4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim. 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Blitar merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Timur bagian selatan. Secara astronomis terletak di 111 40 '-112 10' Bujur Timur dan 7 58'-8 9'5'' Lintang Selatan. Secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Malang disebelah Utara, Kabupaten Malang di sebelah Timur, Samudera Indonesia disebelah Selatan, dan Kabupaten Tulungagung serta Kabupaten Kediri di sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten Blitar adalah 1 588.79 km² yang terbagi kedalam 22 kecamatan, 220 desa, dan 28 kelurahan. Wilayah Kabupaten Blitar terbagi dua oleh Sungai Brantas. Wilayah di sebelah Selatan Sungai Brantas lebih dikenal dengan sebutan Blitar Selatan dengan luas ± 698.94 km². Wilayah di sebelah Utara Sungai Brantas lebih dikenal dengan sebutan Blitar Utara dengan luas ± 898.94 km². Wilayah Kabupaten Blitar dengan kondisi geografis terdiri dari wilayah pegunungan, dataran rendah, daerah aliran sungai, dan pesisir. Daerah pegunungan berada di bagian utara dengan adanya Gunung Kelud yang masih aktif dan Gunung Kawi disebelah timur. Pegunungan kapur berada di bagian selatan berbatasan dengan wilayah pesisir pantai selatan. Daerah dataran rendah berada dibagian tengah dan barat. Daerah aliran sungai berada dibagian tengah wilayah Kabupaten Blitar dimana terdapat aliran Sungai Brantas yang membagi Kabupaten Blitar menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. Sungai Brantas ini juga sekaligus merupakan muara dari sungai-sungai utama yang mengalir dari bagian utara Kabupaten Blitar seperti Sungai Lekso, Sungai Putih dan sebagainya. Dibagian selatan juga terbentang dari timur ke barat wilayah pesisir Kabupaten Blitar sepanjang 45 km menghadap Samudera Indonesia. 4.1.2 Kondisi Topografi Kabupaten Blitar mempunyai ketinggian ± 167 meter dengan keadaan topografi sangat bervariasi, yaitu mulai dari dataran, bergelombang hingga berbukit. Adapun mengenai persebarannya, kondisi topografinya sebagai berikut: Wilayah Kabupaten Blitar Utara, yaitu mempunyai kemiringan dari 2-15 persen, 15-40 persen dan lebih besar dari 40 persen, dengan keadaan bentuk wilayah bergelombang sampai dengan berbukit. Mengingat bagian wilayah utara Kabupaten Blitar adalah merupakan bagian dari Gunung Kelud dan Gunung Butak. Bagian tengah wilayah Kabupaten Blitar umumnya relatif datar dengan kelerengan 0-20 persen, hanya pada bagian sebelah timur agak bergelombang dengan kemiringan rata-rata 2-15 persen.
32 Wilayah Kabupaten Blitar Selatan, sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan kelerengan rata-rata 15-40 persen, hanya sebagian kecil yaitu di sekitar DAS Brantas topografinya agak landai yaitu 0-2 persen. Kondisi topografi di Kabupaten Blitar disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Peta Kelerengan. Berdasarkan keadaan morfologi secara umum di wilayah Kabupaten Blitar, termasuk jenis morfologi pegunungan, morfologi perbukitan dan daratan. Morfologi pegunungan terletak di wilayah Blitar utara dengan ketinggian antara 167 sampai 2 800 meter dari permukaan laut (yaitu Gunung Kombang, Gunung
33 Kelud, Gunung Butak). Pada umumnya morfologi ini terbentuk oleh batuan hasil letusan gunung api yang berumur muda dengan kemiringan antara 2 persen sampai dengan lebih besar 40 persen, yaitu meliputi Kecamatan Talun, Kecamatan Doko, Kecamatan Gandusari, Kecamatan Nglegok dan Kecamatan Ponggok. Morfologi perbukitan terletak di bagian selatan Kabupaten Blitar dengan ketinggian antara sekitar 100 meter dpl sampai dengan sekitar 350 meter dpl. Umumnya morfologi ini terbentuk oleh batuan gamping atau kapur dengan kemiringan antara 20 persen sampai dengan lebih besar dari 40 persen, meliputi kecamatan Kademangan, Kecamatan Panggungrejo, Kecamatan Wates dan Kecamatan Wonotirto. Morfologi dataran yang ada di wilayah Kabupaten Blitar terletak dibagian tengah wilayah Blitar. Daerah dataran ini ditempati oleh batuan hasil letusan gunung api dan juga batuan lepas hasil dari endapan Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke barat, dengan kemiringan antara 0 persen sampai dengan sekitar 20 persen, meliputi Kecamatan Wonodadi, sebagian Kecamatan Kademangan, Srengat, Garum, Sanankulon, Kanigoro, Sutojayan, Kesamben, Wlingi, Selopuro dan Selorejo. 4.1.3 Kondisi Iklim Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kabupaten Blitar juga memiliki iklim tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau atau panas berlangsung antara bulan Mei-September. Musim penghujan berlangsung antara bulan November -April dengan curah hujan rata-rata 100 hingga 200 mm/tahun. Akan tetapi karena perubahan klimatologi global maka terjadi pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim (Tabel 5). Tabel 5. Curah Hujan Rata-Rata Per Bulan di Kabupaten Blitar No. Bulan Curah Hujan Rata-Rata Per Bulan (mm) 2006 2007 2008 2009 2010 1. Januari 430.10 382.00 24.00 284.00 450.20 2. Februari 403.35 287.00 25.00 278.27 318.60 3. Maret 321.30 338.00 25.00 302.75 321.00 4. April 246.80 105.00 3.00 212.75 353.25 5. Mei 87.97 94.00 17.00 6.03 173.80 6. Juni 5.83 18.00 12.00 57.50 1.15 7. Juli 2.75 4.00 7.00 78.35 0.22 8. Agustus - - 0.10 - - 9. September 16.38 14.00 11.00 4.45 0.25 10. Oktober 231.60 48.00 40.00 6.65 64.00 11. November 231.60 360.00 28.00 9.35 91.18 12. Desember 387.40 449.00 35.00 21.85 292.62 Jumlah hujan rata-rata tahunan 197.09 174.92 18.93 105.16 172.19 Sumber : BPS Kabupaten Blitar (2011) data diolah
34 Untuk lebih jelasnya tentang kondisi curah hujan di Kabupaten Blitar seperti tertera pada Gambar 6. Gambar 6. Peta Curah Hujan. 4.2 Kependudukan Penduduk sebagai salah satu sumber daya pembangunan memegang dua peranan penting dalam pembangunan yaitu sebagai subyek/pelaku sekaligus sebagai obyek dari pembangunan. Jumlah penduduk di Kabupaten Blitar sampai
dengan tahun 2010 adalah sebesar 1 258 100 jiwa. Dengan luas wilayah 1 588.79 km² maka Kabupaten Blitar memiliki kepadatan penduduk sebesar ± 792 jiwa/ km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Blitar tahun 2010 No Kecamatan Luas (Km 2 Jumlah Penduduk Kepadatan ) (Jiwa) (Jiwa/Km 2 ) 1 Bakung 111.24 25 019 225 2 Wonotirto 164.54 35 263 214 3 Panggungrejo 119.04 40 661 342 4 Wates 68.76 27 667 402 5 Binangun 76.79 42 698 556 6 Sutojayan 44.2 46 881 1061 7 Kademangan 105.28 63 378 602 8 Kanigoro 55.55 72 991 1314 9 Talun 49.78 59 127 1188 10 Selopuro 39.29 39 215 998 11 Kesamben 56.96 48 481 851 12 Selorejo 52.23 34 679 664 13 Doko 70.95 37 591 530 14 Wlingi 66.36 49 831 751 15 Gandusari 88.23 66 345 752 16 Garum 54.56 62 042 1137 17 Nglegok 92.56 67 454 729 18 Sanankulon 33.33 52 700 1581 19 Ponggok 103.83 96 753 932 20 Srengat 53.98 61 935 1147 21 Wonodadi 40.35 45 877 1137 22 Udanawu 40.98 39 422 962 Jumlah 1 588.79 1 258 100 792 Sumber : BPS Kabupaten Blitar (2011) data diolah Berdasarkan tabel jumlah penduduk kecamatan di Kabupaten Blitar yang memiliki jumlah penduduk paling banyak pada tahun 2010 adalah Kecamatan Ponggok, yaitu sebesar 96 753 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu Kecamatan Bakung sebesar 25 019 jiwa. 35 4.3 Penggunaan Lahan Ketersediaan tanah di Kabupaten Blitar secara keseluruhan seluas 1 588.79 Km 2. Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk alokasi lahan di wilayah Kabupaten Blitar ditetapkan sebagai berikut : tanah untuk pekarangan dan bangunan seluas 34 141 ha, lahan sawah seluas 31 705 ha, lahan tegal/ kebun seluas 44 939 ha, lahan perkebunanan seluas 13 347 ha, kawasan hutan seluas 27 212 ha, lahan tambak dan kolam seluas 176 ha, dan lain-lain seluas 7 359 ha. Terhadap kondisi lahan pertanian luasannya minimal harus dipertahankan guna mendukung peningkatan hasil produksi tanaman pangan terutama padi, namun kebutuhan lahan pertanian tersebut cenderung berkurang yang disebabkan semakin berkembangnya pembangunan terutama pengembangan lahan terbangun,
36 maka perlu adanya pengendalian dan pemanfaatan lahan subur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penggunaan Lahan di Kabupaten Blitar No Kecamatan Sawah Pekarangan dan Bangunan Tegal/ Kebun Kolam Tambak Perkebunan Perhutani Hutan Rakyat Lainnya 1 Bakung 129 1 091 4 180 0 0 0 4 465 200 350 2 Wonotirto 288 779 4 704 0 0 4 858 5 725 436 373 3 Panggungrejo 647 2 075 7 152 0 14 0 1 766 0 250 4 Wates 887 752 3 723 2 10 0 1 163 250 89 5 Binangun 122 1 367 4 944 0 0 0 589 334 323 6 Sutojayan 1 266 1 147 697 2 0 0 1 138 75 95 7 Kademangan 816 1 607 3 343 12 0 0 1 611 1 445 1 694 8 Kanigoro 1 725 3 221 301 8 0 0 0 0 300 9 Talun 2 350 1 920 400 10 0 0 0 0 298 10 Selopuro 1 801 1 124 54 14 0 0 100 8 194 11 Kesamben 1 758 1 142 1 749 6 0 0 874 107 71 12 Selorejo 979 1 580 1 445 7 0 225 540 60 376 13 Doko 1 815 1 571 1 785 0 0 1 476 251 0 197 14 Wlingi 1 535 937 927 3 0 1 384 2 145 201 138 15 Gandusari 2 582 1 705 926 6 0 2 101 1 146 25 332 16 Garum 2 174 1 365 797 21 0 1 043 36 5 15 17 Nglegok 1 513 2 136 1 262 48 0 2 260 1 365 153 519 18 Sanankulon 1 207 740 1 008 5 0 0 209 0 164 19 Ponggok 2 033 3 535 3 029 0 0 0 790 0 996 20 Srengat 1 647 2 801 707 3 0 0 0 0 241 21 Wonodadi 2 209 1 106 676 5 0 0 0 0 199 22 Udanawu 2 222 440 1 130 0 0 0 0 0 145 Jumlah 31 705 34 141 44 939 152 24 13 347 23 913 3 299 7 359 Sumber : BPS Kabupaten Blitar (2011) data diolah 4.4 Perekonomian Daerah Gambaran mengenai perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam bahasan ini adalah meliputi produk domestik regional bruto (PDRB) dan potensi sektor-sektor ekonomi. 4.4.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu dapat ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar tahun 2006 sampai dengan 2010 ditopang oleh peningkatan aktivitas sektor pertanian maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan leading sector daerah ini, dengan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun masing-masing sebesar 4.07 persen dan 8.29 persen. Sementara itu, beberapa sektor mengalami pertumbuhan cukup signifikan di tahun 2010. Seperti sektor pertambangan dan
penggalian yang membukukan peningkatan sebesar 7.95 persen, juga sektor bangunan yang tumbuh hingga 11.35 persen. Tingginya peningkatan aktivitas sektor bangunan ini disinyalir disebabkan oleh adanya pembangunan beberapa infrastruktur daerah dalam mendukung pengembangan ibukota baru dan diperkirakan peningkatan ini terus terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2006-2010 (dalam persen) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan Ekonomi 5.38 5.78 6.04 5.18 6.08 Sektor Primer 1. Pertanian 4.73 4.14 4.55 3.94 2.98 2. Pertambangan dan Penggalian 5.70 5.02 5.06 5.02 7.95 Sektor Sekunder 3.Industri Pengolahan 7.13 6.32 6.56 3.05 4.18 4. Listrik. Gas dan Air Bersih 7.00 7.95 7.95 7.95 7.84 5. Bangunan 5.57 5.94 6.67 5.94 11.35 Sektor Tersier 6. Perdag, Hotel dan Restoran 5.99 8.28 8.22 8.05 10.89 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6.73 6.99 6.40 6.86 7.27 8. Keu, Persewaan dan jasa Persh. 5.17 7.05 6.53 5.32 7.20 9. Jasa-jasa 6.31 6.90 7.55 3.96 6.66 Sumber : BPS Kabupaten Blitar (2011) data diolah Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa semua sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Blitar mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun ada beberapa yang mengalami perlambatan. Dengan kata lain, aktivitas produksi barang dan jasa di daerah ini semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang, perekonomian Kabupaten Blitar mampu tumbuh semakin pesat. Terlebih dengan adanya upaya-upaya yang ditempuh pemerintah daerah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi masyarakat. 37 4.4.2 Potensi Pertanian Kabupaten Blitar 4.4.2.1 Tanaman Bahan Makanan Secara umum penggunaan lahan untuk kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Blitar dirinci sebagai berikut : penggunaan lahan sebagai sawah seluas 31 705 ha dan penggunaan bukan sawah sebesar 127 174 ha. Lahan untuk areal sawah terbagi lagi menjadi 22 510 ha untuk lahan sawah berpengairan teknis, 3 843 ha untuk lahan sawah berpengairan setengah teknis, 3 352 ha untuk sawah berpengairan sederhana dan sisanya adalah irigasi desa dan sawah tadah hujan. Sedangkan untuk penggunaan lahan sebagai tegalan/kebun termasuk dalam penggunaan lahan bukan sawah sebesar 44 939 ha, dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Blitar. Hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar memiliki sistem pengairan yang beragam untuk lahan sawahnya, mulai dari sawah beririgasi teknis
38 sampai dengan sawah tadah hujan. Kecamatan yang memiliki sawah beririgasi teknis paling luas adalah di Kecamatan Talun yaitu seluas 1 915 ha, sedangkan yang tidak memiliki sawah beririgasi teknis adalah Kecamatan Bakung dan Wonotirto. Untuk irigasi setengah teknis paling banyak terdapat di Kecamatan Gandusari yaitu seluas 705 ha, irigasi sederhana paling banyak terdapat di Kecamatan Wonodadi, seluas 1 090 ha, sedangkan sawah dengan irigasi desa/non PU paling banyak terdapat di Kecamatan Kesamben, seluas 226 ha dan yang memiliki sawah tadah hujan paling banyak adalah Kecamatan Wates dengan luas 419 ha. Akibat adanya perbedaan sistem irigasi, maka secara tidak langsung juga mempengaruhi perkembangan pola tanam dan jenis vegetasi yang dibudidayakan. Pada lahan-lahan pertanian sawah yang menggunakan irigasi teknis, setengah teknis dan non teknis, maka petani dapat bercocok tanam sepanjang tahun dengan pola padi-padi-palawija, sedangkan pada daerah yang menggunakan sistem irigasi tadah hujan pola yang dikembangkan adalah Padi-Palawija. Melihat kondisi pertanian di Kabupaten Blitar yang mempunyai kawasan pertanian yang masih luas dengan sistem pengairan yang baik diharapkan dari kondisi tersebut kawasan ini mampu menciptakan swasembada pangan terutama melalui program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi pertanian daerah. 4.4.2.2 Peternakan Potensi Peternakan di Kabupaten Blitar sangat besar sekaligus merupakan potensi unggulan tingkat nasional khususnya ternak ayam ras dimana produksi telur ayam ras Kabupaten Blitar merupakan barometer produksi nasional yang berarti jika produksi telur mengalami gangguan maka akan mengganggu ketersediaan telur ayam ras di pasar nasional. Populasi ayam ras terbanyak terdapat di Kecamatan Srengat, Ponggok dan Kanigoro, dimana di wilayah ini hampir setiap warganya bekerja pada sektor ini Susu sapi perah merupakan Kabupaten Blitar merupakan salah satu produsen Industri susu Perusahaan Internasional (PT. Nestle Indonesia) dimana lokasi industrinya terletak di Kabupaten Pasuruan. Jumlah sapi dan produksi susu terbanyak terdapat di Kecamatan Ponggok dan Garum. Sapi potong di Kabupaten Blitar merupakan salah satu sentra produksi daging sapi untuk wilayah Jawa Timur, bahkan jangkauan pemasaran sapi potong Kabupaten Blitar sudah pada tingkat Nasional seperti Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat. Jumlah ternak dan produksi daging sapi potong secara umum merata di tiap-tiap kecamatan. Seperti halnya sapi potong, ternak kambing dan domba cukup banyak di Kabupaten Blitar, hanya jangkauan pemasaran sebagian besar masih disekitar Jawa Timur. Dalam jumlah ternak maupun produksi daging Kambing dan domba secara umum merata pada tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Blitar.
39 4.4.2.3 Perkebunan Kawasan perkebunan di Kabupaten Blitar tersebar secara merata pada tiaptiap kecamatan yang ada. Pada umumnya perkebunan yang ada adalah merupakan perkebunan rakyat yang memanfaatkan tegalan dan pekarangan selain ada juga yang berupa perkebunan besar. Jenis tanaman perkebunannya meliputi kakao, kenanga dan cengkeh. Jenis komoditi perkebunan yang ada cukup dominan di beberapa wilayah antara lain : kopi, kakao, cengkeh, tebu, kelapa dan kenanga. Hasil produksi perkebunan di Kabupaten Blitar banyak yang telah diolah menjadi barang yang nilai ekonomisnya lebih tinggi, seperti pengolahan kelapa menjadi gula kelapa, karena itu untuk perkembangan selanjutnya komoditi yang ada dapat ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena perkebunan ini tidak ada pada setiap kecamatan. Untuk kawasan sentra produksi kakao terdapat di Kecamatan Nglegok (PTP Bantaran), Kecamatan Udanawu dan Kecamatan Wates. Adapun kawasan sentra produksi kenanga yang ada di Kabupaten Blitar terdapat di Kecamatan Ponggok dan Kecamatan Srengat. Kawasan sentra produksi cengkeh terdapat di Kecamatan Doko (PT. Brangkah Banaran), Kecamatan Wlingi, Kecamatan Nglegok dan Kecamatan Gandusari.