BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG QARD} AL-H}ASAN DAN NAZ AR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG UTANG PIUTANG. Utang piutang dalam istilah Arab sering disebut dengan ad-dain (jamaknya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II LANDASAN TEORI A. HUTANG PIUTANG MENURUT HUKUM ISLAM. Secara bahasa qard{ berarti al-qat{ yang artinya potongan

BAB II. orang yang memberikan pinjaman (kreditur). 22. Sedangkan menurut istilah dalam kitab Tanwi>r al-qulu>b

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II UTANG-PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM. menurut istilah fiqh, terdapat beberapa definisi yang dikedepankan oleh

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV SUMBER DANA DAN SYARAT PADA AKAD QARDHUL HASAN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG GUBENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB II. kepada orang yang dihutangi untuk kemudian dia memberikan yang. yang dapat ditagih dan diminta kembali. Dalam literatur fiqih Salaf as

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

SISTEM JUAL-BELI KREDIT MOTOR DI UD SABAR MOTOR DITINJAU MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG-PIUTANG BERSYARAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG YANG DIALIHKAN SYARIAH KCP DIPONEGORO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Desa Padang Manih termasuk ke dalam Nagari Campago. Campago

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Transkripsi:

20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG QARD} AL-H}ASAN DAN NAZ AR A. Pengertian Al-Qard} dan Qard} al-h}asan Secara bahasa al-qard} berarti al-qath, yang berarti harta yang diberikan kepada orang yang meminjam (debitur) disebut al-qard}, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan pinjaman (kreditur). Sedangkan menurut istilah al-qard} adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki. Akad al-qard} ini diperbolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban orang lain. 26 Menurut Hanafiyah, al-qard} adalah harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Dengan kata lain, suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu. Mazhab-mazhab yang lain mendefinisikan al-qard} sebagai bentuk pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur) dengan ganti harga yang sepadan dan 26 Abdul Hayyie al-kaffani dkk, Fiqh Islam wa Adillatuhu, (penerjemah Arab oleh Wahbah az-zuhaili, Al-Fiqh al-islami wa Adillatuhu), (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373.

21 menjadi tanggung jawabnya (debitur) yang sama dengan harta yang diambil dimaksudkan sebagai bantuan kepada orang yang diberi. 27 Dari beberapa pengertian al-qard} di atas, dapat disimpulkan bahwa alqard} adalah memberikan harta kepada orang lain. Dalam hal ini yang dimaksud memberikan harta ialah menghutangkan atau memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan dan dikembalikan sesuai jumlah yang dipinjam dengan waktu yang disepakati. Sedangkan untuk pengertian Qard} al-h}asan dijelaskan antara lain : 1. Qard} al-h}asan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana peminjam tidak berkewajiban untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi. 28 2. Qard} al-h}asan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan menggembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati. 29 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan qard} al-h}asan adalah pinjaman yang bersifat sosial yang diberikan tanpa adanya imbalan kecuali biaya administrasi dan dikembalikan dalam jangka waktu yang disepakati. Qard} al-h}}asan adalah produk perbankan syariah untuk nasabah 27 Ibid. 28 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUI & Takaful) di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 39. 29 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah - Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 111.

22 yang membutuhkan dana untuk keperluan mendesak dengan kriteria tertentu dan bermanfaat. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu dan dapat dikemblikan sekaligus atau diangsur tanpa tambahan atas dana yang dipinjam. B. Dasar Hukum Qard} al-h}asan Akad qard} al-h}asan sebagai sarana tolong menolong dan kerjasama antara sesama umat manusia mempunyai landasan dalam al-qur an dan sunnah Rasulullah SAW. Terdapat sejumlah ayat al-qur an dan sunnah Rasulullah yang menjadi dasar hukum qard} al-h}asan, diantaranya: Al-Qur an dalam surat al-hadid ayat 11 Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak. 30 Al-Qur an dalam surat al-baqarah ayat 245 30 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 539.

23 Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-nya-lah kamu dikembalikan. 31 Al-Qur an dalam surat al-muzammil ayat 20 Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 32 Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita disarankan untuk meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseru untuk meminjamkan kepada sesama manusia, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dijelaskan: 31 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 40. 32 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 576.

ب الله ل ه 24 ع ن ب ن م م ر تين لا ا سع ود ا ن الن بي صل ى االله كا ن ك ص دق ت ها م ر ة و عل يه م ي ق رض سل م م ن ما م ق ا ل م سل ضا ما ق ر سل Dari Ibnu Mas ud RA, bahwa Nabi SAW bersabda: tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada muslim lainnya sebanyak dua kali pinjaman, melainkan ia telah menyedekahkannya satu kali. (HR. Ibnu Majah) 33 Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dijelaskan: ن ع و ا ل ا ة ح م ن ي م ا ما م ة ر د و دة م ؤ داة : ا ل عا ر ي ة يق و سل م و ل ي ع صل ى الله ر س و ل ت قا ل: س م ع Dari Abu Umamah, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Pinjaman hendaknya dikembalikan kepada pemiliknya tanpa harus ada tambahan. Dan pemberian (anugerah) hendaknya di tolak. (HR. Ibnu Majah) 34 Dari hadits diatas menunjukkan bahwa manusia membutuhkan pertolongan dan bantuan dari saudaranya. Contoh pertolongan atau bantuan yang sering dilakukan yaitu pinjam-meminjam terhadap sesama, karena tidak seorang pun yang memiliki segala sesuatu yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjammeminjam sudah menjadi bagian dari kehidupan di dunia ini. C. Rukun dan Syarat Al-Qard} Rukun al-qard} ada empat yaitu: 1. Sighat (ijab qabul/ serah terima) 33 Muhammad Nashiruddin al-albani, Shahih Sunnah Ibnu Majah, (penerjemah: Ahmad Taufiq Abdurrahman), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 414. 34 Ibid., 399.

25 2. Objek akad/ muqtarad} (barang yang dipinjamkan) 3. Pelaku akad, yang terdiri atas pemberi pinjaman (muqrid}) 4. Penerima pinjaman (muqtarid}). 35 Syarata al-qard} yang harus dipenuhi adalah: 1. Kerelaan kedua belah pihak 2. Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal. 36 Dapat disimpulkan bahwa objek akad al-qard} yaitu harus jelas nilai pinjamannya serta manfaat atas barang yang dipinjamnya dan jelas waktu pelunasannya. D. Konsekuensi Hukum Al-Qard} Ulama Malikiyah berpendapat bahwa hak kepemilikan dalam al-qard} dan tindakan sosial lainnya, seperti hibah, sedekah dan ariyah (meminjamkan barang) berlaku mengikat dengan transaksi, meski hartanya belum diserahkan. Peminjam diperbolehkan mengembalikan harta semisal yang telah dipinjam dan boleh juga mengembalikan harta yang dipinjam itu sendiri. Hal itu selama barang tersebut tidak mengalami perubahan dengan bertambah atau berkurang. Jika berubah, maka harus mengembalikan harta semisalnya. 37 Ulama Syafi iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa hak kepemilikan alqard} berlaku dengan serah terima. Menurut Syafi i, peminjam mengembalikan 35 Muhammad Amin al-kurdi, Tanwi>r al Qutu>b fi Mu a>malah Alla>m al-ghuyu>b, 274. 36 Ibid, 274. 37 Abdul Hayyie al Kaffani dkk, Fiqih Islam wa Adillatuhu, 378.

26 harta yang semisal manakalah harta yang dipinjam adalah harta yang mis\li (harta yang sejenis), karena yang demikian itu lebih dekat dengan kewajibannya. Dan jika yang dipinjam adalah harta yang qimiy (harta yang dihitung berdasarkan nilai), maka ia mengembalikan dengan barang semisal secara bentuk, karena Rasulullah SAW telah berutang unta bakr (yang berusia muda) lalu mengembalikan unta usia ruba iyah (yang berusia dewasa), seraya berkata, Sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah yang paling baik dalam membayar utang. Ulama Hanabilah mengharuskan pengembalian harta semisal jika yang diutang adalah harta yang ditakar dan ditimbang, sebagaimana yang telah disepakati oleh seluruh ahli fiqih. Sedangkan jika objek al-qard} bukan harta yang ditakar atau ditimbang, maka ada dua riwayat, yaitu harus dikembalikan nilainya sesuai nilai pada hari akad, atau harus dikembalikan semisalnya dengan sifat-sifat yang mungkin. 38 E. Syarat yang Sah dan yang Tidak Sah (Fasid) Di dalam akad al-qard} dibolehkan adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik, seperti persyartan adanya barang jaminan, penanggung pinjaman (kafil), saksi, bukti tertulis, atau pengakuan dihadapan hakim. Mengenai batas waktu, jumhur ulama menyatakan syarat itu tidak sah, dan Malikiyah mengatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak sesuai dengan akad al- 38 Ibid,.

27 qard}, seperti syarat tambahan dalam pengembalian, pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat. 39 Adapun syarat yang fasid (rusak) di antaranya adalah syarat tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman. Syarat ini dianggap batal namun tidak merusak akad apabila tidak terdapat kepentingan siapa pun. Seperti syarat pengembalian barang cacat sebagai ganti yang sempurna atau yang jelek sebagai ganti yang bagus atau syarat memberikan pinjaman kepada orang lain. 40 1. Harta yang harus dikembalikan Para ulama sepakat bahwa wajib hukumnya bagi peminjam untuk mengembalikan harta semisal apapun ia meminjam harta mis\li (harta yang sejenis) dan mengembalikan hata semisal dalam bentuknya (dalam pandangan ulama selain Hanafiyah) bila pinjamannya adalah harta qimiy (harta yang dihitung berdasarkan nilai), seperti mengembalikan kambing yang ciri-cirinya sama dengan domba yang dipinjam. 2. Waktu pengembalian Menurut ulama selain Malikiyah, waktu pengembalian harta pengganti adalah kapan saja sesuai dengan kehendak si pemberi pinjaman, setelah peminjam menerima pinjamannya. Hal tersebut karena al-qard} merupakan akad yang tidak mengenal batas waktu. Sedangkan menurut Malikiyah, waktu pengembalian itu adalah ketika sampai pada batas waktu pembayaran yang 39 Abdul Hayyie al Kaffani dkk, Fiqih Islam wa Adillatuhu, 379. 40 Ibid,.

28 sudah ditentuka di awal. Hal tersebut karena mereka berpendapat bahwa alqard} bisa dibatasi dengan waktu. 41 F. Al-Qard} yang Mendatangkan Keuntungan Mazhab Hanafi dalam pendapatnya yang kuat (rajih) menyatakan al-qard} yang mendatangkan keuntungan hukumnya haram, jika keuntungan tersebut disyaratkan sebelumnya. Jika belum disyaratkan sebelumnya dan bukan merupakan tradisi yang berlaku, maka diperbolehkan. 42 Para ulama Malikiyah berpendapat bahwa tidaklah sah al-qard} yang mendatangkan keuntungan karena ia adalah riba. Dan haram hukumnya mengambil manfaat dari harta peminjamnya, seperti menaiki hewan tunggangannya dan makan dirumahnya karena alasan utang tersebut, bukan karena penghormatan atau semisalnya. Begitu juga hadiah dari peminjam adalah diharamkan bagi pemilik harta jika tujuannya untuk penundaan pembayaran utang dan sebagainya. 43 Hukum haram ini berlaku bagi penerima dan pemberi hadiah, sehingga wajib mengembalikannya kalau memang masih ada. Apabila sudah tidaka ada, maka wajib baginya mengembalikan harta semisal jika harta itu berupa barang 41 Ibid,. 42 Abdul Hayyie al Kaffani dkk, Fiqih Islam wa Adillatuhu, 379-380. 43 Ibid,.

29 mis\li (harta yang sejenis) dan nilai yang sesuai jika barang qimiy (harta yang dihitung berdasarkan nilai). 44 Ulama Syafi iyah dan Hanabilah berpendapat bawa al-qard} yang mendatangkan keuntungan tidak diperbolehkan, seperti mengutangkan seribu dinar dengan syarat orang itu menjual rumahnya kepadanya, atau dengan syarat dikembalikan seribu dinar dengan mutu koin dinar yang lebih baik atau dikembalikan lebih banyak dari itu. 45 G. Aplikasi Al-Qard} dalam Perbankan Syari ah Akad al-qard} biasanya diterapkan sebagai hal berikut: 1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas tinggih, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjam itu. 2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. 3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qard} al-h}asan. 46 44 Ibid,. 45 Ibid,. 46 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 133.

30 H. Sumber Dana Qard} al-h}asan Dalam pembiayaan qard} al-h}asan menggunakan akad tabarru yakni jenis akad yang berkaitan dengan transaksi non profit atau transaksi yang tidak bertujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Akad tabarru lebih berorientasi pada kegiatan ta awun atau tolong menolong. Dalam hal ini pihak yang berbuat baik tidak boleh mensyaratkan adanya imbalan dalam bentuk apapun. Imbalan yang boleh diharapkan hanyala imbalan pahala dari Allah SWT. Qard} al-h}asan yang diperlukan untuk membantu usaha yang sangat kecil dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. 47 Dari pemaparan diatas bahwa sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan qard} al-h}asan yaitu dari dana sosial meliputi dana al-qard} yang diterima bank syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan sebagainya). Khusus dana yang bersumber dari zakat, infaq, dan shadaqah dapat dikembangkan ke dalam akad qard} al-h}asan. 48 I. Perbedaan Al-Qard} dan Qard} al-h}asan Bank syariah disamping memberikan pinjaman al-qard}, juga dapat menyalurkan pinjaman dalam bentu qard} al-h}asan. Perbedaan antara keduanya antara lain: 47 Ibid. 48 Ibid.

31 1. Al-qard} adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih kembali, sedangkan qard} al-h}asan pemberian pinjaman kepada orang lain, dimana peminjam tidak diharuskan mengembalikan pokoknya apabila peminjam dirasakan benar-benar tidak mampu mengembalikannya. Sehingga qard} al-h}asan ini dianggap sedekah. 2. Dilihat dari segi sumber dana, sumber dana al-qard} berasal dari dana komersial atau modal. Dana ini diperuntukkan guna untuk membiayai kebutuhan nasabah atau anggota yang sangat mendesak atau berjangka pendek, sementara dana zakat tidak tersedia. BMT dapat menyisihkan sebagian modalnya untuk cadangan pinjaman al-qard}. Atas dasar akad ini, BMT tidak diperbolehkan mendapatkan imbalan dalam bentuk apapun. Namun peminjam sangat disarankan untuk memberikan tanpa perjanjian dan BMT dapat mengakuinya sebagai tambahan pendapatan. Sedangkan sumber dana qard} al-h}asan berasal dari dana sosial yakni dana zakat, infaq, shadaqah. 49 J. Manfaat dan Resiko Al-Qard} Manfaat yang didapat oleh koperasi jasa keuangan syariah dari transaksi alqard} adalah bahwa biaya administrasi utang dibayar oleh anggota. Manfaat lainnya berupa manfaat nonfinansial, yaitu kepercayaan dan loyalitas anggota 49 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, Cet. II, 2004), 175.

32 kepada koperasi jasa keuangan syariah tersebut. Sedangkan resiko dalam al-qard} terhitung tinggi karena al-qard} adalah pinjaman yang jangka waktu pengembaliannya relatif pendek. Manfaat akad al-qard} diantaranya juga: 1. memungkinkan nasabah yang sedang kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek, 2. al-qard} juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial, 3. adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. 50 K. Pengertian Naz\ar Secara bahasa naz\ar berasal dari kata Arab naz\r atau an-naz\r yang berarti mewajibkan atau mengharuskan pada dirinya. 51 Sedangkan secara terminology, pengertian naz\ar adalah sebagai berikut: 1) Mewajibkan kepada diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud untuk mengagungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 52 50 Muhammad Sayfi I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, 134. 51 Hoeve, Van, Ensiklopedia Hukum Islam, diedit oleh Abdul Azis Dahlan, (PT. Ichtiar Baru, Jakarta, 1997), 25. 52 Ibid.

33 2) Mewajibkan diri untuk melakukan sesuatu yang mubah dengan tujuan untuk mengagungkan Allah SWT. 53 3) Iltiza>m (mengkonsekuensikan diri) bertaqarrub pada hal-hal yang tidak semestinya ada, menurut syari at dengan suatu ungkapan kata yang terasa. 54 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa naz\ar adalah mewajibkan dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh syari at Islam. Artinya sumpah kepada Allah SWT akan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. L. Dasar Hukum Naz\ar Naz\ar telah di syari atkan berdasarkan nas, baik al-qur an maupun Hadits. Dalam Al-Qur an Allah berfirman : Al-Qur an dalam surat al-baqarah ayat 270 Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya. 55 53 Al-Jurjani, At-Ta ri>fa>t, 236 54 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 12 (Terjemah Kamaludin A. Marzuki), 31. 55 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 47.

34 Al-Qur an dalam surat al-hajj ayat 29 Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). 56 Al-Qur an dalam surat al-insan ayat 7 Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. 57 Sedangkan sabda Rasulullah SAW yang menjadi dasar pentasyrik an naz\ar adalah : ع ن ع اي ش ة ا ن ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م ق ال م ن ن ذ ر ا ن ي ط ي ع االله ف ل ي ط ع ه و م ن ن ذ ر ا ن ي ع ص ى االله ف لا ي ع ص ه Dari Aisyah sesungguhnya Rasulullah SAW berkata barang siapa yang bernazar akan mentaati Allah SWT, maka hendaklah ia taat. Dan barang siapa yang bernazar akan maksiat kepada Allah SWT, maka hendaklah jangan bermaksiat kepadan-nya. (HR. Malik bin Anas) 58 56 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 336. 57 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 580. 58 Malik bin Anas, Al-Muwatta, 296.

35 Dari ayat al-qur an dan Sunnah Rasulullah SAW di atas, para ulama sepakat bahwa hukum naz\ar adalah mubah, sedangkan melaksanakan naz\ar (melaksanakan sesuatu sesuai dengan yang telah dinaz\arkan) adalah wajib. Dengan ketentuan bahwa naz\ar tersebut untuk melakukan kebaikan kepada Allah SWT dan bukan untuk bermaksiat kepadanya. M. Syarat-syarat Naz\ar Naz\ar bisa dikatakan sah jika syarat-syarat naz\ar terpenuhi. Adapun syarat naz\ar dapat dibedakan sebagai berikut: 59 1) Syarat yang berkaitan dengan orang yang ber-naz\ar a. Islam b. Ba>lig dan berakal 2) Syarat yang berkaitan dengan perkara yang dinaz\arkan a. Yang dinaz\arkan tidak bertentangan dengan syari at islam b. Naz\arnya berupa sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT N. Jenis-jenis Naz\ar a. Ditinjau dari segi lafalnya, naz\ar terbagi dalam dua bagian, yaitu : 1. Naz\ar tidak bersyarat (mutlaq) yaitu naz\ar yang dilakukan untuk semata-mata mendekatkan diri kepada Allah SWT tanpa adanya suatu 59 Sabiq. Fiqih Sunnah 12 (Terjemah Kamluddin A. Marzuki), 36.

36 sebab atau sayarat tertentu. Misalnya, ber-naz\ar untuk berpuasa pada hari tertentu. 2. Naz\ar bersyarat (muqayyad) yaitu naz\ar yang dilakukan karena memperoleh nikmat tertentu. Mislanya, ber-naz\ar ketika memperoleh suatu keuntungan. 60 b. Dari segi isi, naz\ar terbagi dalam dua bagian, yaitu : 1. Naz\ar untuk mengerjakan suatu perbuatan, seperti mengerjakan suatu pekerjaan yang mubah. 2. Naz\ar untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang atau makruh hukumnya. 61 60 Ibid. 61 Ibid.