BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang di sekeliling yang menggunakannya. Akan tetapi sekarang hutan. emas dan batubara (Akuntan Indonesia, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah Produk Domestik Bruto dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. korporasi tersebut menunjukkan bahwa organ-organ perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. kesejaterahan pemegang saham (maximization wealth of stakeholder). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Hasil penelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemegang saham dan calon investor untuk mengambil keputusan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yaitu mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan. pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban sosial perusahaan atau yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja, tapi tanggung jawab perusahaan juga harus berpijak pada triple bottom lines yaitu memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Namun praktik ini memunculkan dilema tersendiri karena sesuatu yang telah diraih oleh entitas bisnis sebagian dikembalikan ke para pemegang saham dan manajemen seperti pemberian deviden, bonus dan bentuk bentuk kontra prestasi lainnya, sehingga diperlukan perluasan paradigma teoritis dari agency theory menjadi stakeholder theory perspective dengan mempertimbangkan dan memperhatikan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam suatu konteks historis dan filosofi yang luas. (Herlina & Sarwanti; 2009) Menurut Utama (2007) dalam Waryanto (2010) Praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakat global terhadap perkembangan perusahaan-perusahaan 15

trans-nasional atau multinasional yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, hal ini juga terkait dengan isu kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia seperti penggundulan hutan; polusi udara dan air; hingga perubahan iklim. Berbagai kasus pencemaran lingkungan seperti yang terjadi pada kasus Free Port di Papua dan Newmond di Sulawesi banyak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan beroperasi telah memberikan pelajaran bagi perusahaan-perusahaan untuk lebih peduli dengan masyarakat dan stakeholders lainnya. Selanjutnya menurut Waryanto (2010) perkembangan praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia juga dilatar belakangi oleh dukungan pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya regulasi terhadap kewajiban praktik dan pengungkapan CSR melalui UU Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pasal 66 dan 74, UU Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 bagian b, pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur setiap penanaman modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Mirfazli dan Nurdiono (2007) Pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial pada saat ini belum di jalankan oleh perusahaan dengan baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial maupun dalam pelaporan, hal ini di buktikan dengan begitu banyak timbul berbagai konflik dan masalah pada industrial seperti demonstrasi dan protes yang menyiratkan ketidakpuasan beberapa elemen stakeholders pada manajemen perusahaan. Kasus lain yang sering muncul adalah protes dari berbagai elemen masyarakat sekitar lokasi pabrik yang merasa terganggu akibat limbah atau polusi yang timbul sehingga memberi dampak negatif terhadap lingkungan. 16

Menurut Cheng dan Christiawan (2011) Penerapan CSR dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dimana para investor cenderung menanamkan modal kepada perusahaan yang melakukan kegiatan CSR. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan dapat menggunakan informasi CSR sebagai salah satu keunggulan kompetitif perusahaan. Melihat tuntutan tersebut di atas, perusahaan perusahaan publik di Indonesia yang membuat pelaporan CSR secara terpisah mengalami peningkatan sebanyak 21,11% pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya (ISRA, 2010) dalam Cheng dan Christiawan (2011). Hubungan antara kinerja lingkungan dengan pengungkapan tangung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan yang positif. Hal tersebut didukung dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, misalnya: Lindrianasari (2007) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan memberikan informasi lingkungan yang baik pula di laporan tahunan perusahaan. Suratno dkk (2007), Pribadi (2011) juga menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, karena nilai pengungkapan CSR perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang yang memiliki nilai kinerja lingkungan yang buruk. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perindustrian untuk berkembang dengan baik dan sehat yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan stakeholder value (Restuningdiah; 2010). Gagasan utama GCG atau tata kelola perusahaan yang baik adalah mewujudkan tanggung 17

jawab sosial (CSR), CSR akan menjadi alat untuk mengkombinasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan kedalam proses pengambilan keputusan bisnis yang tidak saja bermanfaat bagi investor tetapi juga bagi pelanggan dan komunitas (Gill; 2008 dalam Handajani dkk; 2009 dan Restuningdiah; 2010). Hubungan antara mekanisme GCG yang diproksikan dengan ukuran komite audit, dewan direksi wanita, dan proporsi dewan komisaris independen dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hasil yang beragam. Komite audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan (Foker, 1992 dalam Said et.al, 2009 dan Ratnasari dkk; 2007). Menurut Alijoyo (2003) dalam Waryanto (2010) komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit, dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Hubungan komite audit dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dihasilkan peneliti sebelumnya menghasilkan bahwa hubungan komite audit berpengaruh negatif dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada penelitian Badjuri (2011), Ratnasari dkk (2007), dan Waryanto (2010) menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hal tersebut dikarenakan jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan hanya sebagai formalitas untuk memenuhi peraturan yang 18

ditetapkan oleh Pemerintah, tanpa mempertimbangkan efektivitas dan kompleksitas perusahaan. Dewan direksi adalah suatu dewan yang memimpin sebuah usaha korporasi dan menjalankan misi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan kinerja usaha yang menguntungkan, kepuasan pelanggan yang maksimal, serta tingkat pencapaian kinerja usaha dalam setiap tahap perkembangan. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan komposisi wanita dalam dewan direksi, disini penulis ingin mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan apabila dikaitkan dengan isu gender. Dalam penelitian sebelumnya hubungan dewan direksi wanita memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernardi dan Threadgill (2010), Feijoo dkk (2012), dan Kruger (2009) menyatakan bahwa wanita lebih memiliki komitmen dalam melaksanakan kegiatan amal untuk kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dibandingkan pria yang saat ini belum memiliki kesadaran bahwa pelaksanaan corporate social responsibility memiliki dampak yang baik bagi perusahaan di masa yang akan datang. Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang bertugas sebagai penyetara hubungan antara pemegang kepentingan dengan perusahaan, disini dewan komisaris independen bersifat tidak terafiliasi dengan pihak manapun dalam perusahaan hal tersebut dimaksudkan agar situasi di dalam perusahaan tetap bersifat independen. Hubungan dewan komisaris independen dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hubungan 19

yang positif, hal tersebut dibuktikan oleh peneliti terdahulu yaitu penelitian Badjuri (2011), Nurkhin (2010), dan Sudana dan Arlindania W (2011) yang menyatakan bahwa komisaris independen merupakan perwakilan dari masyarakat yang berada dalam perusahaan yang akan mendukung perusahaan untuk melaksanakan program CSR agar dapat menyejahterakan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan yang ada disekitar perusahaan. Keterkaitan variabel kinerja lingkungan yang diproksi dengan ISO 14001 dan mekanisme GCG yang diproksi dengan ukuran komite audit, dewan direksi wanita, dan proporsi dewan komisaris independen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah kinerja lingkungan merupakan alat yang digunakan perusahaan untuk dapat menganalisis, mengevaluasi, dan mengantisipasi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional perusahaan pada masyarakat maupun lingkungan yang ada disekitar perusahaan. Untuk dapat menghasilkan kinerja lingkungan yang baik maka dibutuhkan juga mekanisme GCG atau tata kelola yang baik, agar dapat memberikan keseimbangan bagi para stakeholder untuk memenuhi kepentingan masing-masing. Selain itu mekanisme GCG juga menjadi cara penting untuk melakukan pengawasan, memberi pertanggung jawaban, meningkatkan kinerja lingkungan dalam perusahaan. Sehingga adanya kinerja lingkungan yang didampingi dengan mekanisme GCG yang baik diharapkan dapat mewujudkan tanggung jawab sosial yang dapat menyeimbangkan atau mengkombinasikan antara perhatian terhadap sosial dan lingkungan ke dalam proses pengambilan 20

keputusan bisnis yang tidak saja bermanfaat bagi investor tetapi juga bagi pelanggan dan komunitas. Penelitian ini dimotivasi karena masih minimnya kualitas dan kuantitas praktik pengungkapan tanggung jawab sosial di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Terjadinya fenomena ini dikarenakan perusahaanperusahaan di Indonesia belum mampu menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik (Waryanto; 2010). Selain itu penelitian ini juga dimotivasi untuk dapat lebih meyakinkan atau lebih menguatkan persepsi-persepsi atau hasil yang telah dihasilkan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain pertama, sampel yang digunakan untuk meneliti pada penelitian sebelumnya mayoritas adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yaitu perusahaan energi dan pertambangan yang tercatat di BEI. Perbedaan kedua, terletak pada variabel kinerja lingkungan pada penelitian ini penulis menggunakan proksi yang sama dengan penelitian lindrianasari (2007) yaitu ISO 14001 dalam mengukur kinerja lingkungan perusahaan, penulis menilai ini berbeda karena pada umumnya peneliti terdahulu mayoritas mengunakan proksi PROPER untuk mengukur kinerja lingkungan pada penelitian mereka. Perbedaan yang ketiga, terletak pada variabel dewan direksi karena pada penelitian ini dewan direksi diukur dengan komposisi atau jumlah wanita yang ada dalam dewan direksi perusahaan, penulis menilai penelitian ini berbeda 21

karena penelitian di Indonesia tentang pengukuran dewan direksi yang dikaitkan dengan adanya isu gender masih belum terlalu luas sehingga memotivasi penulis untuk lebih mendalami lagi penelitian tentang keberadaan wanita dalam dewan direksi perusahaan. Perbedaan yang keempat, terletak pada pengukuran komite audit dalam penelitian ini penulis mengukur ukuran komite audit berdasarkan anggota komite audit yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi dan keuangan terhadap seluruh anggota komite audit dalam perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui bagaimana kinerja lingkungan dan mekanisme GCG dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan-perusahaan energi dan pertambangan yang terdaftar di BEI. Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Mekanisme GCG Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Energi Dan Pertambangan Yang Tercatat Di BEI ) 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Apakah kinerja lingkungan dan mekanisme GCG berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan energi dan 22

pertambangan yang tercatat di BEI?. Sesuai dengan perumusan masalah tersebut, maka dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di perusahaan energi dan pertambangan? 2. Apakah ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di perusahaan energi dan pertambangan? 3. Apakah ukuran dewan direksi wanita berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di perusahaan energi dan pertambangan? 4. Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di perusahaan energi dan pertambangan? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan secara umum untuk memverifikasi teori yang telah ada dalam menjelaskan mengenai hubungan antara kinerja lingkungan dan mekanisme GCG terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui bahwa hubungan kinerja lingkungan yang diproksikan melalui ISO 14001 berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan energi dan pertambangan yang tercatat di BEI. 23

2. Untuk mengetahui bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan energi dan pertambangan yang tercatat di BEI. 3. Untuk mengetahui bahwa ukuran dewan direksi wanita berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan energi dan pertambangan yang tercatat di BEI. 4. Untuk mengetahui bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan energi dan pertambangan yang tercatat di BEI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Memberikan kontribusi praktis bagi perusahaan/manajemen tentang manfaat program kinerja lingkungan dan manfaat penerapan mekanisme GCG bagi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusunan standar akuntansi dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang sudah ada. 3. Sebagai bahan referensi atau acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini. 1.4. Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu, maka penulis mengindikasikan faktor kinerja lingkungan (diukur dari ISO 14001) dan 24

mekanisme good corporate governance (diukur dari ukuran komite audit, dewan direksi wanita, proporsi dewan komisaris independen) sebagai variabel independen yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Untuk membantu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan maka diperlukan suatu kerangka pemikiran. Disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari penulis dan kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut: Gambar I: Model Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Mekanisme GCG (Ukuran Komite Audit, Ukuran Dewan Direksi Wanita, Proporsi Dewan Komisaris Independen) Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kinerja Lingkungan Ukuran Komite Audit Ukuran Dewan Direksi Wanita Proporsi Dewan Komisaris Independen (+) (-) (+) (+) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahan 25

1.5. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, yaitu: Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian, serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini. Bab II, merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis yang akan menguraikan berbagai teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini. Bab III, merupakan metode penelitian yang berisi mengenai sumber dan jenis data yang akan digunakan, gambaran umum obyek penelitian, definisi dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini, dan metode analisis data. Bab IV, merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai perhitungan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Bab V, merupakan kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi dari analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya. 26