Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR

dokumen-dokumen yang mirip
Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp.(0271)

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

PENGGUNAAN MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PERKERASAN JALAN PADA SUBGRADE TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN PLASTIK DAN GEOSINTETIK

Keywords: finite element method, subgrade, limestone, deflection. Kata kunci : metode elemen hingga, tanah dasar, limestone, lendutan.

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM

PENGARUH PENAMBAHAN KOLOM PASIR (SAND COLUMN) SEBAGAI PERKUATAN TERHADAP NILAI LENDUTAN PADA TANAH DASAR (SUB GRADE)

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP NILAI CBR MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

NILAI CBR SOAKED DAN k v SUBBASE COURSE PADA BATU KUNING (DOLOMITE LIMESTONE) DENGAN RASIO PERBANDINGAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS

NILAI CBR UNSOAKED DAN k v SUBBASE COURSE PADA BATU KUNING (DOLOMITE LIMESTONE) DENGAN RASIO PERBANDINGAN AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS

MUH RISTANTO I JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

KINERJA LABORATORIUM LAPIS PONDASI DAN PONDASI BAWAH DENGAN PASIR LAUT SEBAGAI MATERIAL PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUSNYA TESIS MAGISTER

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR

KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI DISTABILISASI PASIR DAN SEMEN ANWAR MUDA

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

RINGKASAN. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Repetisi Beban, Tegangan Tanah, Penurunan Tanah

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP TEGANGAN DAN PENURUNAN SUBGRADE TANAH EKSPANSIF PADA MODEL PERKERASAN LENTUR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PEMANFAATAN LIMBAH SLAG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT PADA PONDASI PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

DAFTAR ISI. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Landasan Teori Tanah Dasar (subgrade)... 5

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

KAJIAN PENGGUNAAN PASIR GUNUNG DONGGALA SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL QUARRY LONGALO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI ATAS JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

PENGARUH KEPIPIHAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS-A

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NAMA PRAKTIKAN : Genta Dewolono Grace Helen Y. T Muh. Akram Ramadan KELOMPOK : R 11 TANGGAL PRAKTIKUM : 17 Maret 2016

Pada gambar IV-1, melihatkan hubungan klasifikasi tanah dengan daya dukung tanah (nilai CBR) pada umumnya.

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

PENGARUH VARIASI KOLOM PASIR SEBAGAI DRAINASE VERTIKAL DUA ARAH PADA TANAH LUNAK

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

PENGARUH GRADASI TERHADAP PARAMETER KOMPAKSI MATERIAL CRUSHED LIMESTONE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Outline Bahan Ajar. Prasyarat : MK Perancangan Geometri Jalan (TKS 7311/2 sks/smt V) Dosen Pengampu : Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

STABILISASI TANAH DI KOMPLEK PERUMAHAN ARCAMANIK DENGAN KAPUR

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

PERILAKU PENAMBAHAN SOIL MIXING COLUMN SEBAGAI PERKUATAN PADA TANAH DASAR (SUBGRADE) LUNAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN TARIK LAPISAN PELAT BETON YANG DILAPISI BETON BERONGGA.

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

PENGGUNAAN PECAHAN GENTENG SEBAGAI AGREGAT UNTUK LAPIS FONDASI PERKERASAN LENTUR

BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

Transkripsi:

PENGGUNAAN MATERIAL BATU KAPUR SEBAGAI LAPISAN SUBBASE COURSE PERKERASAN JALAN PADA SUBGRADE TANAH GRANULER Lukman Fahreza N. 1) Bambang Setiawan 2) Harya Dananjaya H. I. 3) 1) Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) 3) Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta 57126. Telp.(0271)647069. Email : fahrezaman10@gmail.com ABSTRAK Kerusakan perkerasan jalan tidak hanya disebabkan oleh kualitas permukaan perkerasannya, tetapi juga dapat disebabkan oleh kualitas struktur lapis pondasi atas (base course), lapis pondasi bawah (subbase course) dan tanah dasar (subgrade). Penelitian ditujukan untuk menganalisis pengaruh ketebalan lapisan subbase course pada subgrade tanah granuler terhadap nilai CBR dan k v. Penelitian dilakukan dengan mensimulasikan struktur lapisan perkerasan jalan di dalam laboratorium. Pengujian CBR dilakukan terhadap lapisan subgrade, sedangkan pengujian plate load test dilakukan pada lapisan subbase course dan base course. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai CBR pada subbase course berturut-urut sebesar 15,93%; 38,73% dan 3,35%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai CBR pada base course berturut-urut sebesar 4,63%; 34,09%; 21,99% dan 2,68%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm mampu meningkatkan nilai k v pada subbase course berturut-urut sebesar 6,79; 58,82 dan 3,03%. Penambahan ketebalan subbase course setiap 5 cm juga mampu meningkatkan nilai k v pada base course berturut-urut sebesar 12,20; 30,85; 9,30 dan 3,61%. Lapisan subbase course terbukti memiliki performa yang lebih baik dibandingkan lapisan base course. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CBR subbase course yang 33,33% lebih besar daripada nilai CBR base course, pada ketebalan total struktur perkerasan jalan 40 cm. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai k v subbase course yang 26,83% lebih besar daripada nilai k v base course, pada ketebalan total struktur perkerasan jalan 40 cm. Kata Kunci: tanah granuler, subbase course, nilai k v, CBR ABSTRACT Pavement structure s damage doesn t only caused by its surface course quality, but it could be also occurred because of its base course, subbase course and subgrade quality. The purpose of this research is to analyze the influence of subbase course thickness on granular subgrade to CBR and k v values. The research is conducted by simulating a pavement structure in the laboratory. CBR test is applied to the subgrade, whereas plate load test is applied to subbase course and base course. The result shows that every 5 cm increase of subbase course thickness could increase the CBR value on subbase course respectively 15,93%; 38,73% and 3,35%. Every 5 cm increase of subbase course thickness could also increase the CBR value on base course respectively 4,63%; 34,09%; 21,99% and 2,68%. Every 5 cm increase of subbase course thickness could also increase the k v value on subbase course respectively 6,79; 58,82 and 3,03%. Every 5 cm increase of subbase course thickness could also increase the k v value on base course respectively 12,20; 30,85; 9,30 and 3,61%. Subbase course has better performance than base course in terms of k v value. It s proven by the result that the CBR value on subbase course is 33,33% greater than CBR value on base course. The other proof is that the k v value on subbase course is 26,83% greater than the k v value on base course, at the pavement structure thickness of 40 cm. Keywords: granular soil, subbase course, k v, CBR PENDAHULUAN Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi yang vital bagi seluruh lapisan masyarakat. Karena itulah, kualitas jalan raya harus dipastikan dapat melayani masyarakat secara baik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa jalan raya di Indonesia sering mengalami kerusakan yang disebabkan oleh buruknya lapisan permukaan perkerasan lentur. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan jalan adalah kualitas struktur pondasi jalan dan tanah dasar. Riset yang membahas mengenai performa struktur perkerasan jalan pada tanah dasar granuler masih sedikit. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh ketebalan lapisan subbase course pada tanah dasar (subgrade) granuler terhadap parameter nilai California Bearing Ratio (CBR) dan modulus reaksi subgrade arah vertikal (k v). Pengaruh ketebalan subbase course terhadap nilai CBR dan k v akan dianalisis sehingga diperoleh ketebalan subbase course yang efisien. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/648

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik material batu kapur telah diteliti oleh Negara dan Putra (2010) dalam Bahtiar (2012) mengenai penggunaannya sebagai lapisan subbase course struktur perkerasan jalan. Material tersebut cukup baik untuk bahan campuran pondasi bawah atau pondasi atas. Hal ini diperkuat oleh Ristanto (2011), yang menyatakan bahwa karakteristik fisik batu kapur telah memenuhi persyaratan sebagai material subbase course. Irianto (2012) menyimpulkan bahwa model struktur perkerasan jalan yang menggunakan batu kapur sebagai lapisan subbase course memiliki nilai California Bearing Ratio (CBR) dan nilai modulus reaksi subgrade tanah (k v) yang cukup baik, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan lapisan subbase course. Variasi ketebalan lapisan subbase course telah disimulasikan oleh Bahtiar (2012), yang menggunakan lima variasi ketebalan lapisan subbase course, yakni 15 cm, 20 cm, 25 cm, 30 cm dan 35 cm. Lapisan subbase course tersebut diasumsikan berada di atas dua kondisi subgrade yang berbeda, yaitu kondisi subgrade tanah lunak dan kondisi subgrade tanah granuler. Pengujian CBR dilakukan terhadap setiap lapisan perkerasan jalan dengan lima variasi ketebalan subbase course. Bahtiar menyarankan perubahan variasi subbase course dan kondisi untuk penelitian selanjutnya. Parameter modulus reaksi subgrade arah vertikal (k v) didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan tanah dengan penurunan yang terjadi, yang ditentukan dari uji beban plat (plate load test). Menurut Hardiyatmo, dkk. (2000) dalam Bahtiar (2012) rumus dasar perhitungan nilai k v untuk pelat kaku disajikan dalam Persamaan (1). (1) dengan, k v = nilai modulus reaksi subgrade arah vertikal (kn/m 3 ) p = tekanan (kn/m 2 ) δ = lendutan pelat (m) Standar dari U.S. Corps of Engineer menyarankan nilai k v ditentukan berdasarkan lendutan yang terjadi saat tekanan terbaca 0,69 kg/cm 2 (Setiawan, 2015). Nilai k v yang diperoleh kemudian dikonversi ke parameter California Bearing Ratio (CBR) berdasarkan nomogram Oglesby dan Hicks (1996) pada Gambar 1. Gambar 1 Hubungan nilai CBR dengan k v (Oglesby dan Hicks, 1996) CARA PENELITIAN Tahap Persiapan dan Pengujian Awal Penelitian dimulai dengan melakukan pengambilan sampel material terganggu (disturbed) dari setiap quarry. Pengeringan dilakukan terhadap material subgrade (tanah granuler) untuk mendapatkan kadar air tanah mendekati 0%. Material subgrade yang digunakan adalah tanah granuler lolos saringan no.4 (4,75 mm). Material subbase course yang digunakan adalah batu kapur dengan gradasi sesuai penelitian Ristanto (2011). Material base course yang digunakan adalah lapis pondasi kelas A (LP-A). Pengujian awal dilakukan terhadap material subgrade dan subbase course untuk mengidentifikasi index properties kedua material tersebut. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/649

Gambar 2 Sketsa alat pengujian Tahap Pengujian Sampel Pengujian CBR (ASTM D 4429-04) dan plate load test (ASTM D 1196-93) dilakukan secara simultan terhadap model struktur perkerasan jalan. Lapisan subgrade terlebih dahulu akan diuji CBR. Pengujian CBR dapat dilaksanakan setelah steel frame telah dipastikan dalam posisi terkunci dan presisi, sehingga mampu menahan reaksi pembebanan tanah secara optimal. Proses berikutnya, lapisan subbase course akan dihamparkan di atas lapisan subgrade, kemudian pengujian plate load test dilakukan terhadap lapisan subgrade + subbase course. Deflection gauge ditempatkan di atas permukaan bearing plate untuk mengukur penurunan yang terjadi selama pembebanan berlangsung. Pengujian dapat dilaksanakan apabila steel frame telah dalam posisi terkunci, dan semua dial gauge telah diatur dalam posisi nol. Sketsa alat pengujian disajikan dalam Gambar 2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian CBR lapisan subgrade Pengujian CBR dilakukan terhadap lapisan subgrade setelah dilakukan pemadatan setiap 5 cm. Pemadatan secara bertahap ini dimaksudkan untuk mencapai kepadatan yang mendekati kepadatan tanah granuler yang telah diuji di laboratorium. Nilai CBR 0,1 yang didapat setelah perhitungan akan dikonversi ke nilai k v menggunakan nomogram Oglesby dan Hicks (1982). Berdasarkan konversi tersebut, didapat nilai k v lapisan subgrade sebesar 69.796,255 kn/m 3. Hasil pengujian plate load test lapisan subbase course dan base course Tabel 1 Perbandingan nilai k v lapisan subgrade dengan penambahan subbase course dan base course Kombinasi Sampel k v Selisih terhadap subgrade (kn/m 3 ) (%) Subgrade 69.795,255 - Subgrade + Base course 96.153,846 37,77 Subgrade + Subbase course 15 cm 121.951,220 74,73 e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/650

Defleksi (mm) Tabel 1 menunjukkan bahwa penambahan base course setebal 15 cm dan subbase course setebal 15 cm dapat meningkatkan nilai k v berturut-urut sebesar 37,77% dan 74,73% terhadap nilai k v lapisan subgrade. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan oleh perbedaan material antara subgrade tanah granuler dengan material subbase course dan base course. Kombinasi agregat kasar dan agregat halus yang terdapat pada subbase course mengakibatkan lapisan tersebut lebih kaku dan keras dibandingkan lapisan subgrade yang hanya terdiri dari partikel tanah. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa penambahan lapisan subbase course pada ketebalan yang sama mampu meningkatkan nilai k v lebih signifikan dibandingkan penambahan lapisan base course. Tabel 2 Rekapitulasi nilai CBR dan k v seluruh kombinasi lapisan No. Kombinasi Lapisan Tebal Total (cm) CBR (%) k v (kn/m 3 ) 1 Subgrade 25 20,97 69.796,255 3 Subgrade + Subbase course 5 cm 30 25,99 80.645,161 5 Subgrade + Subbase course 10 cm 35 30,13 87.719,298 2 Subgrade + Base course 40 31,35 96.153,846 4 Subgrade + Subbase course 5 cm + Base course 45 32,80 106.382,979 7 Subgrade + Subbase course 15 cm 40 41,80 121.951,220 9 Subgrade + Subbase course 20 cm 45 43,20 128.205,128 6 Subgrade + Subbase course 10 cm + Base course 50 43,98 131.578,947 8 Subgrade + Subbase course 15 cm + Base course 55 53,65 147.058,824 10 Subgrade + Subbase course 20 cm + Base course 60 55,09 151.515,152 Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai k v lapisan perkerasan dengan base course tidak selalu lebih besar daripada nilai k v lapisan perkerasan tanpa base course. Ini terjadi pada kombinasi subgrade + subbase course 15 cm yang memiliki nilai k v 26,83% lebih tinggi dibandingkan nilai k v kombinasi lapisan subgrade + base course. Hal serupa juga terjadi pada kombinasi subgrade + subbase course 20 cm yang memiliki nilai k v 20,51% lebih tinggi dibandingkan nilai k v kombinasi lapisan subgrade + subbase course 5 cm + base course. Hal ini dapat menjadi salah satu alternatif yang efisien, jika material subbase course relatif mudah dan murah untuk didapatkan. Hubungan antara ketebalan subbase course terhadap defleksi pelat, CBR dan k v 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0 5 10 15 20 25 Tebal Subbase Course (cm) dengan Base Course tanpa Base Course Gambar 3 Hubungan antara ketebalan subbase course terhadap defleksi pelat e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/651

k v (x1000 kn/m 3 ) CBR (%) Gambar 3 menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan subbase course berdampak pada penurunan nilai defleksi pelat pada kedua lapisan. Peningkatan ketebalan lapisan subbase course menyebabkan struktur perkerasan jalan menjadi semakin kaku. Hal ini mengakibatkan lendutan (defleksi) yang terjadi pada pelat semakin berkurang. Defleksi pelat yang terjadi pada setiap lapisan subbase course (tanpa base course) mengalami penurunan berturut-urut sebesar 8,06%; 28,07% dan 4,88%. Defleksi pelat yang terjadi pada setiap lapisan base course mengalami penurunan berturut-urut sebesar 9,62%; 19,15%; 10,53% dan 2,94%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa interval penurunan defleksi pelat cenderung mengalami penurunan pada variasi subbase course paling tebal, yaitu 20 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan subbase course setebal 10 cm dan 15 cm merupakan penambahan yang optimum, sehingga jika ketebalan subbase course terus ditingkatkan, maka pengaruhnya terhadap nilai defleksi menjadi tidak signifikan. 70 60 50 40 30 20 10 0 5 10 15 20 25 Tebal Subbase Course (cm) dengan Base Course tanpa Base Course Gambar 4 Hubungan antara ketebalan subbase course terhadap nilai CBR Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan subbase course akan berdampak pada peningkatan nilai CBR pada lapisan subbase dan base course. Peningkatan nilai CBR disebabkan karena nilai lendutan yang terjadi pada lapisan struktur perkerasan jalan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya ketebalan lapisan. Hal tersebut berarti bahwa reaksi yang diberikan oleh struktur perkerasan jalan meningkat, sehingga berdampak pada meningkatnya nilai CBR. Nilai CBR pada setiap lapisan subbase course (tanpa base course) meningkat berturut-urut sebesar 15,93%; 38,73% dan 3,35%. Nilai CBR pada setiap lapisan base course meningkat berturut-urut sebesar 4,63%; 34,09%; 21,99% dan 2,68%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa interval peningkatan nilai CBR pada kedua lapisan cenderung mengalami penurunan saat variasi subbase course yang paling tebal (20 cm). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan subbase course setebal 10 cm dan 15 cm merupakan penambahan yang optimum, sehingga jika ketebalan subbase course terus ditingkatkan, maka pengaruhnya terhadap nilai CBR menjadi tidak signifikan. 180 160 140 120 100 80 60 0 5 10 15 20 25 Tebal Subbase Course (cm) dengan Base Course tanpa Base Course Gambar 5 Hubungan antara ketebalan subbase course dengan nilai k v e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/652

Gambar 5 menunjukkan peningkatan ketebalan subbase course akan berdampak pada peningkatan nilai k v pada lapisan subbase dan base course. Peningkatan nilai k v disebabkan oleh meningkatnya rasio antara tekanan dengan lendutan yang terjadi pada pelat. Lendutan yang terjadi menurun pada tekanan yang sama, sehingga rasio tekanan terhadap lendutan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi subgrade struktur perkerasan jalan terhadap beban di atasnya meningkat ketika ketebalan lapisan subbase course (sebagai lapisan pendukung) meningkat. Nilai k v pada setiap lapisan subbase course (tanpa base course) meningkat berturut-urut sebesar 8,77%; 39,02% dan 5,13%. Nilai k v pada setiap lapisan base course meningkat berturut-urut sebesar 10,64%; 23,68%; 11,76% dan 3,03%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa interval peningkatan nilai k v pada kedua lapisan cenderung mengalami penurunan saat variasi subbase course yang paling tebal (20 cm). Efek yang sama juga terjadi pada nilai lendutan pelat dan CBR. Interval peningkatan nilai lendutan dan CBR akan analog terhadap interval peningkatan nilai k v, sehingga jika nilai lendutan dan CBR mengalami peningkatan signifikan, maka nilai k v juga akan meningkat secara signifikan. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Penambahan ketebalan lapisan subbase course mampu mengurangi nilai defleksi pelat yang terjadi pada sampel. Penambahan ketebalan subbase course 10 cm sampai dengan 15 cm mampu menurunkan nilai defleksi pelat sebesar 28,07% pada lapisan tanpa base course dan 19,15% pada lapisan dengan base course. b. Penambahan ketebalan lapisan subbase course mampu meningkatkan nilai CBR yang terjadi pada sampel. Penambahan ketebalan subbase course 10 cm sampai dengan 15 cm mampu meningkatkan nilai CBR sebesar 38,73% pada lapisan tanpa base course dan 34,09% pada lapisan dengan base course. c. Penambahan ketebalan lapisan subbase course mampu meningkatkan nilai k v yang terjadi pada sampel. Penambahan ketebalan subbase course 10 cm sampai dengan 15 cm mampu meningkatkan nilai k v sebesar 39,02% pada lapisan tanpa base course dan 23,68% pada lapisan dengan base course. d. Nilai k v struktur perkerasan jalan tanpa base course dapat lebih tinggi daripada struktur perkerasan jalan dengan base course pada ketebalan yang sama. Kombinasi subgrade (25 cm) + subbase course (15 cm) memiliki nilai k v 33,33% lebih besar daripada kombinasi subgrade (25 cm) + base course (15 cm). e. Material batu kapur dapat menjadi alternatif untuk digunakan sebagai lapisan subbase course. Nilai k v yang dihasilkan struktur perkerasan jalan dengan subbase course batu kapur mampu mendekati atau melebihi nilai k v struktur perkerasan jalan dengan base course. REFERENSI Ristanto, M., 2011, Pemanfaatan Batu Kuning (Dolomite Limestone) sebagai Bahan Subbase Course Ditinjau dari Besarnya Nilai k v pada Pengujian heavy Compaction dan CBR dalam Kondisi Unsoaked, Skripsi S-1, Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahtiar, S., 2012, Pengaruh Ketebalan Subbase Course dengan Material Utama Dolomite Limestone serta Penggunaan Geosintetik terhadap Nilai CBR dan k v Struktur Perkerasan Jalan, Skripsi S-1, Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Irianto, C. R., 2012, Nilai CBR Unsoaked dan k v Subbase Course pada Batu Kuning (Dolomite Limestone) dengan Rasio Perbandingan Agregat Kasar dan Agregat Halus, Skripsi S-1, Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oglesby, C.H., and Hicks, R.G. 1996. Teknik Jalan Raya. Jakarta: Erlangga. Setiawan, Bambang. 2015. Perilaku Sistem Cakar Ayam Modifikasi pada Tanah Ekspansif, Disertasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Juni 2017/653