I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Listrik Dinamis di Kelas X SMA Negeri 3 Lamongan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains, ISBN , (2014), 5.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

Pembelajaran Remedial

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

A. Latar Belakang Masalah

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

2015 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS FILM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen saling terkait bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Untuk mencapai tujuan itu, proses pendidikan harus menggunakan standar baku yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Mengacu pada hal itu, maka proses pembelajaran harus diawali dengan perencanaan, kemudian pelaksanaan pembelajaran dilanjutkan dengan mengevaluasi dan pengawasan hasil pembelajaran, Semua diharapkan berdampak langsung terhadap hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan terbentuknya manusia Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang bertujuan tercapainya kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Proses pembelajaran ini diawali dengan perencanaan yang biasa disebut dengan Rencana Pelaksanaan

2 Pembelajaran (RPP) bersifat terencana dan sistematik. Karena itu, perencanaan harus disusun secara lengkap dengan pengertian dapat dipahami dan dilakukan oleh orang lain serta tidak menimbulkan penafsiran ganda. Pertanyaannya: apakah rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru selama ini sudah lengkap dan operasional? Pernyataan tersebut terjawab melalui hasil evaluasi kegiatan Bimtek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2009 dan hasil supervisi Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditemukan bahwa; (1) guru telah menyusun RPP, akan tetapi masih banyak yang belum memenuhi ketentuan standar proses; dan (2) banyak guru menggunakan RPP yang belum disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan. Bahkan pembuatan RPP belum sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam silabus. Pada hakikatnya, penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir yang spesifik dan ajeg untuk menyusun suatu RPP. Melainkan, rancangan itu seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa (sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model, media, dan strategi pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu siswa dalam menempuh proses belajar. Hal ini sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

3 memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, serta kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik, dan peserta didik. Melangkah dari ketentuan dari peraturan pemerintah tersebut, maka perlu ada perencanaan pembelajaran yang menggunakan model, media, dan strategi pembelajaran yang tepat agar terjadi proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, juga kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik, dan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran membutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran dan model yang digunakan tidak boleh sembarangan. Melainkan merujuk kepada tujuan pembelajaran mata pelajaran dan tujuan pendidikan nasional. KTSP menghendaki situasi belajar yang alamiah, yakni siswa belajar sungguh-sungguh dengan cara mengalami dan menemukan sendiri pengalaman belajarnya. Ketika siswa belajar ilmu alam, maka yang dipelajari adalah ilmu alam sekitar yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah autentik, dan bermakna yang dapat menantang siswa memecahkannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Nurhadi (2004:109), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

4 konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Guru harus mendorong siswa untuk terlibat dalam tugastugas berorientasi masalah melalui konsep dan fakta serta membantu menyelidiki masalah autentik dari suatu materi pelajaran. Melalui pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan tahap pembelajarannya dan aktivitas guru yang tercipta, maka akan menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, juga kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik, dan peserta didik. Dari pernyataan di atas, maka pembelajaran berdasarkan masalah layak dilaksanakan dalam pembelajaran. Selain perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, standar proses ketiga dalam proses pembelajaran adalah evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini secara umum bertujuan mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus tujuan evaluasi adalah: (1) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan; (2) mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar sehingga dapat dilakukan diagnosis kemungkinan memberikan remedial teaching; serta (3) mengetahui efisiensi dan efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut model, media, maupun sumber-sumber belajar. Kekeliruan mengevaluasi bisa terjadi dari evaluator dan peserta didik. Untuk menghindari kekeliruan itu diperlukan instrumen evaluasi tepat yang disusun secara akurat dan terdiri atas indikator-

5 indikator atau hal-hal yang merupakan pertanda bahwa siswa itu pandai dari yang lain. Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran dan mutu pendidikan. Karena, upaya untuk meningkatkan hasil belajar terus dikembangkan dimulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Hasil belajar meliputi tiga aspek yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan yakni aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai setelah interaksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil yang dicapai berupa angka atau nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima, dalam beberapa kali pengamatan diperoleh informasi: (1) perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran fisika Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima kurang spesifik dan sistematis. Pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; (2) penentuan model pembelajaran yang dipakai kurang sesuai dengan karakteristik siswa, pengalaman belajar yang diberikan, dan karakteristik siswa. Guru lebih aktif dalam pembelajaran dan dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa serta kurangnya alam sekitar dan gejala alam dijadikan sumber belajar, Walaupun, sering berinteraksi dan ditemui dalam kehidupan. Akibatnya, siswa cenderung pasif dan bosan

6 sehingga kurang mengasah cara berpikir kritis serta kemampuan memecahkan masalah; (3) teknik evaluasi yang belum sesuai untuk mengukur penguasaan materi siswa yang memungkinkan belum tergambar secara menyeluruh hasil belajar yang sebenarnya; serta (4) pengamat memperoleh data tentang nilai rata-rata ulangan harian siswa pada pokok bahasan optika geometri adalah 49,62 dengan ketuntasan belajar 47,5%. Sehingga perlu rasanya menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah yang ditemukan dari kehidupan seharihari, baik melalui pengalaman sendiri, melihat, atau menonton guna dapat memecahkan persoalan fisika yang dihadapi setiap hari. Permasalahan di atas sangat menarik dicermati bagaimana upaya kita merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar sehingga dapat mengaktifkan siswa sepenuhnya dalam belajar sehingga diperoleh hasil belajar siswa yang meningkat. Karena itu, penulis mencoba suatu menerapkan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah, kemudian melaksanakan pembelajaran berdasarkan masalah, dan melakukan tehnik evaluasi untuk mengukur penguasaan materi siswa guna memperoleh gambaran yang tepat untuk hasil belajar. Materi yang dipilih yakni mengenai listrik dinamis salah satu bahan kajian fisika kelas X semester 2 siswa SMA atau sederajat. Listrik dinamis merupakan materi dengan konsep yang sederhana dan fenomenanya dapat diamati serta sering kali dijumpai dalam kehidupan manusia. Dengan penerapan pembelajaran berdasarkan masalah, guru berusaha menunjukkan kepada siswa bahwa materi listrik dinamis dekat, konkret, dan berkaitan langsung dengan pengalaman keseharian siswa di mana pembelajaran

7 berdasarkan masalah menstimulasi proses belajar dengan menggunakan masalah-masalah itu pada situasi nyata. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut 1. Perencanaan pembelajaran yang belum direncanakan secara terencana dan sistematik. 2. Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih belum efektif terlihat dari nilai rata-rata penguasaan materi listrik dinamis oleh siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima masih rendah. 3. Teknik evaluasi yang digunakan belum sesuai untuk mengukur penguasaan materi siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima. 4. Masih rendahnya rata-rata hasil belajar fisika siswa materi listrik dinamis pada siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima. 1.3. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah 1. Penyusunan desain RPP materi fisika listrik dinamis Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima belum menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. 2. Guru belum menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah

8 3. Sistem evaluasi materi fisika listrik dinamis Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima belum sesuai. 4. Rendahnya hasil belajar fisika siswa materi listrik dinamis Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Lima. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dijadikan kaji tindak adalah : 1. Bagaimana penyusunan RPP yang menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah ke dalam pembelajaran listrik dinamis? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah ke dalam pembelajaran listrik dinamis? 3. Bagaimana prosedur dan alat evaluasi hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah ke dalam pembelajaran listrik dinamis? 4. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran berdasarkan masalah ke dalam pembelajaran listrik dinamis? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. Penyusunan dan perbaikan RPP menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 2. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah yang tepat guna meningkatkan hasil belajar.

9 3. Tehnik evaluasi hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 4. Peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat A. Manfaat Teoritis : Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat: 1. Mengembangkan keilmuan Teknologi Pendidikan dalam kawasan Desain dan Pengelolaan Pembelajaran khususnya berkaitan dengan peningkatan hasil belajar fisika dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. 2. Sumbangan dalam pemanfaatan model yang berdasarkan masalah. 3. Sumbangan untuk perkembangan ilmu fisika. 4. Mengembangkan penanaman konsep-konsep pembelajaran fisika yang variatif. B. Manfaat Praktis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat: 1. Siswa difasilitasi agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, termasuk kemampuan bekerja sama, dan kemampuan berkomunikasi.

10 2. Guru mendapatkan model pembelajaran yang sesuai untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa serta pembelajaran di kelas. 3. Bagi guru mata pelajaran lain Sebagai referensi bagi guru mata pelajaran lain dalam menerapkan model-model pembelajaran di kelas. Memberikan wawasan untuk mengkaji model-model pembelajaran di kelas Sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran di kelas 5. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran fisika di sekolah. Sebagai sumbangan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di sekolah Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah untuk melakukan kajian bagi guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.