BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB V PENUTUP Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 80.

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. 1 Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik : Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, PT Rineka

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

L PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. fungsi dan tujuan Standar Pendidikan Nasional adalah:

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

I. PENDAHULUAN. perbedaan pada siswa-siswanya. Siswa yang pandai akan terhambat kemajuannya

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia diatur dalam undang-undang, termasuk pola pendidikan. Pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

PENERAPAN KETERAMPILAN BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SUB POKOK BAHASAN VERTEBRATA DI SMA KELAS X DARUSSALAM INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.1 Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.2 Proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.3 Pembelajaran merupakan tugas utama guru, karena guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi saja, tetapi bagaimana caranya materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami peserta didik dan menerapkan nilai-nilai yang dipelajari dalam pembelajaran. Sehingga guru diharapkan mampu merencanakan, memilih serta menerapkan model atau metode yang 1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 4-5. Tukiran Taniredja, et. al, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, Alfbeta, Bandung, 2014, hlm. 3. 3 1

2 sesuai agar siswa dapat mengembangkan potensi, memiliki kecerdasan, watak dan kepribadian yang baik, memiliki kreatifitas dan keterampilan yang dibutuhkan pada dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Karena pada dasarnya pembelajaran tidak berlangsung satu arah (one way system) melainkan terjadi secara timbal balik (interactive, two ways traffic system) antara guru dan peserta didik.4 Namun, sampai saat ini guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan harapan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Fuad Ihsan dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Kependidikan: Pendidikan yang ada di Indonesia juga belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat. 5 Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor penghambat yang menghalanginya. Salah satu faktor penghambat tersebut adalah kemampuan guru itu sendiri belum menunjang pelaksanaan tugasnya. Selama ini guru hanya menguasai materi pembelajarannya saja tanpa mempertimbangkan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik siswanya. Sehingga siswa kurang berkembang dan merasa jenuh karena kurang mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Guru yang menguasai materi dan metodenya tentu akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar, sebaliknya jika guru kurang begitu menguasai materi dan metodenya akan berdampak negatif terhadap siswa dalam belajarnya. Oleh sebab itu, seorang guru hendaknya lebih bisa memilih dan menerapkan metode yang tepat, lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan karakteristik siswanya. Metode ialah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode, makin efektif pula pencapaian 4 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 193. 5 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 193.

3 tujuan.6 Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Metode yang digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penentapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai pendidikan agama Islam dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.7 Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai pendidikan agama Islam tujuan pendidikan yang telah diterapkan. Penggunaan metode yang konvensional seperti guru menggunakan metode ceramah, jarang menggunakan media dan siswa hanya duduk mendengarkan guru menjelaskan, menyebabkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran dalam proses pembelajaran menjadikan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Kegiatan pembelajaran ini juga membuat siswa terlihat tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Siswa selalu dituntut untuk mampu menjelaskan konsep yang telah diajarkan guru akan tetapi guru tidak membimbing siswa untuk mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep tersebut. Menurut pengamatan di dalam penelitian, rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran Fiqih disebabkan karena siswa kurang 6 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jemmars, Bandung, 1980, hlm. 75. 7 Abdul Majid, Op. Cit., hlm.193.

4 memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Keseriusan siswa dalam belajar kurang dan cenderung bosan dengan kegiatan belajar yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan soal latihan di buku latihan peserta didik. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa di atas disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi Fiqih. Sulitnya siswa memahami konsep dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan tidak melibatkan aktivitas siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, sehingga konsep yang telah dipelajari tidak begitu dipahami dan sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah bagaimana menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. Seorang guru harus mampu menggunakan berbagai macam model pembelajaran dalam mengorganisasi sebuah proses pembelajaran. Penggunaan beragam model pembelajaran ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Guru sering terjebak dalam kebiasaan yang monoton dalam menggunakan model pembelajaran artinya tidak mau menggunakan variasi gaya mengajar sehingga hanya model tertentu yang digunakan. Hal ini didasarkan pada alasan yang bermacam-macam, mulai terbatasnya sarana pembelajaran, waktu yang tidak mencukupi, siswa yang belum siap dan bahkan gurunya sendiri yang tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Fenomena yang terjadi seperti di atas menuntut guru untuk dapat membuat siasat supaya hal tersebut tidak menjadi sebuah momok bagi peserta didik. Model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan akan membuat peserta didik merasa nyaman dan aktif untuk mengikuti pelajaran khusunya mata pelajaran Fiqih, agar harapan tersebut bisa terpenuhi dengan baik, maka dari itu guru mata pelajaran Fiqih menerapakan model Cooperative Integrated Reading and Composition kemampuan berpikir kritis siswa. (CIRC) untuk meningkatkan

5 Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) mengutamakan kerjasama dalam kelompok atau tim dan saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Model ini dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca mereka, dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya dengan melatih mereka mengenai saling merespon kegiatan membaca mereka.8 Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian dalam karya skripsi dengan judul implementasi cooperative integrated reading and composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus tahun pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Dalam pandangan penelitian kualitas gejala itu bersifat holistik (menyeluruh), tidak dapat dipisah-pisahkan, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menempatkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place) pelaku (aktor) dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini di dalam kelas adalah ruang kelas, guru, murid serta aktivitas proses belajar mengajar.9 Untuk mempermudah dalam memahami penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada implementasi cooperative integrated reading and composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas X di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan (problem question) penelitian sebagai berikut: 8 Hamzah B. Uno dan Nurudin Mohamad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 115. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 285.

6 1. Bagaimana implementasi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) serta solusinya pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus? D. Tujuan Penelitian Setiap melakukan penelitian tidak lepas dari tujuan dan manfaat yang ingin dicapainya. Begitu juga dalam penelitian yang akan penulis laksanakan. Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang implementasi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) serta solusinya pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik secara teoretis maupun praktis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi bagi kajian kajian tentang teori model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam usaha mencerdaskan anak bangsa serta untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kemampuan kognitif siswa. b. Bagi Guru Mata Pelajaran Fiqih Memberikan informasi dan masukan bagi para guru, khususnya guru pendidikan agama Islam dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Fiqih. c. Bagi Siswa Memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan kepada siswa melalui model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Sehingga siswa lebih termotivasi dalam proses belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran Fiqih.