BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang memungkinkan dapat mengetahui inti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhao (1998) dalam jurnal yang berjudul 汉日语疑问代词的用法与比较 ( 上 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, termasuk kehendak, harapan, keinginan dan hajat. Defenisi ini menekankan

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai dalam menganalisis masalah dalam penelitian ini agar ditemukan hasil

peneliti-peneliti sebelumnya, baik di dalam bahasa Indonesia, bahasa Mandarin,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB II. KONSEP, LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture (dalam Nugroho dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa, karena bahasa merupakan suatu alat untuk menjalin komunikasi dalam

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata, dan tata bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku bangsa

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tata bahasa merupakan suatu komponen terpenting yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan

23. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin Untuk Paket C Program Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian peneliti sebelumnya:

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perekonomiannya. Pertumbuhan perekonomian China yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Fungsi bahasa adalah sebagai sarana komunikasi antara sesama, sarana

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA MANDARIN KELAS X PROGRAM PILIHAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya aktifitas sektor industri Tiongkok, serta banyaknya pengguna bahasa

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. lain berarti kita berkomunikasi dengan orang lain (Effendi,1995:1).

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat berkomunikasi yang tidak akan pernah lepas dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial bahasa Mandarin, dan adverbial bahasa Indonesia. Sun (2010) dalam disertasi yang berjudul Hànyǔ, Yìnníyǔ Xiàndìngxìng ǔ y Miáoxiěxìng Zhuàngyǔ Duìbǐ Yánjiū [ 汉语 印尼语限定性与描写性状语对比研究 ] menjelaskan bahwa, dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia jenis kata tertentu seperti kata sifat, kata benda dan lain-lain dapat berfungsi sebagai adverbial. Adverbial terbagi menjadi beberapa jenis yaitu adverbial tunggal di antaranya adverbial tempat, waktu, frekuensi, tingkatan, ruang lingkup, cara, dan lain-lain serta adverbial jamak di antaranya adverbial bertingkat, setara, dan lain-lain. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa klasifikasi adverbial bahasa Mandarin maupun adverbial bahasa Indonesia disertai dengan deskripsi singkat mengenai penggunaannya dalam kalimat. Pan (2010) dalam disertasi yang berjudul Xiàndài Hànyǔ Zhuàngyǔ Yǔxù Yánjiū [ 现代汉语状语语序研究 ] menjelaskan bahwa, jenis-jenis adverbial besar kemungkinan berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Hal ini dikarenakan lingkungan bahasa yang berbeda di antara keduanya sehingga letak/ 19

susunan adverbial juga terpengaruh olehnya. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa acuan penggunaan adverbial bahasa Mandarin tertentu di dalam kalimat. Ying (2011) dalam jurnal yang berjudul Perbandingan Karakteristik dan Fungsi Kata Keterangan Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, pada umumnya kata keterangan bahasa Mandarin diletakkan di awal, tengah ataupun di akhir kalimat, yang mana berbeda dengan kata keterangan bahasa Indonesia yang diletakkan di awal ataupun di tengah kalimat. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa paparan singkat mengenai karakteristik adverbial serta contoh-contoh kalimat yang menggunakan adverbial bahasa Mandarin ataupun adverbial bahasa Indonesia. Tandy (2011) dalam skripsi yang berjudul Analisis Kontrastif Kalimat Tanya Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin menjelaskan bahwa, analisis ataupun linguistik kontrastif mempunyai 2 (dua) langkah atau cara pendekatan, salah satunya yakni pendekatan sinkronik yang menitik-beratkan pada bentukbentuk kontemporer yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang akan dibandingkan. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa uraian mengenai analisis kontrastif. 2.2 Konsep Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, ataupun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Oleh karena itu, konsep dalam penelitian ini adalah: 20

2.2.1 Analisis Kontrastif Tarigan (1992: 4) menjelaskan bahwa: analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa. Perbedaanperbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui Anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2. B1 yang dimaksud di sini adalah bahasa pertama atau bahasa asal, sedangkan B2 adalah bahasa kedua atau bahasa target. Herawaty (2012: 1) dalam makalahnya yang berjudul Apa Itu Analisis Kontrastif? mengatakan bahwa, Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis) adalah sebuah metode yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan antara bahasa pertama (B1) dan bahasa target (B2) yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa kedua yang dipelajarinya tersebut. Dengan adanya analisis kontrastif, diharapkan pembelajar dapat memahami bahasa kedua atau bahasa asing dengan lebih mudah. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa analisis kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaanperbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itulah, dapat ditemukan adanya penyimpangan, pelanggaran, atau kesalahan yang mungkin dilakukan oleh para dwibahasawan. Ridwan (1998: i) mendeskripsikan linguistik atau analisis kontrastif (LK, AK) sebagai suatu metode penganalisisan linguistik yang berusaha mendeskripsikan, membuktikan, dan menguraikan perbedaan atau persamaan 21

aspek-aspek kebahasaan dari dua bahasa atau lebih yang dibandingkan. Bahasabahasa yang dibandingkan tersebut disebut sebagai bahasa-bersentuhan (languages-in-contact). Tujuan atau sasaran analisis kontrastif sendiri adalah untuk menemukan prinsip-prinsip kebahasaan yang bermanfaat untuk diterapkan dalam tujuan-tujuan praktis khususnya bagi keperluan pengajaran, pembelajaran, dan penerjemahan. Kemudian dijelaskan lebih mendalam oleh Ridwan (1998: 17) bahwa, Analisis atau Linguistik komparatif mempunyai beda dan persamaan dengan analisis atau linguistik kontrastif. Namun keduanya saling mendukung. Analisis atau linguistik kontrastif akan lebih kuat dan mendalam apabila didukung data yang diperoleh melalui studi komparatif. Analisis komparatif mengacu pada kemiripan ( resemblances ) dan sumber atau asal ( origins ) bahasa tertentu, sedangkan, analisis kontrastif mengacu pada korespondensi antara aspek-aspek dalam bahasa-bahasa yang dibandingkan. Sifat-sifat keuniversalan kebahasaan diperlukan untuk analisis komparatif maupun kontrastif. Aspek keterkaitan historis diperlukan untuk analisis komparatif tetapi kurang diperlukan untuk analisis kontrastif. Jadi, berdasarkan pendapat Ridwan di atas dapat disimpulkan perbedaan analisis kontrastif dan analisis komparatif dalam bagan berikut. Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Analisis Kontrastif dengan Analisis Komparatif Karakteristik Analisis Kontrastif Karakteristik Analisis Komparatif Membandingkan struktur dua bahasa yang tidak serumpun Membandingkan struktur dua bahasa yang serumpun Membandingkan dua bahasa yang sezaman (bersifat sinkronis) Membandingkan dua bahasa dari zaman ke zaman (bersifat diakronis) 22

Dilakukan demi kepentingan pengajaran bahasa Dilakukan demi kepentingan penemuan bahasa awal (origin language) serta penentuan arah penyebaran bahasa 2.2.2 Tata Bahasa Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan umum berdasarkan struktur bahasa. Struktur bahasa tersebut meliputi bidang-bidang tata bunyi (fonologi), tata bentuk (morfologi), dan tata kalimat (sintaksis). Tata bahasa yang bersifat normatif (umum) adalah jenis yang dipakai dalam pengertian seharihari. Jenis tata bahasa ini disusun berdasarkan gejala-gejala bahasa umum yang dipakai oleh kebanyakan orang dalam suatu masyarakat (Keraf, 1984: 28). 2.2.2.1 Tata Bahasa Mandarin Tata bahasa merupakan salah satu unsur suatu bahasa. Orang asing yang belajar bahasa Mandarin modern haruslah memiliki pemahaman yang baik mengenai karakteristik tata bahasa, selain lafal dan pengucapan, aksara China serta kosakata dalam hal menguasai aturan bangun kalimat dan penggunaan kata. Bahasa Mandarin merupakan sebuah bahasa dengan dialek yang beranekaragam. Namun yang menjadi pedoman atau standar lafal, pengucapan, dan model gramatikal adalah bahasa umum yang diistilahkan sebagai pǔtōnghuà [ 普通话 ] (Li dan Cheng, 2008: 1). 23

2.2.2.2 Tata Bahasa Indonesia Tata bahasa pada dasarnya adalah seperangkat pedoman dari sebuah bahasa tertentu yang setiap strukturnya dijelaskan sebagai deskripsi umum dari sekian banyak ungkapan dalam bentuk tertentu. Supaya lebih mudah membahas struktur tersebut, maka harus diberikan label. Label-label inilah yang dinamakan dengan istilah gramatikal. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sedang mengalami perubahan pesat. Kata-kata baru banyak yang bermunculan, meskipun ada yang diterima dan ada pula yang ditolak oleh masyarakat. Pengaruh yang besar dari media massa (pers) juga mengakibatkan sekian banyak perubahan gramatikal yang bukan berasal dari bahasa Indonesia namun seiring berjalannya waktu juga diterima oleh orang Indonesia. Sehingga tata bahasa Indonesia termasuk ke dalam tipe tata bahasa sinkronis yang memperhatikan juga tren dan perubahan yang terjadi akhirakhir ini (Sneddon, 1996: 2). 2.2.3 Adverbial Salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat adalah keterangan (adverbial) yang mana bertugas untuk membatasi acuan konstruksi yang bergabung dengannya. Meskipun tugas tersebut juga dimiliki oleh pelengkap, namun pada umumnya pelengkap wajib hadir untuk melengkapi konstruksinya, sedangkan keterangan tidak. Selain itu, keterangan biasanya bebas letaknya, sedangkan pelengkap selalu di belakang verba beserta objeknya. Cakupan semantis keterangan/ adverbial lebih luas yaitu untuk mewatasi unsur kalimat atau seluruh 24

kalimat. Dalam keterangan ada yang menyatakan alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan (Alwi, 2000: 36). Adverbial termasuk kategori tata bahasa dalam segi sintaksis, merupakan salah satu jabatan kalimat yang disebutkan dalam tata bahasa tradisional. Adverbial adalah salah satu metode sintaktis terpenting untuk menyatakan subjektivitas si pembicara (Li, 2008: 1). Jabatan kalimat yang memodifikasi kata kerja atau kata sifat disebut sebagai adverbial. Sebagai sebuah struktur dalam bahasa Mandarin yang memiliki fungsi semantis, pada umumnya adverbial merupakan jabatan kalimat dengan bentuk terpanjang. Jenis kata atau frasa apapun dengan fungsi semantisnya dapat menjadi adverbial (Pan, 2010: 1). Ying (2010: 5) dalam jurnalnya yang berjudul Perbandingan Karakteristik dan Fungsi Kata Keterangan Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia menuturkan bahwasanya adverbial dalam bahasa Mandarin yang berupa kata keterangan bisa diletakkan di awal maupun di tengah kalimat. Selain itu, sebagian kecil kata keterangan mampu berdiri sendiri untuk menjawab pertanyaan. Pada bahasa Mandarin, kalimat dengan jabatan utama (Subjek-Predikat) yang sudah lengkap sekalipun belum tentu mampu menjelaskan maksud si pembicara dengan jelas. Oleh karena itu dibutuhkan jabatan sekunder, antara lain Objek, Keterangan Sifat, Keterangan Tambahan/ Adverbial (Zhang, 2012: 233). Dilihat dari segi tataran, adverbia bahasa Indonesia dibedakan berdasarkan tataran frasa atau tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaktis. Umumnya kata atau bagian 25

kalimat yang dijelaskan oleh adverbia tersebut berfungsi sebagai predikat (Alwi, 2000: 197). Ying (2011: 5) memaparkan bahwa adverbial bahasa Indonesia digunakan untuk memodifikasi kata benda, kata kerja, kata sifat, preposisi, numerial dan frase preposisi. Khusus untuk adverbial bahasa Indonesia yang berupa kata keterangan dapat direduplikasi, ditambahkan awalan maupun ditambahkan akhiran. 2.3 Landasan Teori Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yakni mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penggunaan adverbial berdasarkan jenis dan letaknya dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, adapun landasan teori yang dipakai oleh penulis adalah teori analisis kontrastif dan teori tata bahasa. 2.3.1 Analisis Kontrastif Dasar analisis kontrastif adalah teori belajar ilmu jiwa tingkah laku. Menurut paham teori belajar psikologi behaviorisme yang mendominasi analisis kontrastif, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Kesalahan berbahasa tersebut dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan ber-b2 (bahasa kedua) melalui latihan, pengulangan, dan penguatan (Tarigan, 1992: 4). Salah satu ruang lingkup analisis kontrastif seperti yang dipaparkan oleh Ridwan (1998: 11) adalah struktur sintaksis. Struktur sintaksis ini kemudian disubklasifikasikan lagi ke dalam struktur frasa, struktur kalimat, struktur klausa. 26

Struktur frasa mengacu pada penyusunan unsur-unsur sintaksis dalam penyusunan satuan yang lebih luas. Struktur kalimat yang disebut pula sebagai pola sintaksis mengikuti ketentuan dan kebiasaan dalam suatu bahasa yang tidak selamanya sama dengan bahasa lainnya. Struktur klausa yang merupakan cetak biru dari sebuah klausa dapat dibedakan berdasarkan jumlah atau jenis unsur-unsur konstituen seperti subyek, predikat, obyek, adverbial, dan lainnya. Penerapan analisis kontrastif sendiri memiliki tujuan yang fundamental yakni, menyediakan pemahaman yang diperoleh dari persamaan dan perbedaan antara sistem dari kedua bahasa yang dikontraskan, memprediksi dan menguraikan kendala-kendala yang dihadapi di dalam proses pembelajaran bahasa kedua, serta sebagai sarana menyusun bahan ajar atau buku ajar (Naibaho, 2006: 21). Dengan menggunakan teori analisis kontrastif Tarigan, penulis akan mengkontraskan penggunaan adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia sesuai dengan uraian serta analisis data-data yang diperoleh dari segi sintaksis, khususnya letak adverbial dalam kalimat, sehingga dapat diketahui bagaimana persamaan serta perbedaan dari penggunaan adverbial dalam kalimat antara kedua bahasa tersebut. 2.3.2 Tata Bahasa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata bahasa adalah kumpulan kaidah tentang sruktur gramatikal bahasa. Tata bahasa sendiri merupakan sebuah fenomena bahasa yang rumit karena dipengaruhi oleh aturan-aturan struktur 27

morfologi maupun sintaksis yang paling mendasar, lingkungan serta konteks dalam berbahasa (Liu dkk., 2004: 6). Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai aturan bahasa menjadi sebuah kalimat yang utuh (Lanin, 2010: 1). Kalimat merupakan satuan bahasa berisi susunan kata-kata teratur berisi sebuah pikiran atau ide yang lengkap. Lengkap maksudnya di dalam kalimat haruslah memiliki Subyek (S) sebagai pokok pembicaraan, Predikat (P) sebagai komentar tentang subyek, Obyek (O) sebagai pelengkap dari predikat, dan keterangan (C) sebagai penjelasan lebih lanjut terhadap predikat dan subyek. Sebuah kalimat yang lengkap pada umumnya harus memiliki unsur S dan P. Sedangkan, unsur O maupun C tidak harus selalu ada (Chaer, 2006: 327). Sebuah kalimat efektif haruslah mengikuti struktur yang runtut sesuai dengan aturan tata bahasanya. Penggunaan adverbial di dalam sebuah kalimat mengikuti aturan gramatikal tertentu. Adverbial bahasa Mandarin pada umumnya digunakan di depan kata yang diterangkan. Sedangkan adverbial bahasa Indonesia seringkali digunakan secara lebih fleksibel, karena dalam kondisi tertentu terdapat adverbial yang bersifat bebas. Bebas di sini maksudnya di dalam kalimat, adverbial tersebut boleh digunakan dan boleh tidak digunakan. Namun, pada kalimat tertentu, beberapa jenis adverbial yang digunakan di awal kalimat tidak bisa dipindahkan ke akhir kalimat, demikian juga sebaliknya (Sun, 2010: 106). Dengan menggunakan teori tata bahasa Indonesia Chaer dan teori tata bahasa Mandarin Sun, penulis akan menguraikan serta menganalisis penggunaan 28

adverbial dalam kalimat bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia sesuai dengan aturan gramatikal masing-masing bahasa melalui deskripsi beberapa contoh kalimat, sebagai pedoman menentukan persamaan dan perbedaan penggunaan adverbial dalam kalimat antara kedua bahasa tersebut. 29