KARAKTERISTIK BATU GAMPING DAN NILAI FAKTOR KEAMANAN PADA LERENG KUARIDI DESA TEMANDANG KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMAKASIH KATA PENGANTAR SARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Februari 2012 Penulis. Yudha Prasetya. vii. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

PENGARUH PROSES PEMBASAHAN TERHADAP PARAMETER KUAT GESER c, ϕ DAN ϕ b TANAH LANAU BERPASIR TAK JENUH ABSTRAK

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB II TINJAUAN UMUM

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

GEOLOGI DAN STUDI KUA LITAS BATUAN RESERVOAR FORMASI NGRAYONG DAERA

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KESTABILAN LERENG GALIAN DALAM SEGMEN C PADA PROYEK JALAN SOROWAKO BAHODOPI SULAWESI Andri Hermawan NRP:

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

PENGARUH TINGGI GALIAN TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH LUNAK ABSTRAK

Pemodelan 3D Pada Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Tiang Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Sujiman : Analisis Stabilitas Longsoran Berdasarkan Kondisi Tipe, Sifat Fisik dan Mekanik...

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SKRIPSI FRANS HIDAYAT

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB II GEOLOGI REGIONAL

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

GEOLOGI DAN STUDI KESTABILAN LERENG PADA KUARI BATUGAMPING BLOK Z-19 PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) UNIT TUBAN JAWA TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS LERENG DENGAN PERKUATAN PONDASI TIANG

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

REKAYASA LERENG STABIL DI KAWASAN TAMBANG TIMAH TERBUKA PEMALI, KABUPATEN BANGKA UTARA, KEPULAUAN BANGKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

Transkripsi:

Techno, ISSN 1410-8607 Volume 18 No. 1, April 2017 Hal. 042 049 KARAKTERISTIK BATU GAMPING DAN NILAI FAKTOR KEAMANAN PADA LERENG KUARIDI DESA TEMANDANG KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR Limestones Characteristics and Value of The Safety Factor on The Slopes of The Quarry In Thetemandang Village, Merakurak Sub-District, Tuban, East Java Ary Sismiani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Jalan Raya Beji Karangsalam Purwokerto Email : arysismiani@yahoo.co.id ABSTRAK Desa Temandang yang terletak di Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Jawa Timur, merupakan salah satu desa penghasil batugamping yang cukup besar. Penambangan yang dilakukan di daerah tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku semen untuk pabrik semen setempat..untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsoran pada lereng akhir penggalian, perlu diketahui tentang karakteristik, sifat fisik maupun sifat mekanik batugamping di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik dan sifat fisik batugamping terhadap kohesi dan sudut gesek dalam yang berdampak pada kekuatan geser batuan. Contoh batuan berupa core batugamping diambil dari lokasi kuari batugamping di Desa Temandang Kecamatan, pada dua sektor, denganempat variasi contoh yaitu BX-Ar1-1, BX-Ar1-2, BX-Ar2-1 dan BX-Ar2-2. Uji bobot isi, uji triaksial dan uji geser langsung dilakukan pada tiga kondisi yaitu kondisi kering, natural, dan kondisi jenuh. Berdasarkan hasil ujidi laboratorium menunjukkan bahwa peningkatan kondisi batugamping dari kering-natural-jenuh menyebabkan nilai kohesi dan nilai sudut gesek dalam mengalami penurunan. Penurunan nilai parameter kuat geser batugamping tersebut berakibat pada penurunan nilai faktor keamanan lereng yang ada pada lokasi tersebut. Nilai faktor keamanan pada kondisi kering-naturaljenuh adalah 1.53 ; 1.44 ; 1.39. Kata kunci : kohesi, sudut geser dalam, kuat geser, nilai faktor keamanan ABSTRACT Temandang Village located in Mekaurak sub-district, Tuban- East Jawa, is one of the limestone-producing village is quite large.mining was done in those areas is to meet the needs of cement raw materials to local factories. To avoid the possibility an avalanche on the slopes of the excavation, be aware of the characteristics, physical properties, and mechanical properties of limestonein the area. The purpose on this study was to determine the effect of the characteristics and physical properties of limestone to the cohesion and angle of friction in the impact on the shear atrength of the rock. Rock samples are limestone cores taken from the limestone quarry locations in the Temandang Village in two sectors, with four variation namely BX-Ar1-1, BX-Ar1-2, BX-Ar2-1, and BX-Ar2-2. Bulk density test, triaxial test, direct shear test carried out on three conditions There are dry condition, 42

natural condition, and saturated condition. Based on laboratoy test result showed that the improvement in of limestone conditions from dry-naturalsaturated cohesion, angle of friction, the value of the safety factor causes the cohesion value and the angle of friction value in decline. Impairment of the limestone shear strength parameters result in a decrease in slope safety factors value that existed at that location. Value of the safety factor under dry-natural-saturated conditions are 1.53 ; 1.44 and 1.39. Keywords : cohesion, internal friction angle, shear strength, safety factor value PENDAHULUAN Desa Temandang merupakan bagian dari wilayah kecamatan Merakurak kabupaten Tuban Jawa Timur.Secara geografis terletak diantara garis meridian 6 50-7 00 Lintang Selatan dan Nadir 111 51-112 00 Bujur Timur, dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, dan sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Topografi daerah merupakan dataran rendah berupa endapan alluvial di bagian Utara dengan ketinggian antara 5-30 meter di atas permukaan laut. Sedangkan di bagian selatan berupa bukit-bukit landai dengan ketinggian antara 30 110 meter di atas permukaan laut, keampakan topografinya miring ke utara dengan sudut kemiringan antara 3-5 dan terdapat lembahlembah sungai yang relatif besar, misalnya kali Pongpongan di bagian Timur dan kali Watu di bagian Barat yang hanya berair di musim hujan. Geologi Regional Daerah Temandang dan sekitarnya telah banyak dibahas oleh pakar geologi terdahulu. Menurut Bemmelen dan Van bemmelen (1949), daerah ini termasuk ke dalam fisiografi cekungan Rembang bagian Timur. Stratigrafi regional cekungan Rembang ini mulai dari yang tertua sampai yang termuda dapat diuraikan sebagai berikut : batuan tertuanya terdiri dari napal pasiran dan batugamping bioklastik umur Miosen bawah yang disebut formasi Tawun. Formasi ini tertutup secara selaras oleh batulempung dan batupasir kuarsa dengan selang-seling batugamping klastik yang disebut Formasi Ngrayong. Diatas formasi ini diendapkan Formasi Bulu yang terdiri dari batugamping pasiran dengan sisipan napal yang berumur Miosen Tengah. Selaras diatasnya terdapat formasi Wonocolo dan Ledok yang berumur Miosen Atas yang didominasi oleh batugamping gloukonit dan batugamping pasiran dengan selangseling napal. Dilihat dari kenampakan peta geologi di daerah Tuban dan sekitarnya, maka dapat diperkirakan bahwa daerah cekungan Rembang ini telah terjadi proses perlipatan yang menyebabkan terbentuknya struktur kekar dan struktur sesar memanjang, melintang, dan diagonal. Morfologi daerah dibentuk oleh satuan batugamping terumbu dan batugamping linak yang berumur Plio- Plistosen. Di Desa inilah terdapat kuari batugamping untuk memenuhi kebutuhan bahan baku semen. Masalah yang sering timbul pada suatu kuari adalah runtuhnya lereng akibat parameter kekuatan batuan yang berupa kohesi dan sudut gesek dalam terganggu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap karakteristik batugamping, sifat fisik maupun sifat mekanik yang ada di lokasi tersebut dan penyebab penurunan nilai faktor keamanan yang berdampak pada keruntuhan sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa dan kerugian secara ekonomi. 43

Gambar 1. Peta Lokasi Kuari Batugamping Daerah Temandang METODE PENELITIAN Studi Literatur Studi Literatur dilakukan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan selama proses penelitian, seperti teori yang terkait, uji-uji yang harus dilakukan, variabel yang harus diukur maupun perhitungan yang harus dilakukan. Tinjauan Lokasi Dilakukan untuk menentukan tempat pengambilan contoh batuan yang akan di uji di laboratorium. Dalam penelitian ini contoh batugamping yang digunakanberasal dari lokasi kuari batugamping di Desa Temandang Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Jawa Timur (Lihat Gambar 1). Pengambilan contoh Contoh batugamping yang digunakan dalam penelitian ini adalah batugamping dalam bentuk core, yang diambil dari dua. sektor. Sektor I dititik bor BX-Ar1 dan sektor II di titik BX-Ar2. Selanjutnya hasil pemboran tersebut (core drill) yang masih dalam bentuk ujung tidak beraturan dibawa ke laboratorium PPPTM (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral) Bandung. Uji Batugamping Hasil dari pemboran selanjutnya di potong dengan dimensi contoh yang sesuai dengan persyaratan pengujian, setelah itu dilakaukan uji yang meliputi : - Uji sifat fisik, uji kuat tekan uniaksial, dan uji kuat tarik tak langsung (Brazillian) - Uji triaksial dan uji geser langsung, guna mengetahui nilai parameter kuat geser tanah. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 44

Ary Sismiani Gambar 2 Bagan Alir Penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Batuan Berdasarkan data pemboran yang dilakukan saat eksplorasi awal di daerah Temandang, batugamping yang terdapat di daerah ini terdiri dari batugamping keras dan batugamping lunak dengan kadar silika tinggi (71.66%) serta batugamping keras-lunak berwarna putih kekuningan. Penampang litologi dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 3 Penampang Litologi Batugamping Daerah Temandang pada sektor I (Pengambilan sampel pada BX-Ar1) 45

Gambar 4 Penampang Litologi Batugamping Daerah Temandang pada sektor II (Pengambilan sampel pada BX-Ar2) Pengamatan di lapangan, geologi daerah Temandang dan sekitarnya seluruhnya terdiri dari satuan batugamping Formasi Paciran umur pliosen. Batugamping Formasi Paciran memperlihatkan adanya proses pengkarst-an. Secara pemerian berdasarkan stratigrafi, merupakan batugamping koral, kalkarenit. Tabel 1 Hasil Uji Sifat Fisik Batugamping Hasil uji Sifat fisik batuan dapat dilihat pada Tabel 1 Berdasarkan hasil uji sifat fisik dapat dilihat bahwa porositas batugamping cukup besar yaitu 20.77%. Ini menunjukkan bahwa sekitar 20.77% dari volume merupakan rongga atau celahcelah yang sangat mempengaruhi kuat geser batu gamping. No Contoh Kode contoh ρ d (gr/cm 3 ) ρ n (gr/cm 3 ) ρ s (gr/cm 3 ) n (%) 1 BX-Ar1-1 2.18 2,27 2,37 21.92 2 BX-Ar1-2 2.15 2,25 2,35 19,35 3 BXAr2-1 2.25 2,36 2,42 22,05 4 BX-Ar2-2 2.21 2,33 2,40 19,75 Rata-rata 2.20 2.30 2.39 20.77 Berdasarkan hasil uji juga dapat dilihat bahwa nilai rata-rata peningkatan bobot isi batugamping dari kondisi kering ke jenuh adalah sekitar 0.1 gr/cm 3.Peningkatan ini disebabkan oleh masuknya air ke dalam pori-pori batugamping ketika jenuh. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan beban geser akibat berat batugamping yang terisi oleh air tersebut sehingga lereng lebih mudah longsor pada saat kondisi jenuh daripada dalam kondisi kering. Selanjutnya dari uji kuat tekan uniaksial (Lihat Tabel 2), nilai rata-rata modulus elastisitas dan poison s ratio adalah E r = 38,666.41 kg/cm 2, ν r = 0.35. 46

Tabel 2 Hasil Uji Kuat Tekan Uniaksial No Contoh Kode Contoh Nilai Modulus Poison s Ratio (ν) elastisitas (E), Kg/cm 2 1 BX-Ar1-1 33,142.86 0.45 2 BX-Ar1-2 24,878.05 0.49 3 BX-Ar2-1 38,750.00 0.44 4 BX-Ar2-2 57,894.74 0.40 Rata-rata 38,666.41 0.35 Tabel 3 Hasil Uji Kuat Tarik Brazillian No Sampel Kode contoh Kuat Tarik (Kg/cm 2 ) 1 BX-Ar1-1 48.53 2 BX-Ar1-2 42.63 3 BX-Ar2-1 36.06 4 BX-Ar2-2 47.20 Rata-rata 43.605 Pada uji kuat tarik Brazillian (Lihat Tabel 3), nilai rata-rata yang dihasilkan adalah 43.605 kg/cm 2. Nilai kohesi puncak dan sudut gesek dalam puncak dari lingkaran Mohr dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai kohesi puncak dan sudut gesek dalam puncak yang diperoleh dari lingkaran Mohr-Coulomb mengalami penurunan secara berurutan dari kondisi kering-natural-jenuh Penurunan nilai c p dan ϕ p ini disebabkan karena adanya penambahan kandungan air yang menyebabkan ikatan antar partikel pada batugamping akan melemah seiring dengan meningkatnya bobot isi batuan pada batugamping. Tabel 4 Nilai Kohesi dan Sudut Gesek Dalam Puncak dari Lingkaran Mohr-Coulomb Kondisi Batugamping Bobot Isi Mohr-Coulomb gr/cm 3 Kohesi Puncak Sudut Gesek Dalam Puncak c p (kg/cm 2 ) ϕ p ( ) Kering 33.51 54 Natural 23.12 52 Jenuh 20.22 49 Penurunan nilai c p dan ϕ p ini disebabkan karena adanya penambahan kandungan air yang menyebabkan ikatan antar partikel pada batugamping akan melemah seiring dengan meningkatnya bobot isi batuan pada batugamping. Berdasarkan kurva kekuatan geser kering, natural dan jenuh (Gambar 5) diperoleh persamaan kuat geser kering adalah τ r = 9.60 +σ n tan 34.22, kuat geser natural adalah τ r = 6.30 +σ n tan 25 dan kuat geser jenuh adalah τ r = 4.4 +σ n tan 21.36. Jadi semakin tinggi nilai bobot isi batuan maka semakin kecil kekuatan atau tegangan geser batuan. 47

Tabel 5 Nilai Parameter Kuat Geser pada berbagai kondisi Beban Normal Kg Tegangan Normal σ n (kg/cm 2 ) Parameter Kuat Geser (Residual Shear Strength) Kering Natural Jenuh Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan Geser Normal Geser Normal τ (kg/cm 2 ) σ n τ (kg/cm 2 ) σ n (kg/cm 2 ) Tegangan Geser τ (kg/cm 2 ) (kg/cm 2 ) 301.08 7.6 6.9 7.1 5.2 6.1 3.3 602.16 14.4 12.3 13.9 7.4 13.7 5.5 903.24 22..2 16.8 20.6 11.6 18.3 7.8 Tegangan Geser τ (kg/cm 2 ) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 5 10 15 20 25 Tegangan Normal σ n (kg/cm 2 ) Gambar 5 Kurva Kekuatan Geser dalam berbagai kondisi Kurva Kekuatan Geser Kering Kurva Kekuatan Geser Natural Beberapa parameter kuat geser langsung yang meliputi kohesi sisa dan sudut gesek dalam sisa dari batugamping pada kondisi kering, natural dan jenuh dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6Parameter-parameter Hasil Uji Geser Langsung Parameter Kondisi Kering Natural Jenuh Bobot Isi (gr/cm 3 ) 2.20 2.30 2.39 Kohesi Sisa (kg/cm 2 ) 9.60 6.30 4.40 Sudut Gesek Dalam Sisa ( ) 34.22 25.00 21.36 Untuk mendapatkan nilai faktor keamanan (Fk) dilakukan analisis stabilitas lereng dengan menggunakan metode Hoek& Bray untuk lereng tunggal. Nilai tersebut adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan antara kondisi batuan terhadap kohesi residu dan sudut gesek dalamresidu. Tabel 7 Nilai Faktor Keamanan (Fk) pada berbagai kondisi Kondisi Batugamping FK Kering 1,53 Natural 1,44 Jenuh 1.39 48

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7dapat dilihat bahwa peningkatan kondisi batugamping dari kering-naturaljenuhmenyebabkan penurunan nilai faktor keamanan. Penurunan nilai faktor keamanan membuktikan bahwa faktor pengaruh air sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng di lapangan. Gambar grafik hubungan antara nilai faktor keamanan dan kondisi batugamping dapat dilihat pada Gambar 6. Faktor Keamanan (FK) 4 3 2 1 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Kering Natural Jenuh Gambar 6 Nilai Faktor Keamanan Pada Berbagai Kondisi KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut ini. - Batugamping di Desa Temandang merupakan batugamping keras dan batugamping lunak dengan kadar silika tinggi (71.66%) serta batugamping keras-lunak berwarna putih kekuningan. - Peningkatan Kondisi Bobot isi batuan menyebabkan terjadinya penurunan nilai kohesi dan sudut gesek dalam. - Peningkatan bobot isi batuan sebesar 0.1 gr/cm 3 mengakibatkan penurunan nilai kohesi sisa sebesar 3.6 kg/cm 2 dan sudut gesek dalam sisa sebesar 9.22. - Peningkatan bobot isi menyebabkan terjadinya penurunan nilai faktor keamanan (FK). Pada kondisi kering FK = 1.53, kondisi natural FK = 1.44dan pada kondisi jenh FK = 1.39 - Penurunan faktor keamanan dari kondisi kering ke kondisi natural adalah sebesar 5.9%, dari kondisi kering ke kondisi jenuh adalah sebesar 9.15%. DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, Van R.W, The Geologi of Indonesia, Volume 1A, General Geologyof Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Government Printing Office, The Hague, 1967 49