BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan tersebut tentu tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dalam era globalisasi, pendidikan pun dituntut untuk

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan. mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut antara lain kemampuan kreatif dan kemampuan pemecaham masalah. kedua kemampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut kreativitas untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Pada bidang pendidikan, kemampuan kreatif dan kemampuan pemecahan masalah mendapat perhatian yang cukup besar. Hal itu terlihat pada upayaupaya pengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk memasukkan kedua komponen ini dalam berbagai kegiatan pendidikan, baik dimuat dalam kurikulum, strategi pembelajaran maupun perangkat pembelajaran lainnya. Upaya tersebut dimaksudkan agar supaya setiap kegiatan pendidikan atau pembelajaran, kepada siswa dapat dilatihkan keterampilan yang dapat mengembangkan kemampuan kreatif dan pemecahan masalah. Dengan demikian dunia pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap

2 pengembangan sumber daya manusia yang kreatif dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang handal untuk menjalani masa depan yang penuh tantangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 1 (ayat 1) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pernyataan lebih jelas tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan kreatif dan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran IPA. Pendidikan di Sekolah Dasar memiliki beberapa mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan individu dikemudian hari diantaranya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berhubungan dengan

3 alam sekitar dan alam semesta yang berguna dalam kehidupan manusia. IPA juga mengajarkan berfikir kritis, kreatif, serta inovatif. Bruner (dalam Nasution, 2005: 6) menyatakan bahwa IPA atau yang sering disebut Sains memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran IPA harus senantiasa dapat melibatkan siswa, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis, kretif, dan inovatif. Lebih lanjut Depdiknas (dalam Nasution, 2005: 25) menyatakan bahwa agar tujuan dapat tercapai, maka sains perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif, yaitu melalui proses dan sikap ilmiah peningkatan mutu pembelajaran sains perlu ditingkatkan untuk mengimbangi dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Hakikatnya belajar IPA bukan hanya sekedar menghafal konsep tetapi siswa berusaha untuk menemukan konsep, sehingga dalam pembelajarannya hendaknya guru tidak hanya mentransfer pengetahuannya secara informatif saja tetapi mengajak siswa agar terlibat aktif secara langsung. Berdasarkan wawancara dengan guru dan hasil observasi selama pembelajaran IPA yang dilakukan peneliti pada hari senin 22 Januari 2015 di kelas V SD Negeri 03 Metro Barat, peneliti menemukan bahwa guru belum optimal dalam penggunaan variasi model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan. Guru lebih mengutamakan pemberian pengetahuan secara informatif saja dan kurang memberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk

4 mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah serta kurang memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri. Beberapa temuan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga belum menunjukkan adanya proses konstruktivis yang optimal dan bermakna bagi siswa. Jumlah siswa yang terlalu banyak sering membuat kondisi kelas menjadi kurang kondusif, tak jarang siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan sering membuat kegaduhan. Kegiatan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas, saat tanya jawab ada beberapa siswa yang terlihat diam saja. Mereka terlihat kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Meskipun demikian, masih terdapat siswa yang aktif, namun hanya siswa itu saja yang aktif untuk merespon setiap pertanyaan guru. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran karena pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal untuk mengajak siswa agar terlibat didalamnya, sehingga pembelajaran menjadi kurang komunikatif. Penelusuran lebih lanjut, melalui telaah dokumen hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tahun pelajaran 2014/2015 yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA belum optimal. Hanya 17 orang siswa (48,57%) dari 35 orang siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 66. Mulyasa (2013: 131) menyatakan dari segi hasil, proses pembentukan kompetensi dan karakter siswa dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik

5 seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75%. Indikator tersebut menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar IPA di kelas V masih sangat rendah karena persentase yang ditunjukkan masih jauh dari indikator keberhasilan. Sebagai alternatif untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan pembelajaran dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang mampu mengajak siswa terlibat aktif sepenuhnya sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Perbaikan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mengubah model pembelajaran yang digunakan. Model treffinger merupakan salah satu alternatif perbaikan yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran sekaligus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Shoimin (20114: 218) mengemukakan bahwa model treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Dengan melibatkan keterampilan kognitif dan afektif pada setiap tingkat dari model ini, treffinger menunjukkan saling berhubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif. Menurut Treffinger (dalam Huda, 2013: 218) model treffinger adalah model yang berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk diimplementasikan secara nyata. Disamping itu melalui

6 penerapan dengan model treffinger usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dilakukan secra sistematik dengan memusatkan perhatian kepada proses belajar memecahkan masalah. Tentu saja kegiatan sseperti ini akan memberi peluang besar kepada semua siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam pembelajaran IPA. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan rendah yang umumnya melalui model treffinger akan lebih berkembang dan meningkat kemampuan kratif dan kemampuan pemecahan masalah IPA sehingga aktivitas dan hasil belajarpun meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model treffinger untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat tahun 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar sebagai berikut: 1. Guru belum optimal dalam penggunaan variasi model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan. 2. Guru lebih mengutamakan pemberian pengetahuan secara informatif saja dan kurang memberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah 3. Guru kurang memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri dalam pembelajaran.

7 4. Jumlah siswa yang terlalu banyak sering mengakibatkan kondisi kelas menjadi kurang kondusif. 5. Kegiatan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas. 6. Siswa belum menampakkan keterlibatannya secara aktif baik dalam kegiatan tanya jawab maupun dalam kegiatan pembelajaran. C. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi, dalam: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model treffinger. 2. Model treffinger yang dimaksud adalah untuk membuat suasana pembelajaran lebih aktif dengan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat. 3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 03 Metro Barat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model treffinger dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat tahun pelajaran 2014/2015?

8 2. Bagaimanakah penerapan model treffinger dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat tahun pelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model treffinger pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat tahun pelajaran 2014/2015. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model treffinger pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 03 Metro Barat tahun pelajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa Melalui penerapan model treffinger dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkankan masalah serta meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa mengenai konsep IPA. 2. Guru Melalui penerapan model treffinger dapat dijadikan sebagai refleksi untuk memperbaiki pembelajaran serta meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu, model treffinger dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang bervariatif agar siswa tidak merasa bosan.

9 3. Sekolah Mengharumkan nama baik sekolah, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan serta inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di SD Negeri 03 Metro Barat. 4. Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian tindakan kelas serta meningkatkan penguasaan mengajar dengan menerapkan model treffinger sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.