BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2003, hlm 3-4 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, hlm.13.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

3) Hasil pembelajaran yang menyangkut efektivitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm M. Uzer Ustman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

Kata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan, itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal educandus secara sekaligus, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. 1 Pendidikan bukan merupakan komponen yang berdiri sendiri melainkan banyak komponen yang melekat padanya, seperti pendidik atau guru, peserta didik, kurikulum, media dan sarana prasarana. Oleh karena itu komponen-komponen ini saling berkaitan untuk menciptakan pendidikan yang mendidik. Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat dikatakan bahwa persoalan pendidikan merupakan proses yang kompleks karena membutuhkan jalinan pemikiran teoritis sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kependidikan serta pemahaman beragam gejala yang faktual dan aktual yang melibatkan berbagai unsur yang terkait langsung dalam proses pendidikan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi membina membantu serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensi sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, berbicara, merasa dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari. 2 Pendidikan di Indonesia sering kali diklaim kurang mampu dalam menjawab tantangan 1 M.Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14. 1

2 perubahan, dan tuntutan masyarakat. Pendidikan idealistik memandang manusia sebagai makhluk semulia-mulia makhluk, yakni makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai misi suci sebagai wakil Tuhan diatas bumi, dengan tugas menata seluruh kehidupan di alam semestanya ini. Sebagai wakil Tuhan, manusia secara vertikal berkedudukan sebagai hamba yang harus beribadah dan harus mengabdi kepada Tuhan. Sedangkan secara horisontal manusia sebagai pemimpin (khalifah). UUD 1945 mengamanatkan bahwa hakikat visi pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia seutuhnya menyangkut keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan, spiritual, keterampilan, produktifitas, dan berdaya saing. Tilaar menjelaskan misi pendidikan untuk membangun manusia Indonesia yang memiliki kualitas: demokratis, berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin, bertanggung jawab, dan menguasai iptek. 3 Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikanya. Kemajuan beberapa negara di dunia ini tidak terlepas dari kemajuan yang dimulai dari pendidikannya. Pendidikan juga merupakan proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Peserta didik adalah anggota masyarakat laki-laki dan perempuan yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 4 Kemajuan zaman yang pesat dan tantangan yang makin berkembang seperti sekarang ini, mengharuskan guru agar terus belajar, kreatif dalam mengembangkan diri, serta terus menerus menyesuaikan pengetahuan dengan cara mengajar mereka dengan penemuan baru dalam dunia pendidikan, psikologi, dan ilmu pengetahuan. Sehingga dengan demikian, kendala yang 3 H.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.167. 4 Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2012, hlm.75.

3 timbul dalam pendidikan dapat diantisipasi, sehingga masalah yang timbul dapat segera diatasi, sebelum timbul permasalahan yang lebih kompleks. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran yang dilakukan secara massal dan klasikal, dengan berorientasi pada kuantitas agar mampu melayani sebanyak-banyaknya peserta didik sehingga tidak dapat mengakomodasi kebutuhan pesrta didik secara individual di luar kelompok. Diakui atau tidak pada zaman modern ini, masih banyak guru mengajar menggunakan metodologi mengajar tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru (teacher centered). Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehinnga sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru. Sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan muridnya dapat melakukan inovasi dalam pembelajaran. 5 Inovasi pembelajaran sesuatu yang penting yang harus dilakukan guru agar pembelajaran terasa lebih hidup dan bermakna. Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik pada proses maupun hasil (output) pendidikan. Pembelajaran juga memiliki pngaruh yang menyebabkan kualitas penddikan menjadi rendah, artinya pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melakukan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang kurang atau bahkan tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan. 6 Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah, dan salah satu yang terlibat dalam proses tersebut adalah pendidik. Pendidik memiliki tugas dan peran yang penting, antara lain menguasai dan 5 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm.15-21. 6 M. Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, RaSAIL Media Group, Semarang, 2008, hlm.1.

4 mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Berdasarkan alasan tersebut maka sagatlah penting bagi para pendidik untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan pemilihan modelmodel pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan variatif, invatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. 7 Peranan guru yang professional sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, agar siswa mampu menyerap materi yang disampaikan oleh pendidik. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa mampu mengembangkan potensi yang ia miliki secara optimal. Guru sebagai desainer atau perancang pembelajaran berkaitan dengan kompetensi pedagogiknya yang harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik. Rancangan pembelajaran harus dimulai dengan memastikan bahwa suatu rancangan pembelajaran cocok untuk progam yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, seorang guru harus tahu perkiraan-perkiraan akan kebutuhan belajar yang dibutuhkan siswa dan dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk menyusun atau merancang persiapan pembelajaran. 8 Termasuk pula model pembelajaran yang akan ia terapkan pada proses pembelajaran nantinya. 7 Hamzah B. Uno Dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm.105. 8 Iskandar Agung et.al, Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan Kompetensi Dan Dan Profesionalisme Kinerja Guru, Bee Media Pustaka, Jakarta, 2014, hlm.41.

5 Contoh alternatif lain yang dapat diupayakan guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah dengan menggunakan model ICARE. Metode ICARE merupakan salah satu model yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi-materi yang berhubungan dengan pengetahuan Fiqih, dan model ini dapat digunakan guru untuk membuat peserta didik menjadi lebih paham dan aktif dalam pembelajaran Fiqih. Sehingga model ICARE adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Kudus. Model pembelajaran ICARE merupakan model yang menggabungkan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan siswa lebih mandiri, dan reflektif, serta berusaha memberi pengalaman belajar pada peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model ICARE adalah suatu model di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta didiknya untuk menerapkan/mengaplikasikan apa yang ia pelajari. Selama ini proses pembelajaran Fiqih kelas VIII yang berlangsung di MTs Negeri 2 Kudus ini sudah menggunakan model ICARE. Dalam penerapan model ICARE kelas VIII di MTs Negeri 2 Kudus ini peserta didik dihadapkan pada suatu peristiwa seperti yang ada pada kehidupan nyata, setelah itu peserta didik mencari penyelesaian atas kasus tersebut. Penyelesaian dilakukan secara berkelompok. Setelah selesai dipresentasikan dengan diskusi interaktif. 9 Kesenjangan antara tujuan pembelajaran dengan kenyataan pembelajaran Fiqih di kelas VIII di MTs Negeri 2 Kudus mendorong peneliti agar mencoba menerapkan suatu model yang tepat pada proses pembelajaran, sebab fungsi model dalam keseluruhan sistem pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan iklim belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya. Jadi, tugas guru bukan 9 Hasil Wawancara Dengan Bapak Kasan, Selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih, Kamis, 30 Juni 2016, Pukul 8.45 WIB.

6 hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring peserta didik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menermukan fakta dan konsep diri. Berdasarkan kenyataan inilah, maka model ICARE merupakan model yang sesuai dalam pembelajaran Fiqih. Berdasarkan latar belakang dan keadaan tersebut di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dan menyusun skripsi dengan mengangkat judul Implementasi Model Pembelajaran ICARE (Introduction, Connection, Application, Reflection, Extension) Pada Mata Pelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kudus Tahun Pelajaran 2015 / 2016 B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini berdasarkan pandangan penelitian kualitatif ini, gejala yang terjadi bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi: aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial di dalam sekolah adalah sekolah, kepala sekolah, para guru, anak didik, sarana dan prasarana serta aktifitas yang ada di dalamnya. 10 Situasi social yang menjadi sorotan dari penelitian ini, adalah : 1.Tempat (Place) Di sini yang menjadi sasaran tempat penelitian adalah MTs Negeri 2 Kudus pada kelas VIII. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 285.

7 2.Pelaku (actor) Pelaku yang paling utama adalah guru-guru Fiqih dan selanjutnya menyebar ke seluruh komponen-komponen yang akan penulis teliti, meliputi: peserta didik serta sarana prasarana. 3.Aktivitas (activity) Dari proposal judul skripsi ini yang menjadi sorotan aktivitas di MTs.N 2 Kudus, yaitu mengenai implementasi model pembelajaran ICARE pada mata peljaran Fiqih. Aktifitas pembelajaran yang berlangsung yaitu di dalam kelas, di mana guru membentuk kelompok untuk mendiskusikan materi setelah itu disajikan suatu permasalahan untuk kemudian dicari pemecahan masalah dalam diskusi berdasarkan teori, peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing kelompok, untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian tentang implementasi model pembelajaran ICARE di MTs N Kudus Kec.Mejobo Kab.Kudus, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah dalam implementasi model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kudus? 2. Faktor apa yang mendukung penerapan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kudus? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam implementasi model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kudus

8 2. Untuk mangatahui faktor-faktor pendukung dalam menerapkan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kudus E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan tentang implementasi model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih ini, memiliki beberapa manfaat baik secara teortis maupun praktis. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Mengembangkan khasanah ilmu keguruan mengenai penerapan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Kudus. b. Sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran ICARE pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Kudus 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan bagi lembaga formal maupun non-formal, khususnya bagi madrasah tsanawiyah dalam penerapan model pembelajaran. a. Bagi Madrasah Dapat digunakan sebagai acuan atau masukan untuk para guru mengenai penerapan model pembelajaran ICARE, agar lebih meningkatkan kemampuan penguasaan mata pelajaran Fiqih b. Bagi Guru Dapat digunakan sebagai masukan dalam mengelola pembelajaran agar peserta didik diberi kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang telah ia pelajari.

9 c. Bagi Peserta didik Memberikan motivasi dan informasi tentang belajar secara langsung serta dapat memecahkan permasalahan sehingga dapat mengamalkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.