49 Lampiran 1 Perhitungan analisis usaha pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap Uraian Jumlah INVESTASI Kapal (umur teknis 10 tahun) 80 000 000 Alat Tangkap (umur teknis 1 tahun) 3 000 000 Rumpon (umur teknis 5 tahun) 50 000 000 Jumlah Investasi 133 000 000 PENERIMAAN Musim Puncak tuna (543.94 kg x Rp 52,000) 28 284 880 baby tuna (211.09 kg x Rp 14,400) 3 039 696 cakalang (311.40 kg x Rp 12,400) 3 861 360 marlin (130.71 kg x Rp 18,000) 2 352 780 albacore/tuna mata besar (79.33 kg x Rp 19,000 ) 1 507 270 Jumlah penerimaan per trip 39 045 986 Jumlah trip pada musim puncak 21 Jumlah penerimaan pada musim puncak 819 965 706 Musim Paceklik tuna (425.60 kg x Rp 46,000) 19 577 600 baby tuna (219.25 kg x Rp 18,000) 3 946 500 cakalang (527.83 kg x Rp 14,000) 7 389 620 tongkol (1033.50 kg x Rp 8,000) 8 268 000 lemadang (239.50 kg x Rp 17,800) 4 263 100 Jumlah penerimaan per trip 43 444 820 Jumlah trip pada musim paceklik 9 Jumlah penerimaan pada musim paceklik 391 003 380 Jumlah Penerimaan 1 210 969 086 BIAYA VARIABEL Solar (600 liter x @ Rp 4,700) 2 820 000 Pelumas (5 liter x @ Rp 24,000) 120 000 Es (116 balok x @ Rp 8,000) 928 000 Konsumsi (Rp 2,500,000/trip) 2 500 000 Batu (3 karung x @ Rp 35,000) 105 000 Manol (10 orang x @ Rp 4,000) 40 000 Jumlah Biaya Variabel per trip 6 513 000 Jumlah trip dalam setahun 30 Jumlah biaya variabel dalam setahun 195 390 000
50 Lampiran 1 Lanjutan Uraian Jumlah BIAYA TETAP Penyusutan Kapal 8 000 000 Penyusutan Alat Tangkap 3 000 000 Penyusutan Rumpon 10 000 000 Perawatan Kapal 700 000 Perawatan Alat tangkap 300 000 Perawatan rumpon 500 000 Surat izin 300 000 Jumlah Biaya Tetap 22 800 000 Retribusi (TPI 2% + Pengambek 5%) 84 767 836 Biaya Total Sebelum Bagi Hasil 302 957 836 Bagi Hasil (50% dari keuntungan) 465 405 625 Biaya total setelah bagi hasil 768 363 461 Keuntungan bersih usaha 442 605 625 R/C Ratio 1.58 Profitabilitas (%) 2.27 Lampiran 2 Sarana dan prasarana di PPP Pondokdadap Gedung UPPPP Pondokdadap Gedung penyimpanan Kantin Gedung TPI lama
51 Lampiran 2 Lanjutan Gedung TPI baru Lapangan Parkir Dermaga baru Dermaga lama KUD Mina Jaya Bollard Lampu jalan Tangki air bersih
52 Lampiran 3 Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang No. 1 Tahun 2009
Lampiran 3 Lanjutan 53
54 Lampiran 3 Lanjutan
Lampiran 3 Lanjutan 55
56 Lampiran 3 Lanjutan
Lampiran 3 Lanjutan 57
58 Lampiran 3 Lanjutan
Lampiran 3 Lanjutan 59
60 Lampiran 3 Lanjutan
Lampiran 3 Lanjutan 61
62 Lampiran 3 Lanjutan Lampiran 4 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 27 Tahun 2012
Lampiran 4 Lanjutan 63
64 Lampiran 4 Lanjutan
Lampiran 4 Lanjutan 65
66 Lampiran 4 Lanjutan
Lampiran 4 Lanjutan 67
68 Lampiran 4 Lanjutan Lampiran 5 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 02 Tahun 2011
Lampiran 5 Lanjutan 69
70 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 71
72 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 73
74 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 75
76 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 77
78 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 79
80 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 81
82 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 83
84 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 85
86 Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 5 Lanjutan 87
88 Lampiran 5 Lanjutan Lampiran 6 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2011
Lampiran 6 Lanjutan 89
90 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 91
92 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 93
94 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 95
96 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 97
98 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 99
100 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 101
102 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 103
104 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 105
106 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 107
108 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 109
110 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 111
112 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 113
114 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 115
116 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 117
118 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 119
120 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 121
122 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 123
124 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 125
126 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 127
128 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 129
130 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 6 Lanjutan 131
132 Lampiran 6 Lanjutan
Lampiran 7 Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 58 Tahun 2001 133 KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 58/MEN/ 2001 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM PENGAWASAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, maka dipandang perlu melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dengan melibatkan masyarakat; b. Bahwa guna terwujudnya pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir a, perlu adanya Tata Cara Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut Tahun 1982; 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran; 7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 17. Peraturan Pemerintah 15 Tahun tentang Usaha Perikanan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 141 tahun 2000;
134 Lampiran 7 Lanjutan 18. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); 19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pemanfaatan Kapal Perikanan Yang Dinyatakan Dirampas Untuk Negara; 20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2001; 22. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2001; 23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 24. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; 25. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 22 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pemanfaatan Kapal Perikanan Yang Dinyatakan Dirampas Untuk Negara; 26. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.30/MEN/2001; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM PENGAWASAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERTAMA : Tata Cara pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan atas sumberdaya kelautan dan perikanan yang selanjutnya disebut SISWASMAS adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Tata Cara sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA digunakan sebagai acuan bagi pejabat, aparat dan/atau masyarakat luas serta dunia usaha dalam melaksanakan SISWASMAS. KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Narmoko Prasmadji Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 17 Oktober 2001 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Ttd. ROKHMIN DAHURI
135 Lampiran 7 Lanjutan Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.58/MEN/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan. BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang terdiri dari 17.506 pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km² dan bentangan garis pantai sepanjang ± 81.000 km. Potensi laut tersebut memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam dan merupakan sumber penghidupan dan sumber pembangunan yang harus dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, guna meningkatkan kemakmuran rakyat menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri. Pembangunan nasional yang berorientasi ke darat mengakibatkan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan belum mendapat perhatian yang proporsional sehingga industrinya relatif tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan dan tengah berlangsung dapat secara langsung mampu memberikan kontribusi kepada negara berupa penerimaan devisa, pendapatan asli daerah dan penyerapan tenaga kerja, namun nilai yang dihasilkan dirasakan masih sangat kecil dan belum sebanding dengan potensi yang tersedia apabila dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Melihat luasnya wilayah perairan Indonesia dan kompleksnya permasalahan yang terjadi, menuntut peran dan tanggung jawab yang besar yang harus diemban oleh Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan telah melakukan peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan aparat keamanan dan penegak hukum di laut. Namun demikian keterbatasan sarana dan prasarana serta jumlah personil pengawasan masih menjadi kendala utama dalam mencapai kinerja pengawasan yang optimal. Di lain pihak, potensi dan sumberdaya pengawasan yang ada dimasyarakat adalah cukup besar dan sudah menjadi adat budaya di masing-masing daerah sebagai wujud rasa tanggung jawab terhadap sumber penghidupannya, seperti : Awig-awig di Bali dan NTB, Sasi di Maluku, Panglima Laut di Aceh, dan sebagainya. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, serta dalam upaya pemberdayaan sumberdaya pengawasan yang sudah ada dimasyarakat adalah tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkan kebijakan makro di bidang kelautan. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan lebih lanjut dalam sistem pengawasan yang interaktif yaitu dalam bentuk Pedoman Umum Sistem Pengawasan berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut SISWASMAS. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Untuk memberikan pedoman bagi pihak yang berkepentingan (stakesholder) yaitu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berbasis masyarakat. 2. Sasaran * Terbentuknya mekanisme pengawasan berbasis masyarakat, yang secara integratif dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah serta dunia usaha dengan tetap mengacu kepada peraturan dan perundangan yang ada/ berlaku. * Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
136 Lampiran 7 Lanjutan * Terlaksananya kerjasama pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan oleh aparat keamanan dan penegak hukum serta masyarakat. C. BATASAN PERISTILAHAN Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan : 1. Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (SISWASMAS) adalah sistem pengawasan yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam msngawasi dan mengendalikan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab, agar dapat diperoleh manfaat secara berkelanjutan. 2. Pemanfaatan berkelanjutan adalah pemanfaatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dan aspirasi manusia saat ini, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang, dengan tetap memperhatikan keseimbangan fungsi lingkungan hidup. 3. Masyarakat adalah masyarakat dan/ atau kelompok masyarakat yang berpotensi ikut secara aktif dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan. 4. Potensi masyarakat pengawasan adalah setiap sumberdaya manusia baik individu atau kelompok yang berdaya guna untuk melakukan pengawasan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. 5. Tatanan hukum adalah suatu peraturan yang dibuat agar setiap individu atau kelompok masyarakat bertindak dan bersikap sebagaimana yang sudah disepakati untuk ditaati dan dipatuhi. 6. Adat adalah norma-norma/kebiasaan yang ditaati oleh masyarakat setempat/tertentu secara turun-temurun dan diakui/ ditaati keberadaannya oleh masyarakat yang terkait. 7. Hukum adat adalah peraturan-peraturan/kebiasaan di suatu masyarakat tertentu yang apabila dilanggar akan dikenakan sanksi menurut hukum yang berlaku di daerah setempat. 8. Pengawas adalah pejabat pegawai negeri yang diangkat dan ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan suatu kegiatan tertentu. 9. Pengawasan adalah setiap upaya dan atau tindakan yang bertujuan terciptanya tertib pelaksanaan peraturan perundang-undangan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. BAB II LINGKUP KEGIATAN SISWASMAS A. Pembentukan Jaringan SISWASMAS 1. Kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) merupakan pelaksana pengawasan di tingkat lapangan yang terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, LSM, nelayan, petani ikan serta masyarakat maritim lainnya. 2. POKMASWAS dibentuk atas inisiatif masyarakat yang difasilitasi oleh unsur pemerintah daerah, dan dikoordinir oleh seorang anggota masyarakat dalam POKMASWAS, yang berfungsi sekaligus sebagai mediator antara masyarakat dengan pemerintah/ petugas. 3. Para nelayan yang menjadi ABK kapal-kapal penangkap ikan dan nelayan-nelayan kecil serta masyarakat maritim lainnya, dapat merupakan anggota kelompok masyarakat pengawas. 4. Kepengurusan POKMASWAS dipilih oleh masyarakat dan terdaftar sebagai anggota. B. Pemberdayaan POKMASWAS dan Peningkatan Kemampuan Kelompok-kelompok Pengawas 1. Tradisi atau budaya setempat yang merupakan perilaku yang ramah lingkungan seperti Sasi, Awig-awig, Panglima Laut, Bajo dan lainnya merupakan budaya masyarakat yang perlu didorong kesertaannya dalam SISWASMAS. 2. Dalam rangka melakukan apresiasi pengawasan maka perlu ditumbuhkembangkan POKMASWAS melalui sosialisasi.
137 Lampiran 7 Lanjutan 3. Sesuai dengan kemampuan pemerintah POKMASWAS dapat diberikan bantuan sarana dan prasarana pengawasan secara selektif serta disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. 4. Pemerintah dan atau Pemerintah daerah wajib memfasilitasi pemberdayaan POKMASWAS melalui pembinaan, bimbingan dan pelatihan bagi peningkatan kemampuan POKMASWAS BAB III JARINGAN DAN MEKANISME OPERASIONAL 1. Masyarakat atau anggota POKMASWAS melaporkan informasi adanya dugaan pelanggaran dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan kepada aparat pengawas terdekat seperti : Koordinator PPNS; Kepala Pelabuhan Perikanan; Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan; Satpol-AIRUD (atau Polisi terdekat); TNI-AL terdekat atau; Petugas Karantina di Pelabuhan. PPNS 2. Masyarakat pengawas juga dapat melaporkan adanya dugaan tindak pidana perikanan oleh Kapal Ikan Indonesia (KII) atau Kapal Ikan Asing (KIA) serta tindakan ilegal lain dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. 3. Petugas yang menerima laporan dari POKMASWAS melanjutkan informasi kepada PPNS dan/ atau TNI-AL dan/ atau Satpol-AIRUD dan/ atau Kapal Inspeksi Perikanan. 4. Koordinator Pengawas Perikanan atau Kepala Pelabuhan Perikanan yang menerima data dan informasi dari nelayan atau masyarakat maritim anggota POKMASWAS, melanjutkan informasi ke petugas pengawas seperti TNI-AL dan Satpol-AIRUD atau Kapal Inspeksi Perikanan. 5. Berdasarkan laporan tersebut PPNS, TNI-AL, Pol-AIRUD dan instansi terkait lainnya, melaksanakan tindakan (penghentian dan pemeriksaan) pengejaran dan penangkapan pada Kapal Ikan Indonesia (KII) dan Kapal Ikan Asing (KIA) atau para pelanggar lainnya sebagai tersangka pelanggaran tindak pidana perikanan dan sumberdaya kelautan lainnya, selanjutnya dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan. 6. Pada waktu yang bersamaan PPNS, Pengawas Perikanan dan/ atau (Koordinator PPNS dan/ atau Kepala Pelabuhan Perikanan) meneruskan informasi yang sama kepada Dinas Kabupaten/Kota dan instansi terkait Propinsi dengan tembusan Direktur Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. 7. Dinas Perikanan kabupaten dan/ atau propinsi melakukan koordinasi dengan petugas pengawas (TNI-AL, POLRI, PPNS) termasuk Keamanan Pelabuhan Laut Pangkalan (KPLP) dalam melakukan operasi tindak lanjut atas pelanggaran yang dilakukan Kapal Ikan Indonesia (KII) dan Kapal Ikan Asing (KIA) maupun para pelanggar lainnya. Lampiran 7 Lanjutan BAB IV PEMBINAAN SISWASMAS 1. Satuan Pembina SISWASMAS di tingkat Pusat dikoordinir oleh Direktur Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan dengan anggota unsur Eselon I di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, dan instansi terkait yang mempunyai kewenangan dalam pendayagunaan sumberdaya kelautan dan perikanan. 2. Satuan Pembina SISWASMAS di tingkat daerah dikoordinir oleh kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dengan anggota unsure-unsur instansi terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. 3. Satuan Pembina SISWASMAS memiliki tugas untuk menetapkan kebijakan operasional pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan, melaksanakan koordinasi
138 Lampiran 7 Lanjutan dan menyelaraskan program dan kegiatan antar instansi/lembaga terkait, serta mengambil tindakan untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran atas informasi dari kelompok pengawas masyarakat, Dinas Kabupaten/Propinsi maupun lembaga terkait terhadap kapal-kapal perikanan dan aktivitas pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan lainnya yang melakukan pelanggaran. 4. Satuan Pembina SISWASMAS melalui Dinas Kabupaten/ Propinsi melakukan peningkatan kemampuan POKMASWAS baik dalam ketrampilan teknik pengawasan, pemahaman peraturan perundan-undangan melalui bimbingan dan pelatihan. 5. Dalam melakukan tugas sehari-hari Pembina SISWASMAS ditingkat Pusat dibantu oleh Sekretariat yang dikoordinir oleh Direktur Pengawasan Sumberdaya Ikan. 6. Sekretariat bertugas mengumpulkan, mengolah dan menganalisa laporan dan informasi, serta melaporkan kegiatan dan perkembangan pelaksanaan SISWASMAS dari daerah serta menyiapkan tindak lanjut penyelesaiannya. BAB V PENUTUP Tata cara Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (SISWASMAS) ini merupakan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan dunia usaha dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan aktifitas pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berbasis masyarakat. Tata cara ini masih bersifat umum dan dapat dijabarkan ke dalam peraturan daerah atau pedoman teknis di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Ttd. ROKHMIN DAHURI