed that the ph of the adsorption of Pb (II) by AH, HMS, and HMS AH immobilized at ph 3. Adsorption capacity obtained for AH, AH-HMS and HMS at 27.03 mg/g, 32.68 mg/g and 22.73 mg/g. Keywords: Pb (II), AH-HMS, ph, adsorption capacity PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang memacu terjadinya pembangunan di segala bidang, khususnya bidang industri. Bidang industri dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Dampak negatif tersebut terutama berasal dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri itu sendiri. Limbah industri menyebabkan berbagai pencemaran lingkungan yang berasal dari berbagai macam logam berat yang bersifat toksik dan berbahaya. Logam berat jadi berbahaya karena tidak dapat didegradasi oleh tubuh, memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk hidup walaupun pada konsentrasi yang rendah dan dapat terakumulasi dalam jangka waktu tertentu (Buhani, 2006). Timbal adalah salah satu logam berat yang berbahaya karena bersifat merusak jaringan tubuh makhluk hidup. Emisi Pb terbesar dalam bentuk gas berasal dari hasil samping pembakaran pada

21 kendaraan bermotor. Selain itu, Pb juga digunakan pada produksi baterai dan aki, pelapis kabel, pipa, solder, dan pewarna seperti cat. Efek dari keracunan Pb dapat menimbulkan kerusakan pada otak dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak, antara lain epilepsi, halusinasi, dan kerusakan pada otak besar (Palar, 1994). Salah satu metode untuk mengatasi pencemaran ini yaitu metode adsorpsi dengan menggunakan bahan alam yang berpotensi sebagai adsorben logam berat seperti asam humat yang berasal dari tanah gambut (Santoso, dkk., 2007). Kemampuan asam humat mengikat logam cenderung meningkat pada ph yang lebih besar.namun demikian, aplikasi asam humat secara langsung sebagai adsorben dihadapkan pada kendala karena sifat asam humat yang mudah larut pada ph 6.Salah satu cara untuk menurunkan kelarutan asam humat adalah dengan metode imobilisasi asam humat pada suatu padatan pendukung (Sanjay, et al., 1999) Metode imobilisasi dapat menurunkan kelarutan asam humat hingga 37,41% (b/b) pada ph 12, sementara asam humat tanpa imobilisasi larut hampir 100% (b/b) pada ph 6. Menurut Stevenson (1994) [5], kapasitas tukar kation senyawa humat terhadap ion logam adalah ekuivalen dengan jumlah gugus fungsi karboksilat. Nurmasari, dkk (2013) [6] telah melakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi adsorben asam humat terimobilisasi pada hibrida merkapto silika dari abu sekam padi menunjukkan bahwa kelarutan asam humat paling rendah didapatkan pada ph 6, dimana kelarutan asam humat sebesar 0,40 % pada ph 6 dan 0,83 % pada ph 12. Hal ini menunjukkan bahwa metode imobilisasi yang telah dilakukan dapat menurunkan kelarutan asam humat sampai 99,60 % pada ph 6 dan 99,17 % pada ph 12. Namun adsorben yang diperoleh perlu dikaji kemampuannya untuk mengadorpsi logam berat Pb(II). METODE PENELITIAN Penentuan kapasitas adsorpsi Pb(II) oleh asam humat terimobilisasi hibrida merkapto silika Larutan Pb dibuat dengan variasi konsentrasi awal 25, 50, 75, 100 dan 125 mg/l melalui pengenceran dari larutan stok Pb(II) 1000 mg/l. Selanjutnya ke dalam erlenmeyer 100 ml dipipet sebanyak 20 ml larutan untuk setiap konsentrasi awal, dan ditambahkan 1 gram adsorben asam humat terimobilisasi HMS ke dalam setiap larutan tersebut. Selanjutnya dilakukan pengocokan dengan shaker selama 24 jam. Setiap larutan disaring, dan filtrat yang diperoleh dianalisis dengan SSA untuk mengetahui banyaknya Pb yang tersisa dalam larutan setelah interaksi dengan adsorben. Dilakukan pengulangan dengan prosedur Sains dan Terapan Kimia, Vol.8, No. 1 (Januari 2014), 20 26

22 yang sama sebanyak dua kali. Prosedur yang sama dilakukan juga untuk adsorben asam humat dan adsorben HMS. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan ph Adsorpsi Pb(II) oleh Asam Humat Terimoblisasi Hibrida Merkapto Silika (HMS) Pada penentuan ph ini, asam humat yang diimobilisasi pada hibrida merkapto silika diujikan pada kondisi ph 3, 7, 9 untuk mengetahui ph adsorpsi Pb(II). Hasil penentuan asam humat terimobilisasi pada hibrida merkapto silika pada ph 3, 7, dan 9 yang dikontakkan dengan logam Pb(II) ditunjukkan pada Gambar 1 dalam bentuk persen teradsorpsi. Gambar 1. Persen teradsorpsi logam Pb(II) teradsorpsi pada ph 3, 7 dan 9 Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa ph 3 adalah ph optimum adsorpsi Pb(II) oleh asam humat, HMS, dan AH-HMS serta adanya kecenderungan semakin naik ph maka adsorpsi terhadap logam Pb semakin berkurang ini. Hal ini dijelaskan oleh Buhani (2006) dalam penelitiannya terhadap asam humat, senyawa humat yang tidak larut dalam pelarut air pada kondisi asam (ph sekitar 2), tetapi sudah mulai larut jika ph larutan di atas 2. Pada ph di atas 2 gugus-gugus fungsi seperti COOH dan OH fenolat dari asam humat sudah mulai terionisasi sehingga melemahkan ikatan hidrogen intramolekul dari asam humat, tolak menolak antar gugus yang terionisasi dan juga akibat hidrasi oleh molekul air. Akibat adanya fraksi terlarut dari asam humat, maka interaksi asam humat dengan ion logam tidak semata-mata berupa adsorpsi fraksi tak larut, tetapi juga interaksi pembentukan kompleks antara fraksi terlarut asam humat, sehingga pada ph 3 gugus-gugus fungsi seperti COOH dan OH fenolat, -OH alkoholat dan C=O dari asam humat lebih banyak tersedia untuk berinteraksi dengan logam, sedangkan pada ph lebih dari 5 ionisasi ion-ion logam cenderung akan turun dan membentuk kompleks hidroksi dengan ikatan yang kuat, sehingga sulit diikat oleh gugus humat. Pada adsorben HMS terdapat gugus Si-OH dan Si-O-Si seperti pada silika gel, juga terdapat gugus aktif baru yaitu gugus SH yang berasal dari TMSP pada HMS yang berfungsi sebagai pengikat logam. Gugus fungsi tiol ( SH) lebih banyak tersedia pada ph 3 sehingga lebih banyak logam Pb(II) yang dapat diadsorpsi, sedangkan pada ph 7 dan 9 ion logam

23 mulai terhidrolisis sehingga terbentuk hidroksida logam. Selain itu juga pada ph tinggi permukaan adsorben bermuatan negatif, akibatnya terjadi tolakan antara permukaan adsorben dan spesies ion logam, sehingga adsorpsi menjadi berkurang. Hal ini juga karena pada ph tinggi adanya sifat hidrofob pada gugus merkapto mempertahankan jaringan silika dalam HMS dari anion hidroksil dalam larutan. Hal ini sesuai dengan dengan Buhani (2009) yang menyatakan bahwa pada adsorben HMS, atom S dari gugus merkapto lebih tersedia pada ph rendah. Pada adsorben AH-HMS, kondisi pada ph 3, ph 7, dan 9 terlihat bahwa dalam mengadsorpsi ion logam Pb(II) perbedaannya tidak terlalu jauh. Berdasarkan kondisi ph tersebut maka telihat bahwa AH-HMS yang merupakan hasil imobilisasi dari asam humat dan HMS cenderung mempunyai sifat gugus fungsi yang sama. AH-HMS pada ph 3 gugusgugus fungsi seperti COOH dan OH fenolat, -OH alkoholat dan C=O dari asam humat dan gugus fungsi SH dari HMS lebih tersedia, sehingga lebih banyak logam Pb(II) yang teradsorpsi dibandingkan pada ph 7 dan 9. Pada ph yang tinggi, jumlah ion OH - meningkat dan menyebabkan ligan permukaan cenderung terdeprotonasi sehingga pada saat yang sama terjadi kompetisi antara ligan permukaan dengan ion OH - logam. untuk berikatan dengan kation Jumlah ion logam Pb(II) yang teradsorpsi oleh AH-HMS pada ph 3, 7 dan 9 adalah sebesar 97,32%, 96,19%, dan 92,30%. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Logam Pb(II) oleh asam humat yang terimobilisasi pada hibrida merkapto silika Suatu isoterm adsorpsi menunjukkan hubungan antara jumlah logam yang teradsorpsi per berat adsorben dengan konsentrasi kesetimbangan logam di dalam larutan. Penentuan model isoterm adsorpsi dilakukan untuk memperkirakan mekanisme adsorpsi logam Pb(II) pada adsorben. Ada dua model yang sering dipakai untuk menjelaskan proses adsorpsi pada permukaan zat padat, yaitu isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich. Model isoterm adsorpsi Langmuir berlaku untuk adsorpsi pada lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan zat yang homogen. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya suatu kesetimbangan antara molekul yang diadsorpsi dan molekul yang masih bebas. Pada penentuan kapasitas adsorpsi logam Pb(II) oleh asam humat yang terimobilisasikan pada hibrida merkapto silika (AH-HMS) menggunakan model isoterm Langmuir. Hasil penentuan kapasitas adsorpsi logam Pb(II) terlihat pada Tabel 1. Sains dan Terapan Kimia, Vol.8, No. 1 (Januari 2014), 20 26

24 Adsorben Tabel 1. Penentuan kapasitas adsorpsi logam Pb(II) Kapasitas Adsorpsi (mg/g) Konstanta Langmuir Konstanta Freundlich Asam Humat 27,03 0,1111 3,022 HMS 32,68 0,3041 7,385 AH-HMS 22,73 0,2105 5,074 a. b. c. Gambar 2. Grafik linierisasi Isoterm Langmuir dan Freundlich untuk logam Pb(II) oleh (a). Asam Humat, (b). HMS, (c). AH-HMS.

25 Berdasarkan Tabel 1 dapat ditentukan bahwa kapasitas adsorpsi adsorben asam humat terhadap Pb(II) = 27,03 mg/g, sedangkan kapasitas adsorpsi adsorben HMS terhadap Pb(II) = 34,48 mg/g, dan kapasitas adsorpsi adsorben AH- HMS terhadap Pb(II) = 22,73 mg/g. Hal ini dapat dapat dijelaskan bahwa pada adsorben AH-HMS gugus OH dari asam humat ada yang terikat pada struktur HMS sehingga COO - kelimpahannya berkurang, sehingga yang bertindak sebagai donor pasangan elektron juga mengalami pengurangan dan akan berdampak pada kapasitas AH-HMS yang lebih kecil dari pada asam humat yaitu dari 27,03 mg/g menjadi 22,73 mg/g. Begitu yang terjadi pada HMS, gugus -Si-OH dan SH ada yang terikat pada COO - dari asam humat, sehingga donor pasangan elektron yang dapat mengadsorpsi logam Pb(II) mengalami pengurangan yang menjadikan kapasitas adsorpsi AH-HMS menjadi jauh lebih kecil dibandingkan HMS yaitu dari 32,68 mg/g menjadi 22,73 mg/g. Dengan kata lain gugus yang berperan aktif pada AH-HMS yaitu gugus SH pada HMS. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ph adsorpsi Pb(II) oleh adsorben asam humat, HMS, dan asam humat terimobilisasi hibrida merkapto silika yaitu pada ph 3. Besarnya kapasitas adsorpsi yang diperoleh untuk adsorben asam humat, HMS dan AH-HMS adalah sebesar 27,03 mg/g, 32,68 mg/g dan 22,73 mg/g. Gugus-gugus fungsional yang berperan dalam adsorpsi logam Pb(II) pada asam humat yaitu gugus karboksilat COOH, pada hibrida merkapto silika (HMS) dan AH- HMS yaitu gugus SH. DAFTAR PUSTAKA Buhani & Suharso. 2006. Pengaruh ph terhadap Adsorpsi Ion Logam Gabungan Cu(II), Zn(II), Mn(II) dan Fe(II) pada Asam Humat. Indo.J. chem, 1, 43-46. Buhani. 2007. Alga Sebagai Bioindikator & Biosorben Logam Berat (Bagian 1:Bioindikator).http.//www.chemistry.o rg/artikelkimia/biokimia/alga sebagai Bioindikator & Biosorben Logam Berat Bagian 1 Bioindikator. Buhani, Narsito, Nuryono, & Eko, S.K., 2009. Hibrida amino-silika & merkapto-silika sebagai adsorben untuk adsorpsi ion Cd(II) dalam larutan. Indo.J. chem, Vol. 2, 170-176. Nurmasari, R., Mujiyanti, D.R., & Fitra, H., 2013. Sintesis dan Karakterisasi Adsorben Asam Humat Terimobilisasi pada Hibrida Merkapto Silika dari Abu Sekam Padi. Jurnal Ilmiah Berkala Sains dan Terapan Kimia. Vol.7. 114-125 Palar, H. 1994. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Bandung. Hal : 74, 84-88 Sains dan Terapan Kimia, Vol.8, No. 1 (Januari 2014), 20 26

26 Sanjay, H.G., A.K. Fataftah, D.S. Walia, & K.C. Srivastava. 1999. Humasorb- Cs TM : a Humic Acid-Based Adsorbent to Remove Organic and Inorganic Contaminants. Understanding Humic Substances: Advanced Methods, Properties and Applications. The Royal society of Chemistry, Cambridge Santoso, U.T., U. Irawati, D. Umaningrum, & R. Nurmasari. 2007. Pengaruh Proteksi Situs Aktif pada Pengikatan- Silang Asam Humat-Kitosan terhadap Kemampuan Adsorben Mengadsorpsi Pb(II), Cd(II) & Cr(III), Seminar Nasional Kimia, Yogyakarta, 17 Nopember 2007. Stevenson, FJ., 1994, "Humus Chemistry: Genesis, Composition", Reaction, 2 nd ed., John Wiley & Sons, New York.