BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu Negara yang berpaham demokratis, perlindungan Hak

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi. Seperti yang dikatakan oleh Zelizer dalam The

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB V PENUTUP. Praktik suap di kalangan jurnalis masih terjadi hingga saat ini. Suap adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Kode Etik Jurnalistik

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

Kode Etik Jurnalistik

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

KODE ETIK JURNALISTIK

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan wahana komunikasi dalam melakukan kegiatan jurnalistik dengan mencari,

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk publiknya. Komunikasi juga sebagai kontak antara manusia baik

Etika Jurnalistik dan UU Pers

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Humas memegang peranan penting dalam setiap organisasi, baik pada

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3),

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS STANDAR KOMPETENSI / KOMPETENSI DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kritis dari teori Teun A. Van Dijk terhadap tayangan program paket berita jurnal

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan

Penaatan Kode Etik di Kalangan Jurnalis Peliput Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Setelah Penghapusan Amplop Jurnalis

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif

antara TENTARA NASIONAL INDONESIA dan DEWANPERS Nomor: Kerma/27/IX/2017 Nomor: 01.01/DP/PKS/IX/2017 ten tang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, khususnya terhadap media massa semakin kritis dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya dan keakuratannya suatu informasi 1. Arus informasi yang. akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa 2.

Oleh : Santi Kusumaharti NIM : E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan adalah untuk memperoleh citra positif dan. menjadi dua, yakni media eksternal dan media internal.

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan pekerjaan yang sulit. Selain kegiatan sehari-harinya yang menuntut kecepatan dan ketepatan, menjadi seorang jurnalis juga dituntut harus mampu bekerja di antara deadline. Faktor tersebut yang mungkin membuat sebagian orang mengurungkan niatnya untuk memilih bergelut dalam profesi ini. Terlebih bila melihat praktik nyatanya di kehidupan seharihari, tak jarang kita mendapat kesulitan dalam mendapatkan berita demi menunaikkan amanahnya sebagai penyampai informasi. Hal tersebut yang kemudian membentuk persepsi orang tentang profesi jurnalis sebagai profesi yang berisiko. Namun kemerdekaan berpendapat, pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi pancasila, undang-undang dasar 1945 pasal 28 yang menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menegeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB pasal 19 yang berbunyi setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Kemerdekaan pers adalah merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatan rakyat. Ini bermakna, kemerdekaan pers 1

adalah amanah yang diberikan rakyat untuk dijalankan dengan sebaikbaiknya oleh pers demi kemaslahatan rakyat sendiri. Sejak tumbangnya orde baru dan muculnya gerakan reformasi di Indonesia, telah memberikan perbaikan dalam sistem pemerintahan yang mendorong perubahan terhadap sistem pers Nasional, dimana pers lebih luas dalam memperoleh dan menyampaikan informasi yang didapat serta terpenuhinya hak-hak wartawan. Namun, dalam melaksanakan setiap kegiatan jurnalistik diperlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional yang telah ditetapkan, sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 1999 tentang Pers Pasal 7 ayat 2 Undang Undang tersebut berbunyi wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Dalam penjelasan disebutkan, yang dimaksud dengan kode etik Jurnalistik adalah Kode Etik yang telah disepakati organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers sebagai lembaga independent yang dibentuk berdasarkan Undang Undang No. 40 tahun 1999 tentang pers serta memuat beberapa hal, mulai dari kepribadian sampai kepada cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, bagaimana bersikap terhadap sumber berita. Meliput berita di DPR RI bukanlah hal yang mudah, berbicara soal kebijakan pemerintahan dan politik merupakan hal yang paling sensitif dalam hubungan politisi dan wartawan karena berkaitan dengan kemasyarakatan. 2

Seorang wartawan yang mendapat tugas meliput di DPR RI harus memiliki hubungan yang baik dengan narasumber untuk mendapatkan informasi lebih dalam. Namun pada praktiknya meliput berita di DPR tidak semudah membalikan telapak tangan, karena beberapa narasumber terkait, biasanya lebih memilih bungkam kepada wartawan terhadap kasus kasus yang buruk yang bisa menurunkan citra kinerja para politisi. Namun lain hal ada beberapa narasumber dari kalangan politisi yang memiliki hubungan dekat dengan wartawan yang memiliki simbiosis mutualisme, yang dimaksud simbiosis mutualisme disini adalah wartawan mendapatkan informasi lebih akurat dan narasumber bisa memanfaatkan moment wawancara untuk memperbaiki citra kinerja atau melakukan pembelaan yang baik apabila dalam suatu kasus tertentu. Kedekatan berlebihan dengan narasumber bisa mempengaruhi independensi dan netralitas jurnalis sehingga mudah berpihak dan tidak objektif. Apabila wartawan terpengaruh oleh narasumbernya, maka objektifitas pemberitaan wartawan tersebut patut dipertanyakan. Kedekatan dengan narasumber membuat wartawan berpihak dan tidak objektif. Narasumber menjadi bagian terpenting dalam proses produksi berita. Karena itu wartawan akan menempuh berbagai cara agar bisa dekat dengan narasumber untuk mendapat informasi yang diharapkan, apalagi narasumber sering kali hanya mau memberi informasi eksklusif kepada wartawan yang dekat dan dipercayai. 3

Kedekatan wartawan dengan narasumber ini terkadang memunculkan bermacam-macam persoalan etika, misalnya menyangkut independesi wartawan atau konflik kepentingan dengan pihak lain, kedekatan yang intens juga bisa menyebabkan wartawan sulit membedakan antara kepentingan public dan si narasumber. Oleh karena itu jurnalis adalah pemegang kekuatan terbesar terhadap suatu informasi. Sebagai pemegang mandat untuk dapat memenuhi hak mendapatkan informasi bagi masyarakat, jurnalis memiliki andil besar dalam mengemas suatu berita. Itulah mengapa profesi ini begitu penting, tidak hanya penting untuk orang per orang, tetapi juga penting untuk sebuah negara. Karena betul bila ada yang mengatakan bahwa negara yang maju juga ditentukan oleh pers yang objektif. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti wartawan yang meliput di gedung DPR RI. Hal ini dikarenakan wartawan yang bertugas meliput di DPR RI memiliki hubungan dekat dengan narasumber untuk mendapatkan berita yang mendalam, namun kedekatan dengan Narasumber terkadang bisa mempengaruhi isi berita. Maka munculah pertanyaan pada diri penulis yang dijadikan masalah penelitan : 1. Apakah kedekatan wartawan DPR RI dengan Narasumber dari kalangan politisi dapat mempengaruhi isi berita? 4

Kedekatan yang dimaksud dalam rumusan masalah ini adalah hubungan wartawan DPR dengan narasumber Politisi yang dimana memiliki hubungan dekat dari segi pribadi (pertemanan). Kedekatan wartawan dengan narasumber terkadang tidak lagi sebatas relasi pekerjaan, namun hubungan yang dekat seperti pertemanan memiliki tujuan lain yang menguntungkan Narasumber terkait. Sedangkan mempengaruhi dalam rumusan masalah ini adalah efek dari kedekatan wartawan DPR RI dengan narasumber Politisi terhadap isi berita, apakah semakin dekat wartawan dengan narasumber akan mendapatkan berita lebih faktual dan mendalam atau bahkan mempengaruhi independensi wartawan sehingga mudah berpihak dan tidak objektif pada suatu berita yang didapat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Pengaruh Kedekatan Wartawan DPR RI dengan Narasumber Politisi Terhadap Isi Berita. Rumusan masalah ini akan dikemas dengan judul Pengaruh Kedekatan Wartawan DPR RI dengan Narasumber Politisi Terhadap Isi Berita. 5

1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Pengaruh Kedekatan Wartawan DPR RI dengan Narasumber Politisi Terhadap Isi Berita. 1.4 Manfaat Penelitian a. Secara teoritis Bermanfaat bagi peneliti memahami teori teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Peneliti juga berharap dapat memahami teori yang telah didapat, khususnya tentang Isi Berita dan Nilai Berita. b. Secara Praktis Sebagai bahan masukan kepada wartawan yang bertugas DPR RI atau subjek yang diteliti, serta hasil dari penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur sejauhmana kedekatan wartawan yang bertugas di DPR RI dengan Narasumber terhadap Isi berita. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, yakni sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakan penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian yang berguna untuk memberikan gambaran umum tentang isi skripsi ini. 6

Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang penjelasan teori, konsep atau variabel yang berkaitan dengan permasalahan. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang design penelitian, sumber data, bahan penelitian dan unit analisis, teknik pengumpulan data, reliabilitas, dan validitas alat ukur, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang subjek penelitian, hasil penelitian, uji hipotesis dan pembahasan. Bab V penutup Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta saran. 7