BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas a. Definisi Obesitas Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih besar dari atau sama dengan 25 overweight BMI lebih besar dari. badan yang melampaui ukuran ideal (Harjadi, 1986).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hadi (2003) ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan alat ukur berat badan dengan satuan kilogram. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan jaringan yang tidak aktif (Rimbawan dan Siagian, 2004). Obesitas terjadi akibat ketidak keseimbangan energi yaitu pemasukan kalori yang melebihi penggunaannya. Setiap kelebihan makanan yang diserap untuk keperluan energi, akan disimpan sebagai lemak. Sebaliknya pemasukan energi yang kurang akan mengakibatkan penggunaan simpanan lemak tubuh (Tjokronegoro, 1981). B. Tipe-Tipe Obesitas 1. Tipe Android Tipe Android ditandai dengan adanya timbunan lemak pada pinggang, perut dan bagian atas perut. Bentuk tubuh android biasanya paa wanita yang sudah mengalami monopause. Dalam penelitian Vogue, seorang peneliti dari Perancis mengatakan bahwa tipe Android ini potensial beresiko lebih tinggi menderita penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Stroke, Hipertensi (Rimbawan, 2004) 2. Tipe Gynecoid Gynecoid ditandai dengan adanya penumpukan lemak dibagian bawah perut seperti panggul, pantat dan paha. Pada tipe gynecoid lebih aman dibandingkan dengan tipe android, sebab lebih kecil kemungkinan mengalami resiko terkena penyakit (Rimbawan, 2004).

5 Penggolongan keadaan kegemukan menurut usia timbulnya : a. Kegemukan pada masa bayi (Infancy Onset Obesity) Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. b. Kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak (Childhood Onset Obesity) Kegemukan pada masa kanak-kanak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara usia dua tahun sampai usia remaja (pubertas). c. Kegemukan pada masa dewasa (Adult Onset Obesity) Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20 30 tahun pada saat seseorang mulai mantap dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olah raga, maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini. (Wirakusumah, 1994) C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas 1. Makanan melebihi kebutuhan tubuh Setiap hari kita makan dan orang tidak pernah bosan untuk makan. Hal ini disebabkan karena makanan diperlukan untuk hidup kita. Makanan selain sebagai untuk energi juga dibutuhkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak. Tetapi akan timbul persoalan bila kita makan melebihi kebutuhan, akibatnya terjadi kelebihan kebutuhan, dan yang akan menimbulkan kelebihan energi yang akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak. (Soerjadibroto, 1981)

6 2. Penggunaan Energi yang rendah Obesitas dapat juga terjadi bukan karena makan melebihi kebutuhan, tetapi karena aktivitas fisik berkurang sehingga terjadi keseimbangan energi yang positif. Berkurangnya aktivitas fisik tersebut berarti kelebihan kalori dan ini yang menyebabkan beberapa bulan sudah timbul tanda-tanda adanya kenaikan berat badan, yang merupakan awal terjadinya obesitas. (Moehji, 1992). Berbagai kemudahan hidup yang menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik. Suatu penelitian dengan menggunakan alat pengukur jarak tempuh (Spedometer) untuk menghitung berapa jarak tertentu menunjukkan bahwa jarak rata-rata yang ditempuh oleh seseorang penderita obesitas dengan berjalan kaki hanya sekitar 20 km setiap minggu. Pada orang yang bukan obesitas jarak tempuh yang dilakukan dengan jalan kaki rata-rata setiap minggu adalah sekitar km (Suharjo, 1991) Kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menyebabkan obesitas menjadi masalah kesehatan masyarakat. 3. Faktor Psikologis Faktor psikologis juga merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong terjadinya obesitas. Pada beberapa penyelidikan mempelajari hubungan antara keadaan psikologik dan emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku, bahkan mungkin perilaku yang salah. Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak menyenangkan akan nampak lebih emosi baik sikap maupun perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu relatif lama maka dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres, bahkan depresi. Menurut para ahli, faktor tersebut erat kaitannya dengan rasa lapar dan nafsu makan (Lisdiana, 1997)

7 4. Faktor Genetik Faktor yang dimaksud factor keturnan yang berasal dari orang tuanya. Orang tua yang menderita kegemukan akan mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bunyi yang obesitas (Lisdiana, 1997) 5. Gangguan Metabolisme Seseorang yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah, cenderung lebih mudah gemuk dibanding orang yang mempunyai metabolisme cepat, karena metabolisme yang rendah energi yang dikonsumsi lebih lambat untuk dipecah menjadi glikogen, maka menyebabkan banyak lemak yang disimpan dalam tubuh. (Wirakusumah, 1994). 6. Pengaruh obat-obatan Seseorang dalam keadaan sakit, maka bermacam-macam obat dapat diberikan dengan maksud untuk menyembuhkan. Beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar sehingga pasien akan meningkat nafsu makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan berat badan. (Wirakusumah, 1994) D. Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik, sehingga energi yang masuk juga harus sesuai dengan energi yang dikeluarkan untuk aktivitas (Aulina, 2001). Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam makanan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi bentuk lain (Almatsier, 2003). Jumlah energi untuk setiap orang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor normal yang terdiri dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan sedang yang dipengaruhi oleh faktor abnormal terdiri dari kelainan system endokrin, komposisi tubuh, kegiatan otot, komposisi makanan.

8 Untuk mengukur atau menentukan banyaknya energi yang diberikan makanan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Dengan cara mengetahui energi yang digunakan tubuh untuk berbagai aktivitas. 2. Dengan cara mengetahui jumlah energi yang dikonsumsi oleh seseorang yang sehat dan mampu mempertahankan kesehatannya (Martianto, 1992). Protein berguna bagi tubuh sebagai zat pembangun atau pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh seperti pengatur serta mempertahankan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit ( Martianto, 1992). Protein adalah makanan pembangun tubuh, kulit, otot, paru-paru dan organ tubuh kita bagian dalam tubuh kita dibangun oleh protein (Lewis, 1995). Penggunaan protein untuk pembentukan protein selain ditentukan oleh NPU juga ditentukan oleh kecukupan energi dalam makanan. Persentase kandungan energi dari protein yang ada dalam makanan terhadap total kandungan energi dalam makanan disebut konsentrasi protein. Secara garis besar guna protein bagi manusia adalah sebagai berikut: (a) untuk membangun sel jaringan tubuh. (b) untuk mengganti sel tubuh yang rusak. (c) untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh. (d) sebagai pemberi kalori. Sesunguhnya protein adalah zat yang terutama diperlukan untuk pertumbuhan sel tubuh, protein juga bertindak sebagai pemberi kalori. Protein yang berasal dari sel- sel yang diganti tidak dibuang dan tidak pula digunakan lagi untuk membentuk sel tubuh yang baru. Tetapi protein ini akan dibakar oleh tubuh, dan sebagai hasilnya didapatkan kalori pula. Secara teori protein tubuh yang diganti jumlahnya sama dengan protein yang dibentuk dari makanan, maka dalam kita menghitung kalori yang diberikan protein juga dihitung sebesar pemberian kalori. Sehingga tubuh akan lebih dulu memenuhi kebutuhan kalori, jadi protein tidak digunakan untuk membentuk sel- sel tubuh, tetapi akan dibakar untuk menghasilkan kalori. Bagaimanapun

9 tingginya kadar protein dalam makanan, jika tidak terdapat cukup kalori maka pembentukan sel- sel tubuh yang baru tidak biasa dilakukan (Moehji, 2002). TABEL 1 ANGKA KECUKUPAN GIZI RATA_ RATA YANG DIANJURKAN (PER ORANG PER HARI) Golongan Umur 0-6 bln 7-12 bln 1-3 th 4-6 th 7-9 th Wanita 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th -64 th >60 th Berat badan (Kg) 6 8,5 12 17 25 37 48 52 55 55 55 55 Sumber : Angka Kecukupan Gizi,2004. Energi (kalori) 5 6 1000 15 1800 20 23 2200 1900 1800 17 1600 Protein (g) 10 16 25 39 45 57 Untuk menaksir angka kecukupan energi dan protein individu yang disesuaikan dengan berat badan aktual sehat adalah sebagai berikut : AKG = (BA / BS ) x AKG Keterangan : AKG : Angka kecukupan energi dan protein BA : Berat badan aktual sehat (Kg) berdasarkan berat badan dan tinggi badan (BB / TB) pada kelompok umur tertentu BS : Beratbadan rata-rata (kg) yang tercantum dalam DKG AKG : DKG adalah angka kecukupan energi atau protein yang tercantum dalam DKG (Auliana, 2001)

10 E. Pengetahuan Gizi Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, elektronik, buku, penyuluhan dan kerabat dekat. Sedang pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan sehat serta fungsinya bagi tubuh. Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh tiga kenyataan yaitu: (a) setiap gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. (b) setiap orang hanya akan cukup jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.(c) gizi memberi faktor- faktor yang perlu sehingga penduduk dapat belajar dengan mengunakan pangan dengan lebih baik bagi kesejahteraan (Suharjo,1991). Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari- hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, maka lebih banyak mempergunakan, mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Soeditama,1991). Pengetahuan responden mengenai pengetahuan gizi yang diukur berdasarkan scoring. Menurut Khomsan (2001) pengetahuan gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : TABEL 2 KATEGORI PENGETAHUAN GIZI Kategori pengetahuan gizi Skor Baik > 80% Sedang 60 80% Kurang < 60%

11 F. Pengukuran Obesitas Salah satu cara pengukuran antropometri adalah dengan menggunakan pengukuran berat dan tinggi badan berdasarkan indeks massa tubuh (Body Mass Index). Index massa tubuh merupakan penentuan berat badan sehat yang sekarang banyak dipakai dan berlaku untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Index Masa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg). (Tinggi Badan) 2 (m) TABEL 3 KLASIFIKASI IMT MENURUT WHO TAHUN 2000 Kategori IMT (Kg/m 2 ) Kurus (Under weight) < 18,5 Normal (ideal) 18,5 22,9 At Risk 23,0 24,9 Obes I 25,0 29,9 Obes II 30 Sumber : Rimbawan, 2004 G. Komplikasi dari Obesitas Dari hasil penelitian terbukti bahwa kegemukan dapat menimbulkan banyak masalah. Menderita obesitas berarti memperbesar resiko timbulnya penyakit. Kenyataan menunjukkan orang gemuk lebih mudah terserang penyakit dan angka kematian yang tinggi dibandingkan orang yang tidak gemuk. Dari hasil statistik yang dibuat oleh Metropolitan Life Insurance co di Amerika Serikat terbukti bahwa seseorang yang berusia 45 tahun, apabila berat badannya melebihi berat badan standart sebanyak 25 pounds maka usia harapan hidupnya akan berkurang 25%. (Soetarjo, 1990) Beberapa komplikasi yang sering menyertai penderita obesitas antara lain adalah :

12 1. Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner yaitu penyakit yang terjadi akibat penyusutan pembuluh darah koroner. Dan berhubungan dengan obesitas. Dari hasil penelitian menunjukkan dari 0 penderita obesitas sekitar 80% mendapat resiko penyakit jantung koroner. Penelitian ini menunjukkan obesitas pada usia 20 40 tahun ternyata berpengaruh besar terhadap terjadinya penyakit jantung dibanding pada usia yang lebih tua. 2. Diabetes Melitus Penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang bersangkutan dengan karbohidrat glukosa. Diabetes tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita dibanding pada pria, karena adanya penimbunan lemak yang umumnya lebih banyak pada wanita. Hasil penelitian di Jakarta tahun 1982 ditemukan bahwa 6,7 % penderita diabetes banyak terdapat pada orang gemuk, sedang pada orang tidak gemuk hanya 0,95% 3. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Orang yang mempunyai kelebihan berat badan atau obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap penyakit tekanan darah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi hipertensi pada usia 20 39 tahun meningkat dua kali lipat pada orang yang kelebihan berat badan dibandingkan yang mempunyai berat badan ideal. 4. Penyakit kanker Obesitas diperkirakan merupakan faktor resiko berkembangnya penyakit kanker. Hasil penelitian menunjukkan wanita yang mengalami obesitas akan mengalami resiko berkembangnya penyakit kanker payudara dan rahim. Pria dan wanita yang kelebihan berat badan tingkat kematian akibat kanker ternyata lebih tinggi biasanya banyak terjadi pada wanita (Wirakusumah, 1994 ) H. Cara Penanggulangan Pada prinsipnya diet yang dianjurkan adalah rendah kalori, seimbang atau cukup mengandung zat-zat gizi. Penurunan berat badan sebaiknya

13 dilakukan secara bertahap, yang baik adalah 0,5 1 kg/minggu. Bagi orang kelebihan berat badan atau obesitas yang harus dilakukan tidak hanya pengaturan makanan atau rendah kalori tetapi juga harus disertai dengan peningkatan aktivitas fisik. Penanggulangan obesitas yang tepat adalah olah raga yang cukup porsinya dan diet yang cepat (Lisdiana, 1998) Obesitas dapat ditanggulangi dengan cara pengobatan dietetik yang bertujuan menurunkan berat badan secara berangsur-angsur dengan jalan mengurangi masukan energi dibawah kebutuhan, faktor yang dapat menurunkan berat badan pada obesitas dalam jangka waktu yang lama adalah pengurangan asupan kalori yang berasal dari makanan sampai dibawah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Moehji, 1992) I. Kerangka Teori Pengetahuan Gizi Konsumsi makanan tingkat kecukupan energi dan protein Penggunaan energi yang rendah Faktor Psikologis obesitas Faktor Genetik Gangguan Metabolisme Pengaruh obat - obatan Sumber : Soerjadibroto (1981), Moehji (1992), Lisdiana (1997), Wirakusumah (1994)

14 J. Kerangka Konsep Tingkat kecukupan energi Tingkat kecukupan protein Obesitas Pengetahuan gizi K. Hipotesis 1. Ada perbedaan tingkat kecukupan energi pada ibu rumah tangga yang obesitas dan tidak obesitas 2. Ada perbedaan tingkat kecukupan protein pada ibu rumah tangga yang obesitas dan tidak obesitas 3. Ada perbedaan pengetahuan gizi pada ibu rumah tangga yang obesitas dan tidak obesitas