JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

dokumen-dokumen yang mirip
KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS PRIMATA DIURNAL DI DALAM AREAL IUPHHK-HT PT. BINA SILVA NUSA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

KEANEKARAGAMAN MAMALIA DI DESA NIPAH PANJANG KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

III. METODE PENELITIAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

POPULASI DAN PERLLAKU BEKANTAN (Nasalis larvalus) DI SAMBOJA KOALA, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

ANALISIS POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert 1797) DI KORIDOR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

SUATU CATATAN BARU HABITAT KERA HIDUNG PANJANG ( Nasalis larvatus) DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN SELATAN INDONESIA. Oleh. M.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

KAJIAN HABITAT DAN POPULASI UNGKO (Hylobates agilis unko) MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI TAMAN NASIONAL BATANG GADIS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

KEANEKARAGAMAN JENIS TUPAI (TUPAIIDAE) DI DALAM KAWASAN HUTAN TEMBAWANG DESA SOMPAK KECAMATAN SOMPAK KABUPATEN LANDAK

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

POPULASI BANGAU STORM (Ciconia stormi W. Blasius) DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

Transkripsi:

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU Number of Individual and Groups Proboscis (Nasalis Larvatus, Wurmb) In Sentarum Lake National Park Kapuas Hulu Districk Sutejo Budi Setiono, Syafruddin Said, Erianto Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 724 Email : sutejo_bs@yahoo.com ABSTRACT Proboscis(Nasalis larvatus, Wurmb) including types that are rare andonly found in certain islands, especially on the island of Borneo and is a species endemic to the island. Leboyan Riverand Batang Ketam in one area of the National Park Lake Sentarum as a habitat of proboscis. This study aims to determine the number of individuals and groups of proboscis monkeys (Nasalis larvatus, Wurmb) Leboyan River and Batang Ketam in the National Park area of Lake Sentarum Kapuas Hulu District after the occurrence of forest fires in the region. The results of the data analysis of individual density proboscis at the 9% confidence interval is between 0,29 to 2,4 fish/ha, for a 99% confidence interval is between 0,33 to 3,23 fish/ha. The density of the groups with 9% confidence interval lies between 0.079 to 0.39 groups/ha and 99% confidence interval density lies between 0,02 proboscis groups to 0.377 groups/ha. The number of individuals in the study area throughout the proboscis monkey Leboyan River and Batang Ketam in the area Sentarum Lake National Park, at the 9% confidence interval is between 4 to 3 proboscis monkeys, for a 99% confidence lies between and 43 proboscis monkeys. The number of groups of proboscis monkey with a 9% confidence interval is between 2 to of proboscis monkeys and the 99% confidence interval is between to of proboscis monkeys. Keywords : Individual, Groups, Proboscis Monkeys, National Park Lake Sentarum. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik flora maupun fauna. Sumber daya alam yang dimiliki merupakan anugerah Tuhan yang perlu disyukuri dan dimanfaatkan secara lestari. Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang banyak terdapat jenis primata, dan merupakan wilayah dengan derajat endemisme fauna yang tinggi baik itu dari jenis mamalia maupun hewan melata. Salah satu jenis primata yang ada di Kalimantan adalah Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb). Ordo primata dibagi kedalam tiga subordo yaitu Prosimi, Tarsioidea dan Anthropoidea yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu. Bekantan merupakan salah satu jenis primata langka dan satwaliar endemik Kalimantan yang keberadaannya dilindungi semenjak jaman Kolonial 29

Belanda yaitu pada tahun 93 melalui Dierenbeschermings Ordonantie (UU Perlindungan Binatang Liar : Staatblad tahun 93 No.34) dan Dierenbeschermings Verordening (Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 93 dan tahun 93), UU No. Tahun 990, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.30/Kpts-II/99 tanggal 0 juni 99, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.2/Kpts-II/992 tanggal september 992, dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 999 tanggal 27 Januari 999, mengenai satwa dan tumbuhan yang dilarang untuk dipergunakan secara umum, baik untuk diperdagangkan maupun dimanfaatkan tanpa izin. Satwa endemik ini kini dalam kondisi terancam atau diambang kepunahan karena habitatnya menyempit sebagai akibat dari terjadinya kebakaran hutan didalam maupun disekitar Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya satwa liar membutuhkan keseimbangan ekosistem, oleh karena itu penurunan kualitas lingkungan dihabitatnya menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian jumlah populasi satwa liar khususnya bekantan. Bekantan yang terdapat di Taman Nasional Danau Sentarum juga tidak luput dari masalah tersebut sehingga dengan adanya kerusakan habitat akan berkurangnya jumlah populasi satwa yang mengakibatkan keberadaannya di alam terancam punah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan disekitar Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu. Alatalat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Peta lokasi penelitian, digunakan sebagai petunjuk areal penelitian. GPS, untuk pembuatan peta transek pengamatan. Alat tulis menulis, untuk penyusunan data dan pembuatan laporan. Teropong, sebagai alat batu dalam mengamati obyek. Jam tangan, digunakan sebagai pengatur waktu pengamatan. Kamera digital, untuk pengambilan data berupa data gambar. Kalkulator, sebagai alat bantu dalam perhitungan. Meteran tanah, untuk mengukur panjang jalur pengamatan. Tally Sheet pengamatan, untuk pengisian data primer di lapangan. Counter, sebagai alat bantu melakukan perhitungan bekantan. Obyek penelitian ini adalah satwaliar Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) yang ditemukan pada jalur-jalur pengamatan disekitar Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu.. Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan penelitian ini pengumpulan data dibedakan atas Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer dikumpulkan di lokasi penelitian berupa data jumlah individu dan jumlah kelompok individu setiap jenis bekantan yang terdapat atau ditemukan pada jalur pengamatan. Sedangkan Data Sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber yang 270

meliputi data tentang keadaan umum lokasi penelitian, keadaan sosial ekonomi masyarakat disekitar lokasi penelitian, studi literatur danbrowsing di internet. 2. Pelaksanaan Penelitian a. Penentuan lokasi penelitian Sebelum menentukan lokasi penelitian terlebih dahulu dilakukan orientasi di lapangan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan areal penelitian dan kelompok Bekantan yang diamati pada jalur pengamatan. b. Metode penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan jalur dengan panjang 00 meter lebar 00 meter sebagai unit contoh. Pengamatan dilakukan dengan menyelusuri jalur-jalur pengamatan yang dilakukan pada pagi hari jam 0:30-0:30 WIB dan sore hari jam :00-.00 WIB. Waktu-waktu ini dipilih karena merupakan puncak dari aktivitas primata. Pengamatan dilakukan dengan mencatat jumlah seluruh individu dan jumlah kelompok yang terlihat dari jarak langsung pada jalur-jalur pengamatan terhadap obyek (Nasalis larvatus, Wurmb). c. Penentuan penelitian Penentuan jalur penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mengikuti alur sungai. Jarak antara jalur disesuaikan dengan kondisi di lapangan, sehingga tidak terjadi perhitungan ganda. Jumlah jalur yang dibuat sebanyak jalur dengan panjang 00 meter dan lebar 00 meter (0 meter ke kiri dan 0 meter ke kanan), serta tiap jalur dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. 0m (C) (B) 0m (A)00 m Keterangan : (A) Panjang (B) Lebar (0 m ke kiri dan 0 m ke kanan) (C) Alur Sungai Gambar. Transek (Transect) HASIL DAN PEMBAHASAN. Kepadatan Jumlah Individu dan Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, wurmb) Per Hektar Pengamatan terhadap jumlah individu dan kelompok bekantan yang terlihat secara langsung di Sungai Leboyan dan Batang Ketam Taman Nasional Danau Sentarum, dilakukan 27

dengan menghitung secara langsung di jalur pengamatan di pinggir sungai dengan 3 kali pengulangan sebanyak jalur dan masing-masing jalur seluas Ha, sehingga luas keseluruhan areal penelitian adalah 40 Ha. a. Kepadatan Individu Per Hektar Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh, yaitu kepadatan jumlah individu bekantan pada selang kepercayaan 9% dan 99% dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel. Pendugaan Selang Kepadatan Individu Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) per hektar di Sungai Leboyan dan Batang Ketam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. (Hose Density Estimation Individuals Proboscis (Nasalis larvatus, Wurmb) per hectare in Leboyan River and Batang Ketam Sentarum Lake National Park area) Nomor 2 3 4 7 Luas Kepadatan Individu Per Ha,0 0,933 2,2 0,33 3,333 0, 3,733 0,0 Kepadatan Individu Per Ha 9% 99% 0,29 2,4 0,33 3,23 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah individu bekantan yang ditemukan di lapangan sebanyak jalur dengan masing-masing jalur seluas ha dan jalur yang jumlah individu bekantan yang terbanyak antara lain adalah jalur 7 terdapat 3,733 individu/ha, jalur terdapat 3,333 individu/ha dan pada jalur 3 terdapat 2,2 individu/ha. b. Kepadatan Kelompok Per Hektar Hasil analisa data yang diperoleh kepadatan kelompok bekantan pada selang kepercayaan 9% dan 99% dapat dilihat pada Tabel 2. 272

Tabel 2. Pendugaan Selang Kepadatan Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) per hektar di Sungai Leboyan dan Batang Ketam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (Hose Density Estimation Group of Proboscis (Nasalis larvatus, Wurmb) perhectare in Leboyan River and Batang Ketamin the National Park area of Lake Sentarum) Nomor Luas Kepadatan Kelompok Per Ha Kepadatan Kelompok Per Ha 9% 99% 2 3 4 7 0,2 0,33 0,4-0,333 0,0 0,4-0,079 0,39 0,02 0,377 Perhitungan tabel diatas, diketahui kepadatan kelompok bekantan yang ditemukan di lapangan sebanyak jalur dengan masing-masing jalur seluas ha dan jalur dengan jumlah kelompok bekantan yang terbanyak antara lain adalah jalur 2 terdapat 0,33 kelompok/ha, jalur terdapat 0,333 kelompok/ha, dan jalur 7 terdapat 0,4 kelompok/ha. 2. Jumlah Individu dan Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Di Seluruh Areal Pengamatan a. Jumlah Individu Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Di Seluruh Areal Pengamatan Hasil pengamatan jumlah individu untuk masing-masing jalur pengamatan serta jumlah individu seluruh areal dapat dilihat pada tabel 3 antara lain pengamatan dengan selang kepercayaan 9% dan 99% dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : 273

Tabel 3. Pendugaaan Selang Jumlah Individu Bekantan (Nasalis larvatus,wurmb) di Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (Hose Density Number of Individuals Proboscis (Nasalis larvatus, Wurmb) Leboyan River and Batang Ketam in the National Park area of Lake Sentarum) Nomor 2 3 4 7 Luas Jumlah Individu,0 4,,333 0,, 3,0, 0,333 Jumlah Individu Seluruh Areal 9% 99% 3,43 3,234,73 42,40 b. Jumlah Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Di Seluruh Areal Pengamatan Hasil pengamatan jumlah kelompok bekantan pada masing-masing jalur pengamatan di seluruh areal pengamatan pada selang kepercayaan 9% dan 99% dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Pendugaaan Selang Jumlah Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (Hose Density Total Groups Proboscis (Nasalis larvatus, Wurmb) Leboyan River and Batang Ketam in the National Park area of Lake Sentarum) Nomor Luas Jumlah Kelompok Jumlah Kelompok Seluruh Areal 9% 99% 2 3 4 7,0 0, 2,000 -, 0,333 2,333 -,03 4,23 0,20,02 274

Pada tabel 4 diketahui bahwa jumlah kelompok bekantan di seluruh areal pengamatan dengan masing-masing jalur seluas ha dan jalur dengan jumlah kelompok bekantan terbanyak antara lain adalah jalur 3 terdapat 2,000 kelompok, jalur terdapat, kelompok, jalur 7 terdapat 2,333 kelompok bekantan. 3. Jumlah Populasi Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Berdasarkan Hasil Pengamatan Di Seluruh a. Jumlah Individu dan Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Hasil pengamatan populasi bekantan pada tabel diketahui bahwa populasi Bekantan di Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, diperoleh Jumlah Individu Bekantan adalah ekor dan kelompok bekantan. Data tersebut merupakan data dari hasil pengamatan yang dapat terlihat secara langsung di lapangan seperti pada Tabel berikut : Tabel. Jumlah Populasi Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) (Proboscis Total Population (Nasalis larvatus, Wurmb)) Ulangan Jumlah Individu Jumlah Kelompok II III Jumlah Rerata 3 0,333 24,0 b. Jumlah Populasi Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Berdasarkan Tiap Tingkat Umur Hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat pada tabel dimana jumlah bekantan jantan dewasa ekor, betina dewasa 24 ekor, jantan dan betina muda 4 ekor dan anak 7 ekor. Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel. Jumlah Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) berdasarkan tingkat umur di Sungai Leboyan dan Batang Ketam dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (Amount Proboscis (Nasalis larvatus, Wurmb) based on age level at Batang River Leboyan and Batang Ketam in the National Park area of Lake Sentarum). Ulangan II III Jumlah Rerata Jantan dewasa 23 9 4 Betina dewasa 33 22 7 72 24 Jantan dan Betina muda 2 0 42 4 Anak 9,333 27 0

Sumber pakan primata dalam habitat merupakan faktor ekologis yang sangat menentukan terhadap kelestarian populasi primata (Bismark, 994). Kualitas dan kuantitas pakan dapat mempengaruhi perilaku dan organisasi sosial primata, mempengaruhi luas daerah jelajah dan perilaku pergerakan primata (Raemaker dan Chivers, 90), dan juga mempengaruhi pakan sebagai sumber energi, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Potensi pakan juga berpengaruh terhadap besarnya kelompok dan populasi bekantan (Iskandar, 200). Bekantan merupakan satwa endemik Kalimantan yang hidup disepanjang tepian atau pinggiran sungai hutan rawa. Selama penelitian berlangsung, sering ditemukan jenis primata lain selain bekantan yaitu Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Walaupun demikian, diantara kedua jenis primata tersebut tidak menunjukkan interaksi berkelahi pada saat mencari makan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bismak (90) bahwa keduanya memiliki perbedaan dalam hal jenis tumbuhan pakan yang dimakan dan tempat masing-masing mereka mencari makan. Kebakaran hutan Menyebabkan berkurangnya sampai hilangnya ruang, pakan, tempat berlindung dan tempat beraktivitas sosial. Pengaruh terjadinya kebakaran hutan bagi populasi satwa liar antara lain menurunnya jumlah populasi, terganggunya kesehatan, migrasi, perubahan prilaku, perubahan kebiasaan makan dan jenis makanan serta terganggunya proses reproduksi (Hendra, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Populasi bekantan setelah terjadinya kebakaran hutan di Sungai Batang Ketam dengan selang kepercayaan 9% Jumlah Individu terletak antara 0,29 sampai 2,4 ekor/ha dan pada Jumlah Kelompok bekantan terletak antara 0,079 sampai 0,39 kelompok/ha bekantan. Dengan selang kepercayaan 99% Jumlah Individu terletak antara 0,33 sampai 3,23 ekor/ha dan pada Jumlah Kelompok bekantan terletak antara 0,02 sampai 0,377 kelompok/ha. Saran Rusaknya Vegetasi di lokasi penelitian akibat terjadinya kebakaran hutan sehingga perlu adanya perbaikan vegetasi dengan cara reboisasi atau penghijauan kembali hutan-hutan yang rusak agar keberadaan satwa khususnya bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di daerah tersebut tidak mengalami penurunan terus menerus sehingga mengakibatkan kepunahan terhadap populasi bekantan. DAFTAR PUSTAKA Bismak, 90. Populasi dan Tingkah Laku Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Di Suaka Margasatwa Tanjung Putting Kalimantan Tengah, Laporan Lembaga Penelitian Hutan, Bogor. 270

----------,994. Ekologi Makan dan Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur [Desertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Kehutanan, 990. Undang- Undang RI No. Tahun 990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta. Iskandar, E. 200. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Jawa Barat, Disertasi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Raemakers, J. J. and D. J. Chivers. 90. Socioecology of Malayan Forest Primates, Malayan Forest Primates (D.J. Chivers ed). Plenum Press. London. Hendra, 2007. Pengaruh Kebakaran Hutan Terhadap Vegetasi Dan Satwa Liar Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Provinsi Sulawesi Tenggara http://www.dephut.go.id/infor MASI/LITBANG/Penelitian. 277