PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN SENAT MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SIDANG SENAT MAHASISWA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN HAKIM

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5/KEP/DPRD/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS.

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 33/P/SK/HT/2006 TENTANG DEWAN KEHORMATAN KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPSK. Pemeriksaan. Pemberhentian Anggota.

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA BERACARA BADAN KEHORMATAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO ATAS BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketetapan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Tertib Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, perlu adanya regulasi mengenai tata beracara Badan Kehormatan. Mengingat: 1. Peraturan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Tertib Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro; 2. Peraturan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Nomor 3 Tahun 2017 tentang Kode Etik Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro; MEMUTUSKAN Menetapkan: Peraturan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Nomor 4 Tahun 2017 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Senat Mahasiswa FISIP Universitas Diponegoro, Selanjutnya Disingkat SM FISIP Undip, adalah lembaga tinggi pemegang kekuasaan legislatif yang merupakan perwakilan dari seluruh mahasiswa FISIP Undip. 2. Anggota SM FISIP Undip adalah perwakilan mahasiswa yang berasal dari Jurusan atau Program Studi dan UPK yang dipilih oleh mahasiswa FISIP Undip melalui Pemilihan Umum Raya Fakultas dan ditetapkan menjadi Senator oleh Wakil Dekan I FISIP Undip. 3. Badan Kehormatan SM FISIP Undip, selanjutnya disebut Badan Kehormatan adalah alat kelengkapan SM FISIP Undip yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan SM FISIP Undip tentang Tata Tertib Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. 4. Ketetapan SM FISIP Undip tentang Tata Tertib Senat Mahasiswa Fisip Universitas Diponegoro, selanjutnya disebut Tata Tertib adalah peraturan yang mengatur kedudukan, tugas, wewenang, keanggotaan, hak dan kewajiban, serta tanggung jawab SM FISIP Undip beserta alat kelengkapannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 5. Ketetapan SM FISIP Undip tentang Kode Etik, selanjutnya disebut Kode Etik adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan baik perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota SM FISIP Undip. 6. Pimpinan SM FISIP Undip adalah komponen struktural tertinggi dan bersifat kolektif. 7. Pimpinan Alat Kelengkapan SM FISIP Undip, selanjutnya disebut Pimpinan Alat Kelengkapan adalah Pimpinan SM FISIP Undip, Pimpinan Badan Kehormatan dan Pimpinan Komisi. 8. Alat Kelengkapan adalah satuan fungsi yang disusun menurut pengelompokan kerja dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi SM FISIP Undip. 9. Pengaduan adalah laporan yang dibuat secara tertulis disertai bukti awal yang cukup terhadap tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga sebagai pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota SM FISIP Undip.

10. Pengadu adalah Pimpinan atau Anggota SM FISIP Undip, setiap mahasiswa, kelompok mahasiswa atau organisasi mahasiswa yang menyampaikan Pengaduan. 11. Teradu adalah Anggota SM FISIP Undip atau pimpinan alat kelengkapan termasuk Pimpinan SM FISIP Undip. 12. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan dalam Sidang Badan Kehormatan tentang suatu pelanggaran yang dilihat, dialami, atau didengar sendiri. 13. Pihak ketiga adalah pihak yang yang dapat memberikan alat bukti tambahan dalam sidang badan kehormatan yang diminta hadir oleh Badan Kehormatan. 14. Rapat Badan Kehormatan adalah rapat yang dipimpin oleh pimpinan Badan Kehormatan dan dihadiri oleh anggota Badan Kehormatan guna melaksanakan tugas dan wewenang Badan Kehormatan. 15. Sidang Badan Kehormatan adalah proses penyelidikan, mendengarkan keterangan Pengadu dan Teradu, memeriksa Alat Bukti, dan mendengarkan pembelaan Teradu terhadap materi Pengaduan berdasarkan Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik yang dihadiri Pengadu, Teradu, Saksi, atau pihak lain yang diperlukan oleh Badan Kehormatan baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. 16. Alat Bukti adalah sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. 17. Verifikasi adalah proses pemeriksaan terhadap unsur administratif dan materi Pengaduan. 18. Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan menemukan bukti terkait dengan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran terhadap Peraturan, Tata Tertib, dan Kode Etik, yang dilakukan sebelum dan pada saat Sidang Badan Kehormatan. 19. Penyelidik adalah seluruh anggota Badan Kehormatan BAB II MATERI DAN TATA CARA PENGADUAN Bagian Kesatu Umum Pasal 2 1. Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas Pengaduan terhadap Anggota SM FISIP Undip karena: a. tidak melaksanakan kewajiban;

b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota SM FISIP Undip selama 1 (satu) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun; c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota SM FISIP Undip selama 2 (dua) bulan berturut-turut dengan keterangan yang sah dan jelas; d. tidak menghadiri Sidang dan/atau Rapat Komisi dan/atau Sidang dan/atau Rapat SM FISIP Undip yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 3 (tiga) kali tanpa alasan yang sah dan jelas; e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota SM FISIP Undip sesuai dengan peraturan yang berlaku; f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Ketetapan Tata Tertib dan Kode Etik; 2. Kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah kehadiran fisik Anggota SM FISIP Undip yang dibuktikan secara administratif melalui tanda tangan daftar hadir. 3. Alat kelengkapan menyampaikan daftar kehadiran Sidang dan/atau Rapat Anggota SM FISIP Undip kepada Badan Kehormatan. Pasal 3 1. Pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota SM FISIP Undip berupa: a. hilangnya status kemahasiswaan sebagai mahasiswa Undip b. mengundurkan diri dari keanggotaan SM FISIP Undip. 2. Penanganan pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui mekanisme khusus. 3. Penanganan pelanggaran melalui mekanisme khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam Rapat Badan Kehormatan untuk kemudian dikeluarkan keputusan berupa pemberhentian dari anggota senat. 4. Badan Kehormatan menyampaikan pemberitahuan hasil keputusan berupa pemberhentian dari anggota senat kepada Pimpinan SM FISIP Undip terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Kedua Materi Pengaduan Pasal 4 1. Pengaduan yang diajukan kepada Badan Kehormatan memuat: a. identitas Pengadu; b. identitas Teradu; c. uraian peristiwa yang diduga pelanggaran; dan d. bukti-bukti yang berkaitan dengan fakta/peristiwa yang diadukan. 2. Identitas Pengadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi identitas diri yang sah yang meliputi: a. nama lengkap; b. nomor induk mahasiswa; dan c. fakultas/jurusan; d. angkatan; 3. Identitas Teradu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. nama lengkap; b. nomor induk mahasiswa; dan c. fakultas/jurusan; d. angkatan; 4. Uraian peristiwa yang diduga pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi uraian singkat fakta perbuatan yang dilakukan oleh Teradu dengan kejelasan mengenai tempat dan waktu terjadinya disertai bukti awal. Pasal 5 Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditandatangani Pengadu. Bagian Ketiga Tata Cara Pengaduan Pasal 6 Pengaduan kepada Badan Kehormatan disampaikan oleh Anggota SM FISIP Undip, setiap mahasiswa, kelompok mahasiswa atau organisasi mahasiswa.

Pasal 7 Pengaduan diajukan secara tertulis dan lisan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pasal 8 1. Pengaduan diajukan kepada Badan Kehormatan. 2. Setelah menerima Pengaduan, Badan Kehormatan melakukan Verifikasi kelengkapan Pengaduan meliputi: a. identitas Pengadu; b. identitas Teradu; c. permasalahan yang diadukan; dan d. bukti-bukti yang berkaitan dengan fakta/peristiwa yang diadukan. 3. Dalam hal Pengaduan telah dinyatakan lengkap secara administratif dan memenuhi ketentuan Tata Tertib, Kode Etik, dan Tata Beracara, Pengaduan diterima oleh Badan Kehormatan dan selanjutnya diajukan dalam Rapat Badan Kehormatan. 4. Dalam hal Pengaduan belum lengkap, Badan Kehormatan memberitahukan kepada Pengadu tentang kekuranglengkapan Pengaduan, dan Pengadu diminta melengkapi Pengaduan dalam waktu 2 kali 24 jam. 5. Badan Kehormatan melakukan Verifikasi terhadap materi Pengaduan dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari. 6. Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), materi tersebut dapat berupa hasil Verifikasi yang dapat ditindaklanjuti, atau tidak ditindaklanjuti, yang diputuskan dalam Rapat Badan Kehormatan. Pasal 9 1. Badan Kehormatan dapat melakukan Penyelidikan, baik sebelum maupun pada saat Sidang Badan Kehormatan. 2. Hasil dari penyelidikan merupakan Alat Bukti. Pasal 10 Badan Kehormatan wajib merahasiakan materi Pengaduan dan proses Verifikasi sampai dengan perkara diputus.

BAB III RAPAT Pasal 11 1. Badan Kehormatan memutuskan untuk menindaklanjuti, atau tidak menindaklanjuti Pengaduan berdasarkan kelengkapan data dan/atau buktibukti Pengaduan. 2. Badan Kehormatan dapat langsung memutuskan sanksi pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. 3. Dalam hal Badan Kehormatan memutuskan untuk menindaklanjuti Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), materi Pengaduan disampaikan kepada Teradu dengan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari kerja setelah Badan Kehormatan memutuskan untuk menindaklanjuti Pengaduan. BAB IV SIDANG Bagian Kesatu Sidang Badang Kehormatan Pasal 12 1. Sidang Badan Kehormatan untuk pelanggaran yang diadukan meliputi: a. mendengarkan pokok permasalahan yang diajukan oleh Pengadu; b. mendengarkan keterangan Teradu c. memeriksa Alat Bukti; dan d. mendengarkan pembelaan Teradu. 2. Dalam hal pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Sidang Badan Kehormatan tidak perlu dilakukan. Pasal 13 1. Sidang Badan Kehormatan bersifat tertutup. 2. Badan Kehormatan wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam Sidang Badan Kehormatan.

Pasal 14 Pimpinan Badan Kehormatan menetapkan hari sidang untuk mendengarkan pokok permasalahan yang diajukan oleh Pengadu dan/atau mendengarkan keterangan Teradu dalam jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari terhitung sejak Pengaduan diputuskan untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Badan Kehormatan. Pasal 15 Badan Kehormatan menyampaikan surat panggilan sidang kepada Teradu paling lambat 2 (dua) hari sebelum Sidang Badan Kehormatan. Pasal 16 Masa Sidang Badan Kehormatan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari. Pasal 17 1. Teradu wajib hadir sendiri dan tidak dapat menguasakan kepada pihak lain dalam Sidang Badan Kehormatan. 2. Jika pihak Teradu tidak memenuhi 2 kali pemanggilan pada masa sidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 16, maka Badan Kehormatan berhak mengambil keputusan tanpa kehadiran Teradu (in absentia). Bagian Kedua Pemeriksaan Alat Bukti Pasal 18 1. Pengadu mengajukan Alat Bukti untuk membuktikan kebenaran Pengaduannya. 2. Teradu berhak mengajukan kontra Alat Bukti terhadap Pengaduan yang diajukan oleh Pengadu. 3. Badan Kehormatan dapat meminta Alat Bukti lain kepada pihak ketiga sesuai kebutuhan. Pasal 19 Alat Bukti yang dipakai dalam Sidang Badan Kehormatan meliputi: a. keterangan Saksi; b. surat;

c. data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik atau optik yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, dan angka. d. keterangan Pengadu dan Teradu; dan/atau e. petunjuk lain. Pasal 20 1. Keterangan Saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, dapat disampaikan oleh Saksi yang diajukan: a. Pengadu; b. Teradu; dan/atau c. Badan Kehormatan. 2. Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipanggil oleh Badan Kehormatan untuk memberikan keterangan di Sidang Badan Kehormatan. Pasal 21 1. Pemeriksaan Saksi meliputi: a. identitas Saksi; dan b. pengetahuan Saksi tentang materi perkara yang sedang diverifikasi. 2. Identitas Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. nama lengkap; b. nomer induk mahasiswa; c. fakultas/jurusan; d. angkatan yang dibuktikan dengan KTM atau identitas resmi lainnya. 3. Pengetahuan Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri. Pasal 22 1. Badan Kehormatan menilai Alat Bukti yang diajukan dalam pemeriksaan dengan memperhatikan persesuaian antara Alat Bukti yang satu dengan Alat Bukti yang lain.

2. Badan Kehormatan menentukan sah atau tidaknya Alat Bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. Bagian Ketiga Pemeriksaan Terhadap Pimpinan dan/atau Anggota Badan Kehormatan Pasal 23 1. Pimpinan dan anggota Badan Kehormatan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus mematuhi peraturan tata beracara ini. 2. Apabila ada Pengaduan tentang dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan sidang sebagaimana diatur dalam tata beracara ini yang dilakukan oleh pimpinan dan/atau anggota Badan Kehormatan, Pengaduan ditindaklanjuti oleh Badan Kehormatan berdasarkan hasil Rapat Badan Kehormatan. Pasal 24 1. Dalam hal Teradu adalah pimpinan dan/atau anggota Badan Kehormatan dan Pengaduan dinyatakan memenuhi syarat dan lengkap dalam Rapat Badan Kehormatan, pimpinan atau anggota Badan Kehormatan memberitahukan kepada Pimpinan SM FISIP Undip akan diproses lebih lanjut. 2. Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan SM FISIP Undip menonaktifkan sementara waktu pimpinan dan/atau anggota Badan Kehormatan yang diadukan. 3. Dalam hal Badan Kehormatan memutuskan bahwa Teradu tidak terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana yang diadukan, maka kedudukan sebagai pimpinan dan/atau anggota Badan Kehormatan diaktifkan kembali oleh Pimpinan SM FISIP Undip. Bagian Keempat Pembelaan Pasal 25 1. Teradu berhak mengajukan pembelaan di Sidang Badan Kehormatan. 2. Pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sendiri dan tidak dapat dikuasakan kepada pihak lain.

BAB V KEPUTUSAN Pasal 26 1. Keputusan Badan Kehormatan didasarkan atas: a. asas kepatuhan pada hukum, moral, etika dan profesionalitas; b. fakta dalam hasil Sidang Badan Kehormatan; c. fakta dalam pembuktian; d. fakta dalam pembelaan; dan e. Tata Tertib dan Kode Etik. 2. Anggota dan/atau Pimpinan SM FISIP Undip tidak dibenarkan melakukan upaya intervensi terhadap keputusan Badan Kehormatan. 3. Upaya intervensi terhadap keputusan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pelanggaran Kode Etik. Pasal 27 1. Rapat Badan Kehormatan untuk mengambil keputusan dihadiri oleh minimal ½ n+1 jumlah anggota Badan Kehormatan. 2. Dalam hal jumlah anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi kuorum, rapat ditunda selama 2 (dua) kali 15 (lima belas) menit 3. Setelah penundaan, kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum juga tercapai, rapat ditunda selama 2 (dua) kali 15 (lima belas) menit hingga kuorum mencapai ½ n+1 jumlah anggota Badan Kehormatan. 4. Apabila setelah penundaan, kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum juga tercapai, rapat ditunda sampai waktu yang ditentukan. Pasal 28 1. Pengambilan keputusan dalam Rapat Badan Kehormatan diambil dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan lobi. 3. Dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 29 Setiap keputusan Badan Kehormatan harus memuat: a. kepala keputusan berbunyi DEMI KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ; b. identitas Teradu; c. ringkasan Pengaduan; d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dari keterangan Pengadu dan Teradu; e. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembuktian; f. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembelaan; g. pertimbangan hukum dan etika yang menjadi dasar keputusan; h. amar putusan; i. hari dan tanggal keputusan; dan j. nama dan tanda tangan pimpinan Badan Kehormatan. Pasal 30 1. Keputusan Rapat Badan Kehormatan bersifat final dan mengikat. 2. Keputusan berlaku sejak tanggal diputuskan dan keputusan tersebut tidak dapat diubah, kecuali ditetapkan keputusan baru. Pasal 31 1. Amar putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf h berbunyi: a. menyatakan Teradu tidak terbukti melanggar; atau b. menyatakan Teradu terbukti melanggar. 2. Dalam hal Teradu terbukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, keputusan disertai dengan sanksi kepada Teradu berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. pemberhentian dari jabatan Pimpinan SM FISIP Undip, Pimpinan Alat Kelengkapan SM FISIP Undip atau Anggota SM FISIP Undip; 3. Hasil keputusan dapat diumumkan di Sekretariat berdasarkan keputusan Rapat Badan Kehormatan.

BAB VI PELAKSANAAN KEPUTUSAN Pasal 32 Sanksi berupa teguran lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a, disampaikan Badan Kehormatan kepada Anggota SM FISIP Undip yang bersangkutan dalam Rapat Badan Kehormatan, paling lambat 2 (dua) hari sejak tanggal ditetapkannya keputusan. Pasal 33 1. Sanksi berupa teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b disampaikan oleh Badan Kehormatan kepada Pimpinan SM FISIP UNDIP paling lambat 2 (dua) hari sejak tanggal ditetapkannya keputusan. 2. Pimpinan SM FISIP Undip menyampaikan teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Anggota SM FISIP Undip yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal diterimanya keputusan dari Badan Kehormatan. Pasal 34 1. Sanksi berupa pemberhentian keanggotaan dari alat kelengkapan SM FISIP Undip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c disampaikan oleh Badan Kehormatan kepada Pimpinan SM FISIP Undip, paling lambat 2 (dua) hari sejak tanggal ditetapkannya keputusan. 2. Pimpinan SM FISIP Undip menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Anggota SM FISIP Undip yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal diterimanya keputusan dari Badan Kehormatan. Pasal 35 1. Sanksi berupa pemberhentian dari jabatan Keanggotaan SM FISIP Undip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c disampaikan oleh Badan Kehormatan kepada Pimpinan SM FISIP Undip paling lambat 2 (dua) hari sejak tanggal ditetapkannya keputusan. 2. Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan dalam Sidang Paripurna SM FISIP Undip sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan oleh Pimpinan SM FISIP Undip.

Pasal 36 1. Sanksi berupa pemberhentian sebagai Anggota SM FISIP Undip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c disampaikan oleh Badan Kehormatan kepada Pimpinan SM FISIP Undip paling lambat 2 (dua) hari sejak tanggal ditetapkannya keputusan. 2. Pimpinan SM FISIP Undip menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (hari) hari sejak tanggal diterimanya keputusan dari Badan Kehormatan. 3. Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibacakan dalam Sidang Paripurna SM FISIP Undip sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan oleh Pimpinan SM FISIP Undip. Pasal 37 1. Kekosongan jabatan anggota SM FISIP Undip disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti: a. Keputusan atas pelanggaran yang tidak memerlukan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3; b. Sanksi berupa pemberhentian jabatan pimpinan alat kelengkapan dan/atau pemberhentian sebagai anggota SM FISIP Undip sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (2). 2. Mekanisme pengisian kekosongan jabatan anggota SM FISIP Undip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada kebijakan Pihak Himpunan Mahasiswa Jurusan/Program Studi/UPK terkait dengan persetujuan Badan Kehormatan SM FISIP Undip 3. Pimpinan Pihak Himpunan Mahasiswa Jurusan/Program Studi/UPK yang bersangkutan menyampaikan keputusan tentang pemberhentian anggotanya dan penggantian anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Badan Kehormatan SM FISIP Undip paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya keputusan Badan Kehormatan.

BAB VII PENUTUP Pasal 38 Ketetapan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Diponegoro tentang Tata Beracara Badan Kehormatan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Disahkan di : Semarang Hari / Tanggal : Waktu : Ketua Senat Sekretaris Umum Ace Rahmad Rodia Jamasari Dyah Novitasari NIM. 14010114140104 NIM. 14020115130108 Badan Kehormatan SM FISIP Undip Ketua Sekretaris Rizki Ananda Arum Isnaeny Kasanti NIM. 14010415130089 NIM. 14010115120026

Anggota Anggota Mardhiyana Nur Eko P Fuad Firmansyah NIM. 14010315060037 NIM. 14020315060044 Mengetahui, Wakil Dekan I FISIP Undip Dr. Hedi Pudjo Santoso, M.Si NIP. 19610510 198902 1 002