- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, tatacara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD dan pelaksanaan Musrenbang, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; 2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4.Undang...
- 2-4. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ; 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 12.Peraturan...
- 3-12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4817); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40 Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4826); 20.Peraturan...
- 4-20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008 Nomor 10); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008 Nomor 11); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tehknis Daerah Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008 Nomor 12); 30.Peraturan...
- 5-30. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2008 Nomor 13); 31. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Sampang (Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 14 Nomor 2008); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMPANG dan BUPATI SAMPANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sampang. 2. Kepala Daerah adalah Bupati Sampang. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sampang yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sampang. 6. Badan Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut Bapemas adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sampang.
- 6-7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang. 8. Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. 9. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. 10. Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. 11. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 13. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. 14. Rencana Strategis SKPD yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 15. Rencana Kerja SKPD yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 16. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disingkat dengan RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 17. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun pembangunan. 18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 19. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
- 7-20. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD. 21. Rencana Kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran. 22. Kerangka regulasi, adalah sekumpulan pengaturan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk perundang-undangan untuk mencapai sasaran hasil pembangunan, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh. 23. Kerangka pendanaan, adalah program dan kegiatan yang disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan yang pendanaannya diperoleh dari anggaran pemerintah/daerah, sebagai bagian integral dari upaya pembangunan daerah secara utuh. 24. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 25. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 26. Strategi adalah langkah-langkah berisi kan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 27. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. 28. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. 29. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. 30. Kegiatan prioritas adalah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara langsung sasaran program prioritas. 31.Bersifat...
- 8-31. Bersifat indikatif adalah bahwa data dan informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan tidak kaku. 32. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. 33. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan. 34. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 35. Musyawarah perencanaan pembangunan yang selanjutnya disingkat musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. 36. Rencana tata ruang wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/kepulauan ke dalam struktur dan pola ruang wilayah. 37. Koordinasi adalah kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan kesimpangsiuran dan duplikasi. BAB II RUANG LINGKUP, PRINSIP DAN PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Pertama RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2 (1) Perencanaan Pembangunan Daerah mencakup penyelenggaraan perencanaan semua fungsi Pemerintah Daerah yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu oleh SKPD sesuai dengan kewenangannya.
- 9 - (2) Ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas, terdiri atas: a. RPJP Daerah; b. RPJM Daerah; c. Renstra SKPD; d. RKPD; dan e. Renja SKPD. Bagian Kedua Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah Pasal 3 (1) Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsipprinsip : a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional; b. dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; dan d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. (2) Perencanaan pembangunan daerah disusun secara transparan, responsif, efisien, effektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan. (3) Tahapan dan tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk : a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan di daerah; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi yang baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah daerah maupun antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. mengoptimalkan peran serta masyarakat; dan
- 10 - e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Bagian Ketiga Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah Pasal 4 Perencanaan pembangunan daerah menggunakan pendekatan : a. teknokratis; b. partisipatif; c. Politis; dan d. top-down dan bottom-up. Bagian Keempat Data dan Informasi Pasal 5 (1) Penyusunan rencana pembangunan daerah menggunakan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, serta rencana tata ruang. (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. penyelenggaraan pemerintahan daerah; b. organisasi dan tatalaksana pemerintahan daerah; c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan pegawai negeri sipil daerah; d. keuangan daerah; e. potensi sumber daya daerah; f. produk hukum daerah; g. kependudukan; h. informasi dasar kewilayahan; dan i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah BAB III...
- 11 - BAB III TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 6 Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi : a. persiapan penyusunan rencana; b. penyusunan rancangan awal; c. pelaksanaan musrenbang; d. penyusunan rancangan akhir; e. penetapan rencana; BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Pertama Tanggung Jawab Terhadap Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan Pasal 7 (1) Bupati menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas perencanaan Pembangunan Daerah (2) Dalam menyelenggarakan perencanaan Pembangunan Daerah, Bupati dibantu oleh Kepala BAPPEDA. Bagian Kedua RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Pasal 8 Persiapan Penyusunan RPJP Daerah meliputi : (1) Pembentukan Tim Penyusun PRJP Daerah dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) Orientasi mengenai RPJP Daerah. (3) Penyusunan agenda kerja Tim Penyusun RPJP Daerah. (4) Penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Pasal 9...
- 12 - Pasal 9 (1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional, RPJP Propinsi, berpedoman pada RTRW Kabupaten Sampang dan memperhatikan RPJPD dan RTRW Kabupaten lainnya. (2) Rancangan awal RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama bagi Musrenbang RPJP Daerah. Pasal 10 (1) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJP Daerah. (2) Musrenbang RPJP Daerah dilaksanakan untuk membahas rancangan awal RPJP Daerah. (3) Musrenbang RPJP Daerah dilaksanakan dengan mengikut sertakan pemangku kepentingan. (4) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 11 (1) BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang RPJP Daerah. (2) Rancangan akhir RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum RPJP Daerah yang berlaku berakhir. Pasal 12 (1) RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Peraturan Daerah tentang RPJPD ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah penetapan RPJPN, kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Perundang-undangan. Bagian Ketiga RENCANA JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 13...
- 13 - Pasal 13 Persiapan Penyusunan RPJM Daerah meliputi : (1) Pembentukan Tim Penyusun PRJM Daerah dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) orientasi mengenai RPJM Daerah; (3) penyusunan agenda kerja tim penyusun RPJM Daerah; dan (4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Pasal 14 (1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas pembangunan daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah. (2) Rancangan awal RPJM Daerah berpedoman pada RPJP Daerah dan RTRW Kabupaten serta memperhatikan RPJM Nasional, RPJMD Provinsi, RPJMD dan RTRW Kabupaten lainnya. Pasal 15 (1) BAPPEDA menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD. (2) Rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama bagi Musrenbang RPJM Daerah. Pasal 16 (1) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJM Daerah. (2) Musrenbang RPJM Daerah dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJM Daerah. (3) Musrenbang RPJM Daerah dilaksanakan dengan mengikut sertakan pemangku kepentingan. (4) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 17...
- 14 - Pasal 17 (1) BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil Musrenbang RPJM Daerah. (2) Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJM Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah. Pasal 18 (1) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah Bupati dilantik. Bagian Keempat RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pasal 19 Persiapan Penyusunan Renstra SKPD meliputi : (1) Pembentukan Tim Penyusun Renstra SKPD dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) orientasi mengenai Renstra SKPD; (3) penyusunan agenda kerja tim penyusun Renstra SKPD; dan (4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Pasal 20 (1) SKPD menyusun rancangan Renstra-SKPD setelah disesuaikan dengan Rancangan Awal RPJM Daerah. (2) Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Rancangan Renstra SKPD yang telah disusun, dibahas dengan seluruh unit kerja dilingkungan SKPD untuk dibahas bersama dengan pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan dalam forum SKPD. (4)Kepala...
- 15 - (4) Kepala SKPD menyampaikan rancangan Renstra SKPD yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada kepala Bappeda sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJM Daerah menjadi rancangan RPJM Daerah. Pasal 21 (1) Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD merupakan penyempurnaan rancangan Renstra SKPD, yang berpedoman pada RPJM Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Penyempurnaan rancangan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk mempertajam visi dan misi serta menyelaraskan tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang ditetapkan dalam RPJM Daerah. Pasal 22 (1) Pengesahan rancangan akhir Renstra SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah, paling lama 1 (satu) bulan setelah Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah ditetapkan. (2) Penetapan Renstra SKPD oleh kepala SKPD paling lama 7 (tujuh) hari setelah Renstra SKPD disahkan oleh Kepala Daerah. Bagian Kelima RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 23 Persiapan Penyusunan RKPD meliputi : (1) Pembentukan Tim Penyusun RKPD dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) orientasi mengenai RKPD; (3) penyusunan agenda kerja tim penyusun RKPD; dan (4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Pasal 24 (1) BAPPEDA menyusun rancangan awal RKPD.
- 16 - (2) Rancangan awal RKPD berpedoman pada RPJM Daerah Kabupaten serta mengacu pada RPJMD Provinsi dan RPJM Nasional. (3) Rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikoordinasikan oleh kepala Bappeda kepada para kepala SKPD dan dikonsultasikan dengan publik. Pasal 25 (1) Penyusunan rancangan RKPD merupakan proses penyempurnaan rancangan awal RKPD menjadi rancangan RKPD berdasarkan hasil verifikasi Renja SKPD. (2) Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (3) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama bagi Musrenbang RKPD. Pasal 26 (1) Pelaksanaan Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (3), terdiri dari : a. pelaksanaan musrenbang RKPD kabupaten b. pelaksanaan musrenbang RKPD kabupaten di kecamatan c. pelaksanaan musrenang RKP Desa di Desa (2) BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RKPD Kabupaten. (3) Penyelenggaraan musrenbang RKPD kabupaten di kecamatan dilaksanakan oleh camat, setelah berkoordinasi dengan Bappeda Kabupaten (4) Penyelenggaraan musrenbang RKP Desa dilaksanakan oleh Kepala Desa dan BPD melalui perencanaan partisipatif dan integrasi program, setelah berkoordinasi dengan kepala Bapemas Kabupaten (5) Musrenbang RKPD kabupaten dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD. (6) Tatacara Pelaksanaan Musrenbang RKPD dan RKP Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
- 17 - Pasal 27 (1) Hasil Musrenbang RKPD menjadi dasar perumusan rancangan akhir RKPD oleh Bappeda. (2) Rancangan akhir RKPD kabupaten yang telah dirumuskan dibahas oleh seluruh kepala SKPD untuk memastikan prioritas program dan kegiatan pembangunan daerah terkait dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD telah tertampung dalam rancangan akhir RKPD kabupaten Pasal 28 (1) Penyelesaian rumusan rancangan akhir RKPD kabupaten paling lama bulan Mei (2) RKPD kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah RKPD provinsi ditetapkan. (3) RKPD sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Bagian Keenam RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pasal 29 Persiapan Penyusunan Renja SKPD meliputi : (1) Pembentukan Tim Penyusun Renja SKPD dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) orientasi mengenai Renja SKPD; (3) penyusunan agenda kerja tim penyusun Renja SKPD; dan (4) penyiapan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah. Pasal 30 (1) SKPD menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu pada rancangan awal RKPD, Renstra-SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat. (2) BAPPEDA mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 18 - Pasal 31 (1) Bappeda mengkoordinasikan pembahasan rancangan Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1), dalam forum SKPD (2) Hasil kesepakatan pembahasan forum SKPD dirumuskan ke dalam berita acara kesepakatan hasil forum SKPD, dan ditandatangai oleh yang mewakili setiap unsur yang menghadiri forum SKPD. Pasal 32 (1) Rancangan Renja SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati (2) Penetapan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 2 (dua) minggu setelah RKPD kabupaten ditetapkan BAB V PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Kesatu Umum Pasal 33 Pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk mewujudkan : a. Konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan dan hasil rencana pembangunan daerah; b. Konsistensi antara RPJPD dengan RPJPN dan RTRW nasional; c. Konsistensi antara RPJMD dengan RPJPD dan RTRW daerah; d. Konsistensi antara RKPD dengan RPJMD; dan e. Kesesuaian antara capaian pembangunan daerah dengan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan. f. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian...
- 19 - Bagian Kedua Pengendalian dan Evaluasi Terhadap Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah Pasal 34 (1) Pengendalian dan evaluasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah lingkup lingkup kabupaten, meliputi kebijakan perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan daerah (2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan pengendalian dan evaluasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah (3) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan strategis SKPD Bagian Ketiga Pengendalian dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Pasa 35 (1) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah lingkup kabupaten meliputi pelaksanaan RPJP Daerah, RPJM Daerah dan RKPD (2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan daerah (3) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana strategis SKPD Bagian Keempat Evaluasi Terhadap Hasil Rencana Pembangunan Daerah Pasal 36 (1) Evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah lingkup kabupaten meliputi RPJPD, RPJMD, RKPD (2) Kepala Bappeda kabupaten melaksanakan evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah (3) Kepala SKPD melakukan evaluasi terhadap hasil rencana strategis SKPD
- 20 - BAB VI PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Kesatu Perubahan RPJP Daerah dan RPJM Daerah Pasal 37 (1) Perubahan RPJP Daerah dan RPJM Daerah hanya dapat dilakukan apabila : a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini; b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini; c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau d. merugikan kepentingan nasional. (2) RPJPD dan RPJMD perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah (3) Dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan RPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bagian Kedua Perubahan RKPD Pasal 38 (1) RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan (2) Perubahan RKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. BAB VII...
- 21 - BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Ketentuan lebih lanjut Peraturan Daerah ini diatur oleh Bupati. Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sampang. Ditetapkan di : Sampang pada tanggal : 2 Juli 2012 BUPATI SAMPANG, ttd NOER TJAHJA
- 22 - Diundangkan di : Sampang pada tanggal : 26 Nopember 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG ttd Ir. TONTOWI, MM, MBA Pembina Utama Muda NIP. 19570217 198503 1 006 Lembaran Daerah Kabupaten Sampang Tahun 2012 Nomor : 1 Sesuai dengan aslinya a.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG Kepala Bagian Hukum ttd. JUWAINI, SH Pembina NIP 19670408 199602 1 001
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH I. UMUM Pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional, sehingga perlu direncanakan secara sistematis sesuai dengan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan provinsi. Di samping itu rencana pembangunan daerah harus mampu mengakomodasikan perencanaan pembangunan tingkat Desa, Kecamatan, serta kepentingan sektoral pada masing-masing SKPD. Untuk dapat mengakomodasikan semua kepentingan stakeholders pembangunan daerah, maka perencanaan pembangunan daerah harus disusun melalui tahapan-tahapan yang jelas, serta batas waktu yang ditentukan, sehingga pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dapat terarah, terukur dan tepat waktu. Penyelenggaraan tahapan dan tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas bawah (top down) dan bawah atas (battom up). Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pemerintahan yang baik melalui pemanfaatan sumber daya publik yang berdampak pada percepatan proses perubahan sosial bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau terarahnya proses pengembangan ekonomi, kemampuan masyarakat, dan tercapainya tujuan pelayanan publik. Proses perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemerataan, demokratis, desentralistik, tranparansi, akuntabel, responsive, dan partisipatif, dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan daerah.
- 2 - Peraturan Daerah ini secara garis besar mengatur beberapa ketentuan mengenai, penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD. Diharapkan dengan Peraturan Daerah ini semua unsur yang terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah yang meliputi masyarakat, Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Daerah, dapat melakukan perencanaan sesuai pedoman dalam Peraturan Daerah ini. Sedangkan beberapa hal yang bersifat teknis diatur kemudian dalam Peraturan Bupati sesuai kewenangan yang diberikan oleh Peraturan Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah yang bertujuan untuk mencapai pemenuhan hak-hak dasar masyarakat sesuai dengan urusan dan kewenangan pemerintah daerah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ayat (2) Yang dimaksud dengan: Transparan adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. Responsif adalah dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi di daerah. Efisien adalah pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan keluaran maksimal. Efektif adalah kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki dengan cara atau proses yang paling optimal. Akuntabel adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangaan yang berlaku.
- 3 - Partisipatif adalah merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. Terukur adalah penetapan target kinerja yang akan dicapai dan caracara untuk mencapainya. Berkeadilan adalah prinsip keseimbangan antar wilayah, sektor, pendapatan, gender dan usia. Berwawasan lingkungan adalah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya Ayat (3) Pasal 4 teknokratis dalam perencanaan pembangunan daerah adalah pendekatan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah. partisipatif dalam perencanaan pembangunan daerah adalah pendekatan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders). politis dalam perencanaan pembangunan daerah adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan KDH terpilih. top-down dan bottom-up yaitu hasilnya diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Pasal 5 Rencana tata ruang yang perlu dirujuk adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, RTRW kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RTRKP). Pasal 6
- 4 - Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah antara lain unsur DPRD provinsi dan kabupaten/kota, TNI, POLRI, Kejaksaan, akademisi, LSM/Ormas, tokoh masyarakat provinsi dan kabupaten/kota/desa, pengusaha/investor, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/ kota, pemerintahan desa, dan kelurahan serta keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termajinalkan. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Cukup Jelas Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Rencana tata ruang dan RPJPD sebagai dokumen perencanaan satu sama lain saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Bagi daerah yang belum memiliki rencana tata ruang, maka RPJPD merupakan acuan penyusunan rencana tata ruang. Sedangkan jika
- 5 - daerah telah memiliki rencana tata ruang yang masih berlaku, maka rencana tata ruang tersebut digunakan sebagai acuan. Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Forum SKPD membahas prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan dari Musrenbang Kecamatan sebagai upaya menyempurnakan Rancangan Renja-SKPD, difasilitasi oleh SKPD terkait. Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Forum konsultasi publik merupakan wadah penampungan dan penjaringan aspirasi masyarakat, dan dunia usaha untuk penyempurnaan rancangan kebijakan. Hal ini menunjukkan sistem perencanaan bawah
- 6 - atas (bottom-up planning) berdasarkan asas demokratisasi dan desentralisasi. Pasal 25 Pasal 26 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Integrasi Perencanaan adalah penyatupaduan pengelolaan pembangunan partisipatif versi program pemberdayaan ke dalam sistem pembangunan daerah, dan penyelarasan model perencanaan teknokratis dan politis dengan perencanaan partisipatif melalui mekanisme Musrenbang. Ayat (5) Ayat (6) Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34
- 7 - Pasal 35 Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Ayat (1) c Yang dimaksud dengan perubahan yang mendasar adalah suatu pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan, terjadi bencana alam, atau perubahan kebijakan nasional. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40