AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KAYU MANIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS UNTUK MENURUNKAN POPULASI BAKTERI TELUR AYAM NEGERI (RAS) NASKAH PUBLIKASI

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

MEMPELAJARI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EVITA DAMAYANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 HASIL PENELITIAN

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB 5 HASIL PE ELITIA

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Y ij = µ + B i + ε ij

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TANAMAN YODIUM

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii B.) DENGAN CARA EKSTRAKSI YANG BERBEDA TERHADAP Escherichia coli SENSITIF DAN MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Biologi Oleh: Yusufi Adi Sujatmiko A420100165 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

UNIVERSITAS MUHAMMAI}IYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PBNDIDIKAhT n. A. Yani Tromol Pos I -Pabelan Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax 715448 Surakarta 57102 Surat Persetuiuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertandatangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama NIPA{IK : 920 : Triastuti Rahayu Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsiltugas akhir dari mahasiswa: Nanra NIM Program Studi Judul Skripsi Yusufi Adi Sujatmiko A42A 100 165 Pendidikan Biologi *AKTIVITAS AI\ITIBAKTERI EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomwn burmannii B.) DENGAI\I CARA EKSTRAKSI YAI{G BERBEDA TERIIADAP Escherichia coli SENSITIF DAN MULTIRESISTEN AITTTBIOTIK' Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian perstujuan dibuat, semoga dapat digunakan seperlunya. Surakarta 20 Mei 2014 Pembimbing

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii B.) DENGAN CARA EKSTRAKSI YANG BERBEDA TERHADAP Escherichia coli SENSITIF DAN MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK Yusufi Adi Sujatmiko, A 420 100 165, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 48 Halaman ABSTRAK Kayu manis memiliki kandungan flavonoid dan tanin sebagai senyawa antibakteri. Kayu manis dapat diaplikasikan sebagai antibakteri dalam bentuk segar, jus, infundasi, dan dekoksi. Infundasi dan dekoksi adalah salah satu cara ekstraksi yang mudah untuk diaplikasikan di masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kayu manis dengan cara ekstraksi yang berbeda terhadap Escherichia coli sensitif dan multiresisten antibiotik. Jenis penelitian ini yaitu panelitian eksperimen dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah jenis ekstrak yaitu ekstrak kayu manis secara infundasi dan dekoksi. Faktor kedua adalah jenis strain bakteri Escherichia coli sensitif dan multiresisten antibiotik. Ekstraksi Infundasi menggunakan pelarut air dengan suhu 90 o C selama 15 menit dengan perbandingan bahan dan air 1:10. Dekoksi proses ekstraksi yang mirip infundasi hanya proses infundasi selama 30 menit. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Data yang didapat dianalisa dengan deskripsi kuantitatif berupa rerata diameter zona hambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis dengan cara infundasi mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar bila dibandingkan ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi yang menunjukkan akivitas antibakteri yang lebih kecil. Aktivitas antibakteri esktrak kayu manis dengan cara infundasi terhadap Escherichia coli sensitif menghasilkan rerata zona hambat sebesar 9,47 mm sedangkan pada Escherichia coli multiresisten antibiotik sebesar 7,45 mm. Sedangkan aktivitas antibakteri esktrak kayu manis dengan cara dekoksi terhadap Escherichia coli sensitif menghasilkan rerata zona hambat sebesar 8,28 mm sedangkan pada Escherichia coli multiresisten antibiotik sebesar 7,38 mm. Kata kunci : Kayu manis, infundasi, dekoksi, Escherichia coli, multiresisten antibiotik

A. PENDAHULUAN Tanaman kayu manis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah Cinnamomum burmanii B. dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Selain itu terdapat Cinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai kayu manis Ceylon karena sebagian besar diproduksi di Srilangka (Ceylon) dan produknya dikenal sebagai cinnamon. Jenis kayu manis ini juga terdapat di Pulau Jawa. Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula jenis C. cassia yang terdapat di Cina (Abdullah, 1990). Salah satu bakteri penyebab infeksi yaitu Escherichia coli. Escherichia coli merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan, tetapi dapat berubah menjadi oportunis patogen bila hidup di luar usus (Supardi dan Sukamto, 1999; Jawetz et al., 2001). Saat ini sudah banyak ditemukan Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik. Hasil penelitian Noviana (2004), Escherichia coli juga resisten terhadap golongan β-laktam (penisilin, ampisilin, amoksilin, sulbenisilin dan oksasin) dan golongan aminoglikosida (streptomisin). Menurut Widjajanti (1999) hal ini disebabkan bakteri telah mengadakan mutasi yang dapat terjadi karena pengobatan yang dilakukan tidak dengan semestinya. Sebagai pengatasan resistensi antibiotik tersebut, timbulah pengobatan alternatif menggunakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Salah satu tanaman berkhasiat obat yang dikonsumsi masyarakat adalah kayu manis. Penggunaan kayu manis di masyarakat dengan cara direbus dengan air panas (Bambang, 2001). Cara perebusan bahan herbal juga disebut ekstraksi. Beberapa metode ekstraksi dengan direbus yaitu infundasi dan dekoksi. Infundasi merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada waktu proses infundasi berlangsung, temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC selama 15 menit. Rasio berat bahan dan air adalah 1 : 10, artinya jika berat bahan 100 gram maka volume air sebagai pelarut adalah 1000 ml. Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya saja ekstraksi yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama ( 30 menit) dan suhu pelarut sama dengan titik didih air (Ditjen POM, 1995). Tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang dihasilkan dari ekstrak kulit kayu manis Cinnamomum burmanii B. dengan cara eksraksi yang berbeda (infundasi dan dekoksi) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli sensitif dan multiresisten antibiotik. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 kombinasi perlakuan dan masingmasing perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Adapun faktor perlakuan adalah sebagai berikut : Faktor 1 (B) Jenis Bakteri B 1 = Escherichia coli Sensitif, B 2 = Escherichia coli Multiresisten Antibiotik. Faktor 2 (E) Cara Ekstraksi E 0 = Kontrol (tanpa penambahan ekstrak kayu manis), E 1 = Infundasi, dan E 2 = Dekoksi. Pelaksanaan penelitian diawali dengan sterilisasi alat. Membersihkan tabung reaksi, erlenmeyer, petridisk, gelas ukur, serta beaker glass dengan menggunakan alkohol 70%. Sterilisasi alat dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0 C tekanan atm selama ± 20 menit (Dwidjoseputro, 2005). Pembuatan media nutrien agar (NA) sebanyak 6 gram yang ditambahkan akuades 300 ml. Mensterilisasikan media menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0 C selama 15 menit dan tekanan 2 atm (Rahayu, dan Maryati 2007). Penyiapan orgaisme uji suspensi Escherichia coli sensitif dan multiresisten antibiotik pada media NA yang diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 18-24 jam. Mengencerkan dengan akuades steril sehingga menpunyai kekeruhan yang sesuai dengan standard Mc. Farland (10 8 CFU/mL). Pembuatan ekstrak kayu manis dengan metode infundasi disiapkan serbuk kayu manis ditambah akuades dengan perbandingan 1 : 10 dipanaskan dalam panci selama 15 menit dengan suhu 90ºC. Saring selagi panas melalui kain flanel. Metode dekoksi langkahnya sama dengan infundasi, perbedaanya saat

perebusan selama 30 menit. Uji aktivitas antibakteri digunakan metode difusi agar dengan sumur. Membuat lubang pada permukaan nutrien agar tersebut dengan bantuan pelubang gabus yang diameternya 6 mm. Mengisi lubang yang terbentuk dengan ekstrak kayu manis sampai penuh dengan volume 100 µm sesuai dengan perlakuan. Inkubasi bakteri Escherichia coli sesuai perlakuan (sensitif atau multiresisten antibiotik) pada suhu 37 o C selama 24 jam. Mengukur diameter zona hambat disekitar lubang sumuran dengan penggaris milimeter. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan metode deskriptif kualitatif. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambatan ekstrak kayu manis dengan metode ekstraksi infundasi dan dekoksi terhadap E. coli sensitif dan multiresisten antibiotik dengan metode sumuran Perlakuan E 0. B 1 E 0. B 2 E 1. B 1 E 2. B 1 E 1. B 2 E 2. B 2 Rerata Diameter Zona Hambat (mm) 0 0 9,47 8,28 7,45 7,38 Keterangan: E 0 : Kontrol (tanpa penambahan ekstrak kayu manis) E 1 : Infundasi B 1 : Bakteri E.coli sensitif E 2 : Dekoksi B 2 : Bakteri E.coli multiresisten Tabel 1. menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis dengan cara infundasi dan dekoksi memiliki kemampuan berbeda dalam menghambat pertumbuhan E. coli sensitif dan multiresisten antibiotik. Ekstrak kayu manis dengan cara infundasi memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi terhadap E. coli dibandingkan ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi. 2. Pembahasan Hasil uji (tabel 1.) menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis dengan cara infundasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.coli sensitif

dan multiresisten lebih tinggi dibandingkan ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat radikal yang lebih lebar diameternya pada pengujian ekstrak kayu manis dengan cara infundasi terhadap E.coli sensitif dan multiresisten antibiotik dan zona hambat yang lebih kecil pada pengujian ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi. Zona hambat terbesar ditemukan pada E.coli sensitif yang diberikan ekstrak kayu manis dengan cara infundasi (9,47 mm) berupa zona radikal (Gambar 1.). Sensitif Multiresisten Gambar 1. Hasil uji antibakteri ekstrak kayu manis dengan cara yang berbeda terhadap bakteri Escherichia coli Ekstrak air kayu manis mengandung tannin, triterpenoid, saponin dan flavanoid (Azima, 2004). Tannin dan flavanoid merupakan golongan fenol. Salah satu fungsi tannin dan flavanoid adalah sebagai antimikroba. Senyawa fenol yang dikenal sebagai zat antiseptik dapat membunuh sejumlah bakteri. Sifat senyawa fenol yaitu mudah larut dalam air, cepat membentuk kompleks dengan protein dan sangat peka pada oksidasi enzim. Pada konsentrasi rendah, fenol bekerja dengan merusak membran sitoplasma dan menyebabkan kebocoran isi sel, sedangkan pada konsentrasi tinggi fenol berkoagulasi dengan protein seluler. Aktivitas ini

sangat efektif ketika bakteri dalam tahap pembelahan, saat lapisan fosfolipid dikelilingi sel dalam kondisi yang sangat tipis sehingga fenol dapat berpenetrasi dengan mudah dan merusak isi sel. Ekstraksi kayu manis dengan cara infundasi memiliki diameter hambat yang lebih luas bila dibandingkan dengan ekstraksi dengan cara dekoksi, hal ini dikarenakan pada ekstraksi dekoksi dilakukan perebusan selama 30 menit. Perebusan yang terlalu lama dapat merusak flavanoid yang dikandung kayu manis. Apabila perebusan pada suhu 90 o C hanya boleh 15 menit (Wiryowidagdo, 2011). Golongan senyawa flavonoid yang tidak tahan panas, selain itu senyawa flavanoid mudah teroksidasi pada suhu yang tinggi. Berdasarkan penelitian Damayanti (2004) minyak atsiri rempah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli, dan Samonella typhimurium. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan yang bervariasi ini antara lain perbedaan metode ekstraksi. Namun secara umum, komponen terbesar dari kayu manis, serta yang paling dominan berperan sebagai agen bakteritoksik adalah sinamat aldehid dan eugenol. Menurut Tampieri et al. (2005). Sinamat aldehid termasuk dalam flavonoid. flavonoid yang mekanisme kerjanya mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan bakteri terhenti atau mati. Cinnamomum burrnanii B. memiliki senyawa bioaktif antibakteri tampak dari pengujian yang dilakukan terhadap bakteribakteri Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Dalam penelitian ini, ekstrak kayu kayu manis dengan cara infundasi menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih besar terhadap E. coli sensitif dan multiresisten antibiotik, dibandingkan dengan ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi yang menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kecil. Hal ini karena terjadi kerusakan senyawa antibakteri yaitu flavanoid sebagai mana yang telah dijelaskan bahwa flavanoid merupakan senyawa yang tidak tahan panas dan mudah teroksidasi pada suhu yang tinggi. Hasil uji bakteri (Gambar 1.) ekstrak kayu manis dengan cara yang berbeda menunjukkan bahwa diameter zona hambat terhadap E.coli sensitif lebih luas dibandingkan dengan E.coli multiresisten (Tabel 1.). Hal ini karena E.coli sensitif antibiotik tidak memiliki resistensi terhadap zat antibiotik dari kayu manis yakni tannin dan flavanoid. Sehingga flavonoid yang mekanisme kerjanya mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan bakteri terhenti atau sampai bakteri tersebut mati. Dan Mekanisme antimikroba tanin berkaitan dengan kemampuan tanin membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel bakteri sehingga terjadi gangguan pada dinding bakteri dan bakteri lisis. Komponen-komponen dalam kayu manis memiliki prosentase yang bervariasi, meskipun kayu manis masih diekstrak dari satu spesies yang sama. Faktor yang menyebabkan perbedaan yang bervariasi ini antara lain bagian kayu manis yang dijadikan bahan ekstrak, lokasi dan perbedaan waktu panen, serta perbedaan metode ekstraksi.

Dari hasil penelitian ini, bahwa terdapat efek antibakteri pada ekstrak kayu manis dengan cara infundasi dan dekoksi. Efek antibakteri tersebut diperkirakan diperankan oleh zat-zat aktif yang larut dalam air, sebab metode ekstraksi pada penelitian ini menggunakan pelarut air. Zat aktif yang terlarut dalam air yaitu tannin, triterpenoid, saponin dan flavanoid (Azima, 2004). Mekanisme antimikroba tanin berkaitan dengan kemampuan tanin membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel bakteri sehingga terjadi gangguan pada dinding bakteri dan bakteri lisis. Tanin juga memiliki sifat dapat menginaktifkan adhesin sehingga bakteri tidak dapat melekat pada sel inang dan menginaktifkan enzim protease. Selain itu, tanin juga dapat mendestruksi materi genetik pada bakteri sehingga dapat menambah toksisitasnya pada Escherichia coli multiresisten antibiotik. Saponin bekerja dengan cara melisiskan membran sel dan menghambat DNA polimerase sehingga sintesa asam nukleat terganggu. Dalam penelitian (Kurniati, 2012), bahwa terdapat efek antimikroba pada ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmani) terhadap MRSA. Efek antimikroba tersebut diperkirakan diperankan oleh zat-zat aktif yang larut dalam etanol, sebab metode ekstraksi pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol. Empat zat aktif utama yaitu sinamaldehid dan eugenol yang terkandung dalam minyak atsiri, serta saponin dan tanin. Mekanisme antimikroba tanin berkaitan dengan kemampuan tanin membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel bakteri sehingga terjadi gangguan pada dinding bakteri dan bakteri lisis.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak kayu manis dengan cara infundasi dengan diameter hambat lebih luas terhadap E. coli sensitif dan muliresisten antibiotik dibandingkan dengan ekstrak kayu manis dengan cara dekoksi yang diameter hambatnya lebih kecil aktivitas antibakterinya terhadap E. coli sensitif dan multiresisten antibiotik. 2. Saran a. Perlu dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak kulit kayu manis dengan cara infundasi dengan menggunakan bakteri lain, misalnya Streptococcus, Salmonella, atau Klebsiella. b. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai efek antibakteri ekstrak kayu manis dengan cara ekstraksi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A. 1990. Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, hal.1231-1244. Anonim. 1995. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima, 3-7. Direktorat Jendral POM. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Azima F. 2004. Aktivitas Antioksidan dan anti-agregasi platelet ekstrak cassia vera (Cinnamomum burmanni Nees ex Blume) serta potensinya dalam pencegahan aterosklerosis pada kelinci [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bambang, M. 2001. Sehat di Usia Lanjut dengan ramuan Tradisional. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. hlm. 11-15. Damayanti, E. 2004. Mempelajari aktivitas antioksidan dan antibakteri dari ekstrak campuran rempah minuman Cinna-Ale. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Jawetz, Ernest. 2001. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta: EGC. Kurniati, Nida Tsania dkk. 2012. Uji ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) kode isolat m2036t secara in vitro [skripsi]. Malang: Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya. Noviana, Hera. 2004. Pola Kepekaan Antibiotik Escherichia coli yang Diisolasi dari Berbagai Spesimen Klinis. Oktober-Desember 2004, Vol. 33 no.4. Jakarta: Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmu Jaya. Rahayu, Triastuti dan Maryati. 2007. Isolasi dan Karakterisasi Streptomyces yang Berpotensi Antimikroba dari Rizosfer Tumbuhan Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Ums: Surakarta. Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan Pangan dan Keamanan Pangan. Bandung: Yayasan Adikarya Ikapi. Widjajanti, V. Nuraini. 1999. Obat-Obatan. Yogyakarta: Kanisius. Wijaningsih, W. 2008. Aktivitas AntiBakteri In Vitro dan Sifat Kimia Kefir Susu Kacang Hijau (Vignaradiata) oleh Pengaruh Jumlah Starter dan Lama Fermentasi. (Tesis). Semarang. Universitas Diponegoro. Wiryowidagdo, Sumali. 2011. Riset Ilmiah Tumbuhan Sarang Semut. http://ahliherbal.com/jurnal/penelitian-ilmiah-sarang-semut-292.html. (Diakses pada 16 April 204).