Pengaruh Konseling Obat Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Congestive Heart Failure

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Pengaruh Pemberian Informasi Obat...(Stefy Muliyani Muljabar, dkk) 143

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI RSUD PENAJAM PASER UTARA

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT RSUP Dr. M. Djamil Padang

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

EFEKTIVITAS EDUKASI KELOMPOK OLEH APOTEKERTERHADAP KEPATUHAN DAN OUTCOME KLINIK PASIEN DIABETES MELITUS

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

MATA KULIAH Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

BAB II. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

Pengaruh Konseling Farmasis terhadap Kepatuhan dan Kontrol Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

OPINI APOTEKER DAN PASIEN TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KOTA MERAUKE DEASY ABRAHAM THOE, 2013

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN SISTEM PELAYANAN FARMASI SATU PINTU

PEMETAAN PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT FREKUENSI KEHADIRAN APOTEKER DI APOTEK DI SURABAYA TIMUR. Rendy Ricky Kwando, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA (Studi di Klinik Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

PENGARUH KONSELING FARMASIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

ARHAYANI PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PELAYANAN KONSELING OBAT SERTA PENGKAJIAN RESEP BAGI PENDERITA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

PERBANDINGAN PENGARUH EDUKASI MELALUI LAYANAN PESAN SINGKAT DAN BOOKLET TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

HUBUNGAN PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAKSANAAN KONSELING KEPADA PASIEN DENGAN EVALUASI PELAKSANAAN KONSELING DI APOTEK-APOTEK KABUPATEN MAGETAN

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

HALAMAN PERSETUJUAN. Disusun oleh: PUDJI HASTUTI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PALSI SEREBRAL TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I LATAR BELAKANG

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

Pengaruh Kehadiran Apoteker Terhadap Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota Padang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PELAYANAN OBAT DENGAN RESEP OLEH APOTEKER DI APOTEK WILAYAH KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Dosen Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Korespondensi : 2)

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN MAKAN OBAT PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP DR. M.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Transkripsi:

Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(2), 295-302 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org Pengaruh Konseling Obat Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Congestive Heart Failure (Influence of Drug Counseling on Knowledge and Compliance of Patients With Congestive Heart Failure ) Elfia Neswita 1*, Dedy Almasdy 1, Harisman 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Andalas 2 IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang Keywords: drug counseling, CHF, treatment adherence, pharmacy services ABSTRACT: Compliance on therapy is a very important point in the successful treatment of CHF patients. However, such compliance is very low so do efforts to increase knowledge and treatment adherence through drug counseling by pharmacists. The design of this research was a quasi-experimental, one-group pretest-post-test design, with a population of CHF patients in IRNA Heart Hospital Dr. M. Djamil Padang in from March to December 2014. The sampling technique in the form of purposive sampling (50 patients) with questionnaires and interviews. Data analysis was performed using the Crosstab, Chi-Square, paired-sample t-test, Pearson Product Moment, simple linear regression, multiple linear regression and SPSS version 17. The results of this study indicate that the drug counseling significantly improve patient knowledge and compliance (97, 2% and 77.6% (p <0.05)). Kata kunci: Konseling obat, CHF, kepatuhan terapi, pelayanan kefarmasian ABSTRAK: Kepatuhan terapi merupakan poin yang sangat penting dalam keberhasilan terapi pasien CHF. Namun, kepatuhan tersebut sangat rendah sehingga dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan kepatuhan terapi melalui konseling obat oleh farmasis. Rancangan jenis penelitian ini adalah quasi-eksperimental, one-group pretest-posttest design, dengan populasi pasien CHF di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang pada bulan Maret Desember 2014. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling (50 pasien) dengan kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Crosstab, Chi-Square, Paired-sample T-test, Pearson Product Moment, regresi linier sederhana, regresi linear berganda dan SPSS versi 17. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling obat secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien (97,2% dan 77,6% (p < 0,05)). PENDAHULUAN Di Negara-negara maju dan berkembang, kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) menduduki rangking pertama setiap tahun dan sepanjang tahun [1]. Sedangkan di Indonesia, penyakit jantung telah meningkat dan menjadi peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian di Indonesia pada tahun 2000 dengan prevalensi pada orang di atas 15 tahun adalah 9,2% [2]. Tingginya mortalitas, morbiditas dan biaya pada pasien jantung di rumah sakit rawat inap setiap tahun tidak kurang dari 8 % [3]. Selain itu, pasien yang *Corresponding Author: Elfia Neswita (Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang) email: elfianeswita@gmail.com Article History: Received: 20 Apr 2015 Accepted: 18 Jun 2015 Published: 01 May 2016 Available online: 15 Nov 2016 295

dirawat inap sering mengalami permasalahan tidak konsistennya perawatan, banyaknya perubahan pada rejimen pengobatan, rendahnya pendidikan pasien [4] sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan dan menyebabkan ketidakpatuhan terapi [5]. Manajemen terapi yang efektif menunjukkan penurunan angka eksaserbasi, rawat inap, dan angka kematian, serta peningkatan kualitas hidup pasien [6]. Kepatuhan terapi pasien merupakan salah satu isu penting dalam manajemen terapi yang menentukan efektivitas Akan tetapi, ketidakpatuhan pasien di negara-negara berkembang terhadap terapi jangka panjang pada penyakit kronis mencapai 50% [7]. Hal tersebut menjadi masalah serius karena dapat meningkatkan perkembangan penyakit, memperburuk kondisi pasien, dan meningkatkan risiko komplikasi [8]. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kepatuhan terapi pasien. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pemberian konseling obat yang menjadi bagian dari pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) [9,10]. Akan tetapi, hanya sedikit penelitian yang dilaporkan untuk mengevaluasi pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan terapi pada pasien CHF [1]. Bertolak pada hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan terapi pasien CHF di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang. membandingkan hasil pemeriksaan akhir (posttest) terhadap hasil pemeriksaan awal (pretest) [11,12]. Populasi dan Sampel Populasi target penelitian ini adalah pasien CHF, sedangkan populasi terjangkau dibatasi pada pasien CHF di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan khusus (kriteria inklusi dan eksklusi) sehingga layak dijadikan sampel. Kriteria inklusi (n = 123) meliputi semua pasien di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang yang didiagnosis CHF. Kriteria eksklusi (n = 48). Sebanyak 25 orang pasien drop out karena dirawat kurang dari 10 hari. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret Desember 2014 di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pretest-posttest aspek pengetahuan dan perilaku, lembar MLHFQ, lembar persetujuan pasien, protokol konseling obat, modul CHF, modul obat CHF, kartu minum obat mandiri, tabel induk data responden, tabel induk untuk skor pengetahuan, tabel induk untuk skor perilaku, dan tabel induk untuk pill count. METODOLOGI Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah prospektif quasi-eksperimental, dengan konsep one group pretest-posttest design. Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang diberikan pada selang waktu tertentu kepada kelompok objek yang diteliti, dengan Sumber Data Sumber data pada penelitian ini, yaitu data primer berupa kuesioner, rekam medik pasien, dan hasil wawancara yang langsung dilakukan pada objek penelitian. Prosedur Pengumpulan Data Pasien yang memenuhi kriteria inklusi (calon responden) dijelaskan mengenai tujuan konseling Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016 296

dan penelitian, lalu diminta kesediaannya untuk menjadi responden. Kemudian pada saat pasien selesai melakukan pemeriksaan dan telah diberikan resep, dilakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan, perilaku, dan MLHFQ pasien dengan wawancara dan menggunakan lembar kuesioner, setelah itu dilakukan konseling obat dengan menggunakan modul, brosur obat, dan kartu minum obat mandiri. Sepuluh hari kemudian, dilakukan posttest untuk menilai pengetahuan, perilaku, dan kualitas hidup pasien setelah konseling obat. Selain itu, juga dilakukan penghitungan sisa obat pasien (pill count) untuk menilai % kepatuhan [13]. Data yang diperoleh kemudian direkapitulasi dalam tabel induk untuk dianalisis. 7. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap [14]. Crosstab, Chi-Square, Paired-sample T-test, Pearson Product Moment dan Uji regresi linear berganda, HASIL DAN DISKUSI Hasil a. Karakteristik Demografi Pasien Dari penelitian ini, diperoleh data demografi pasien seperti pada Tabel 1. b. Pengaruh Konseling Obat terhadap Pengetahuan Pasien Untuk melihat pengaruh konseling obat terhadap pengetahuan pasien, terlebih dahulu dilihat perbedaan antara skor pengetahuan pasien sebelum dan setelah dilakukan konseling dengan menggunakan uji Paired-Samples T Test seperti pada Tabel 2. Nilai rerata skor pengetahuan setelah pemberian konseling lebih tinggi daripada Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Pasien No. Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. Usia 65,33 Baik 36 45 tahun 8 16 46 55 tahun 19 38 56 65 tahun 23 46 2. Jenis Kelamin 82,76 Sangat baik Laki-laki 33 76 Perempuan 17 34 3. Pendidikan 84 Sangat baik SD 2 4 SLTP 4 8 SLTA 31 62 Perguruan tinggi 13 26 4. Lama menderita CHF <1 tahun 1 2 1 5 tahun 3 6 5 10 tahun 10 20 11-15 tahun 13 26 >15 tahun 13 46 297 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016

Tabel 2. Hasil Paired-Samples T Test Data Skor Pengetahuan Sebelum dan Setelah Konseling Obat Data Rerata SD Korelasi Nilai t Df Sign Skor Pretest 20 5,1 - - - - Skor Posttest 40,2 4,41 - - - - Korelasi Skor Posttest-Pretest - - 0,986 - - 0,000 Perbedaan Skor Posttest-Pretest -19,480 1,092 - -126 49 0,000 sebelum konseling, dengan nilai thitung -126,086 dan P-value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling obat dapat meningkatkan pengetahuan pasien CHF secara signifikan. Selanjutnya, pengaruh konseling obat terhadap pengetahuan pasien dianalisis dengan uji regresi linear sederhana sebagaimana pada Tabel 3. Nilai thitung 40,891 dengan koefisien P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regresi dan hubungan konseling obat terhadap pengetahuan bernilai signifikan. c. Pengaruh Konseling Obat terhadap Perilaku Pasien Pengaruh konseling obat terhadap perilaku pasien antara skor pengetahuan pasien sebelum dan setelah dilakukan konseling dengan menggunakan uji Paired-Samples T Test seperti yang tertera pada Tabel 4. Nilai rerata skor perilaku setelah pemberian konseling lebih rendah daripada sebelum konseling. Tabel 3. Hasil Uji Regresi Sederhana Pengaruh Konseling Obat terhadap Pengetahuan Pasien Variabel Terikat Variabel Bebas B T Sig. Df Sign Pengetahuan Posttest Pengetahuan Pretest 0,844 40,891 0,000 - - R 0,986 - - - - R2 0,972 0,986 - - 0,000 Adjusted R2 0,972 - -126 49 0,000 F hitung 1672.057 Signifikansi 0,000 Tabel 4. Hasil Paired-Samples T Test Data Skor Perilaku Sebelum dan Setelah Konseling Obat Data Rerata SD Korelasi Nilai t Df Sign. Skor Pretest 5,720 1,959 - - - - Skor Posttest 0,740 0,481 - - - - Korelasi Skor Posttest- - Pretest - 0,884 - - 0,000 Perbedaan Skor Posttest- 4,980 Pretest 1,550-22,718 49 0,000 F hitung 1672.057 Signifikansi 0,000 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016 298

Nilai thitung rerata peningkatan tersebut 22,718 dengan P-value lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konseling obat yang diberikan secara signifikan dapat meningkatkan perilaku terapi pasien. d. Pengaruh Konseling Obat terhadap Kualitas Hidup Pasien Pengaruh konseling obat terhadap Kualitas Hidup pasien dilihat dengan menggunakan uji Paired-Samples T Test sebagaimana yang tertera pada Tabel 5. Nilai r hitung yang diperoleh sebesar 0,925 dengan nilai signifikansi 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa skor posttest pengetahuan dan skor posttest perilaku tersebut berkorelasi signifikan. f. Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku terhadap MLHFQ Pasien Untuk melihat pengaruh pengetahuan dan perilaku pasien terhadap MLHFQ setelah pemberian konseling obat, dilakukan uji regresi linear ganda seperti yang tertera pada Tabel 6. Nilai thitung yang diperoleh sebesar -9,555 dan -3,097 dengan P-value yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,000 dan 0,003 < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi dan koefisien korelasi bernilai signifikan, sehingga pengetahuan dan perilaku dapat digunakan untuk memprediksi MLHFQ pasien. g. Pill Count Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien memiliki tingkat kepatuhan yang sempurna terhadap terapi yang diterima, yaitu sebanyak 38 orang (76%). 2. Pembahasan a. Karakteristik Demografi Pasien Tabel 5. Hasil Paired-Samples T Test Data Skor MLHFQ Sebelum dan Setelah Konseling Obat Data Rerata SD Nilai Korelasi Nilai t Df Sign. Skor Pretest 95,48 10,076 - - - - Skor Posttest 46,38 11,084 - - - - Korelasi Skor Posttest-Pretest - - 0,940 - - 0,000 Perbedaan Skor Posttest-Pretest 49,100 3,792-91,564 49 0,000 F hitung 1672.057 Signifikansi 0,000 Tabel 6. Hasil Uji Regresi Linear Ganda Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku terhadap MLHFQ Pasien Variabel Terikat Variabel Bebas B T Sign Df Sign. CAT Posttest Pengetahuan Posttest -3,362-9,555 0,000 - - Perilaku Posttest -9,989-3,097 0,00 - - R 0,944 0,884 - - 0,000 R2 0,891-22,718 49 0,000 Adjusted R2 0,886 F hitung 191,336 Signifikansi 0,000 299 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016

Tabel 7. Hasil Perhitungan Pill Count Pasien Nilai Persentase Kepatuhan Frekuensi Persentase 85,00% 2 4% 94,44% 2 4% 95,00% 1 2% 95,19% 1 2% 95,56% 1 2% 96,67% 1 2% 97,04% 1 2% 97,78% 1 2% 98,61% 1 2% 99,26% 1 2% 100,00% 38 76% Jumlah 50 100,00% Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 50 orang pasien CHF di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang, diamati empat karakteristik demografi pasien, yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan terakhir, dan lama menderita CHF. Dari data distribusi frekuensi kelompok usia pasien, diketahui terbanyak berada di kategori kelompok 55-65 tahun (46%). Hal ini disebabkan oleh progresivitas CHF yang lambat sehingga CHF sering didiagnosis pada pasien usia usia 40 tahun ke atas dengan jumlah pasien terbanyak berada pada usia 55 tahun ke atas [15]. Dari data distribusi frekuensi jenis kelamin pasien, diketahui bahwa bahwa mayoritas pasien (66%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan literatur [15] dan terkait dengan penyakit jantung, laki-laki yang lebih banyak dibandingkan pada wanita. Dan literature lain [16] menyebutkan bahwa pada wanita resiko penyakit jantung sekitar 10-15 tahun lebih lambat daripada pria dan resiko meningkat secara drastis setelah menopause. Data distribusi frekuensi pendidikan pasien, kelompok pasien SLTA memiliki jumlah pasien terbanyak (62%) dan Perguruan Tinggi (26%). Hal ini terkait dengan latar belakang lingkungan pasien, terutama lingkungan pekerjaan. Hal ini sesuai literatur yang menyatakan semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi kepatuhan dan kualitas hidup pasien [5,17]. Dari data frekuensi lama menderita CHF, sebanyak 46% pasien menderita CHF selama >15 tahun, sedangkan sisanya berada pada kategori 10-15 tahun (26%), kategori 5-10 tahun (20%), kategori 1-5 tahun (6%) dan kategori <1 tahun (2%). Banyaknya pasien pada kategori > 15 tahun tersebut dipengaruhi oleh lambatnya onset gejala CHF yang timbul. Selain itu, rendahnya kesadaran terhadap kesehatan menjadi alasan lainnya. Pasien pada awalnya menganggap keluhan yang dimiliki bukan hal yang serius dan membahayakan sehingga mereka kurang inisiatif untuk memeriksakan kesehatan. Pada saat keluhan yang dirasakan sudah sangat menganggu aktivitas sehari-hari, mereka baru memeriksakan ke dokter dan didiagnosis CHF dengan derajat berat. b. Pengaruh Konseling terhadap Pengetahuan Pasien Pada penelitian ini diketahui bahwa bahwa konseling obat yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan pasien secara signifikan. Peningkatan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh konseling obat sebesar 34,1%, sedangkan 65,9% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Peningkatan skor pengetahuan yang terjadi setelah konseling menunjukkan bahwa tujuan konseling tercapai. Sesuai dengan teori edukasi yang menyatakan bahwa konseling harus bertujuan untuk mendidik pasien sehingga pengetahuan pasien mengenai obat akan meningkat dan hal ini akan mendorong pada perubahan perilaku. Melalui konseling (disertai dengan penjelasan yang memadai), asumsi dan perilaku pasien yang salah akan dapat diperbaiki/dikoreksi. Peningkatan skor pengetahuan setelah diberikan konseling menunjukkan bahwa konseling merupakan metode Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016 300

yang sesuai untuk meningkatkan pengetahuan, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dapat digunakan dengan cara ceramah, membaca, dan konseling [5]. Konseling sangat berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konseling merupakan metode yang sesuai dalam meningkatkan pengetahuan pasien, karena konseling merupakan komunikasi dua arah yang sistematis antara pasien dengan farmasis. Konseling terbentuk dari dua unsur yaitu konsultasi dan edukasi, dimana dengan konsultasi pasien mengutarakan semua kesulitannnya dalam menjalani pengobatan, dan dengan edukasi seorang farmasis dapat membantu dalam menyelesaikan masalah pasien tersebut [5]. c. Pengaruh Konseling terhadap Perilaku Pasien Berdasarkan hasil Paired-Samples T Test yang dilakukan, diketahui bahwa konseling yang diberikan dapat meningkatkan perilaku terapi pasien secara signifikan. Peningkatan perilaku yang terjadi setelah konseling menunjukkan bahwa informasi yang didapatkan setelah konseling dapat meningkatkan pengetahuan pasien yang berdampak positif pada perubahan perilaku pasien terhadap penyakit dan pengobatannya. Banyak pasien yang memiliki persepsi bahwa obat itu adalah racun dan apabila diminum setiap hari, obat tersebut akan menumpuk di dalam tubuh dan berakibat buruk. Untuk itu konselor harus menekankan bahwa obat CHF itu aman bagi tubuh dan akan dikeluarkan secara berkala melalui urin maupun feses, bahkan apabila tidak dikonsumsi, obat tersebut justru akan lebih berbahaya bagi tubuh mereka. Penyakit yang mereka derita akan semakin mengalami perburukan [18]. Faktor-faktor luar yang bisa memengaruhi persepsi individu terhadap ancaman penyakit dan bertindak sebagai pemicu tindakan misalnya adalah artikel atau kampanye di media massa, nasehat dari orang lain dan penyakit yang mirip diderita oleh orang terdekat bisa memicu tindakan [19]. d. Pengaruh Konseling terhadap MLHFQ Pasien Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa adanya penurunan skor MLHFQ setelah konseling. Penurunan MLHFQ tersebut berarti terjadi perbaikan kondisi dan peningkatan kualitas hidup pasien. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling obat dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang dinilai dari MLHFQ. e. Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku pasien setelah dilakukan konseling dan berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku yang menunjukkan bahwa konseling mampu memberikan perubahan perilaku sebagaimana tujuan pemberian konseling. f. Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku terhadap terhadap MLHFQ Pasien Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa skor posttest pengetahuan dan perilaku pasien secara besama-sama memberikan kontribusi terhadap skor posttest pengetahuan sebesar 88,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya bahwa banyak faktor lain yang memengaruhi MLHFQ pasien, terutama derajat berat penyakit dan pembatasan aktivitas sehari-hari. g. Pill Count Pasien Hasil perhitungan Pill Count digunakan untuk menilai besar kepatuhan pasien berdasarkan masing-masing obat yang didapatkan. Metode 301 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016

Pill Count dilakukan dengan menghitung jumlah sisa obat yang dimiliki pasien selama terapi pada periode tertentu (dilakukan pada pertemuan kedua di IRNA Jantung RSUP DR. M. Djamil) Padang. Berdasarkan hasil pill count yang dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien memiliki tingkat kepatuhan yang sangat baik (100%) terhadap terapi yang diterima, yaitu sebanyak 38 orang (76%). Pada penelitian ini, Pill Count hanya dilakukan terhadap obat-obat untuk terapi pemeliharaan. Obat-obat yang berfungsi sebagai penanganan serangan mendadak tidak dimasukkan karena digunakan bila perlu (yang tercantum dalam resep). Obat yang dimaksud adalah isosorbid dinitrat yang pada beberapa pasien digunakan bila perlu. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dipahami pentingnya peran farmasis dalam memberikan informasi dan edukasi terapi melalui konseling obat terhadap pasien CHF sehingga kepatuhan terapi pasien dapat lebih ditingkatkan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Ada pengaruh positif (peningkatan) yang signifikan akibat pemberian konseling obat terhadap pengetahuan pasien tentang penyakit dan terapi obat CHF. Konseling obat dapat meningkatkan pengetahuan pasien sebesar 97,2%. b. Ada pengaruh positif (peningkatan) yang signifikan akibat pemberian konseling obat terhadap perilaku pasien dalam menjalani terapi obat CHF. c. Ada pengaruh positif (peningkatan) yang signifikan akibat pemberian konseling obat terhadap perubahan kualitas hidup pasien yang dinilai melalui nilai MLHFQ pasien CHF. DAFTAR PUSTAKA 1. Marcum, J.L. (2008). When The Heart Attack. USA : Tyndale House Publishers. 2. Delima, Laurentia, M., & Hadi, S. (2009). Prevalence and Determinants Heart Disease in Indonesia. Jakarta: Buletin Peneliti Kesehatan, 37(3):142-159. 3. Panella, M., Marchisio, S., Demarchi, M.L., Manzoli, L., Di Stanislo, F. (2009). Reduced in Hospital Mortality for Heart Failure with Clinical Pathways: The Results of a Cluster Randomized Controlled Trial. 18(5):369-73, diakses pada 6 Januari 203 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19812099. 4. Schnipper, J.L., Kirwin, J.L., Cotugno, M.C., Wahlstrom, S.A., Brown, B.A., Tarvin, E., Kachalia, A., Horng, M., Roy, C.L., McKean, S.C., Bates, D.W. (2006). Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After Hospitalization. USA: Archieves of Internal Medicine.Vol 166:565-571 5. Rantucci, M.J. (2007). Komunikasi apoteker-pasien: panduan konseling pasien. 2nd Ed. Penerjemah A.N. Sani. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. Sin, D.D., McAlister, F.A., & Man, S.F. (2003). Contemporary management of chronic obstructive pulmonary disease: scientific review. JAMA 2003;290:2301 12. 7. World Health Organization Media Center. (2013). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Accessed on May 2013. Available at: http://www.who.int/en/2013/copd.pdf. 8. DiMatteo, M.R. (2004). Variations in patients' adherence to medical recommendations: a quantitative review of 50 years of research. Med Care 2004;42:200-209. 9. Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 10. Siregar, C.J.P., & Kumolosasi, E. (2006). Farmasi klinik teori dan penerapan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 11. Campbell, D.T., & Ctanley, J.C. (1963). Experimental and Quasi- Experimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally. 12. Widiyanto, M.A. (2013). Statistika terapan: konsep dan aplikasi SPSS/LISREL dalam penelitian pendidikan, psikologi, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. 13. Jasti, Sunita. (2005). Pill count adherence to prenatal multivitamin/mineral supplement use among low-income women. The American Society Journal of Nutritions, 135, 1093-1101. 14. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 15. Ulfa, A. (2000). Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner. Artikel Ilmiah Pd-PERSI. Jakarta. 16. Stangl, V. (2002). Coronary Atherogenic Risk Factors in Women. Eur Heart J. 23:1738-1752. 17. Basuki, Endang. (2009). Konseling medik: kunci menuju kepatuhan pasien. Majalah Kedokteran Indonesia 2009;59:2. 18. Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., & Hamilta, C.W. (2006). Pharmacotherapy handbook. 6th Ed. Cetakan VI. New York: The McGraw Hill Co. 19. Borbeau, J., & Bartlett, S.J. (2008). Patient adherence in COPD. Thorax 2008;63:831-838. Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 02 No. 02 Mei 2016 302