Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) , bahwa tahun

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

2011, No Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

PEDOMAN TEKNIS EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas d

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 12 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 50

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

LAPORAN KINERJA TA. 2014

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015

Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS. DAA NIP

Penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Melalui Indikator Kinerja Utama

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 55

INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

Da ar Informasi Publik Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

BUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,

PEDOMAN EVALUASI INTERNAL ATAS LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SKPD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

EVALUASI IMPLEMENTASI SAKIP. c. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP.

LAPORAN KINERJA (LKJ)

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2016

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK. PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 11.a TAHUN 2013

LAPORAN HASIL EVALUASI LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2013

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indon

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA MAHKAMAH AGUNG DAN PENGADILAN TINGKAT BANDING SELURUH LINGKUNGAN PERADILAN BAB I PENDAHULUAN

Disampaikan dalam Persiapan Asistensi Sakip Barenlitbang Kota Malang Malang, 11 April Oleh : Sugeng Widodo, AP, MM Inspektorat Kota Malang

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi. transparan, akuntabel, efisien dan efektif terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

oaaaimahmaiffli^^ PT?PTrmcT?iTiTTTTV?m[n]m;V.'/ii um _ GHIQIIDma3!ZESEC] /MoatiiMDnnani

2016, No Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Evaluasi 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraaan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. 2. Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Peneyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. 4. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 5. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX.6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja instansi Pemerintah Nomor 289/IX/6/Y/1999. 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. 7. Surat Keputusan MENPAN Nomor : KEP-135/M.PAN-2004 tentang Pedoman umum Evaluasi AKIP. 8. Peraturan mewnpan dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetpan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 9. Peraturan MenPAN dan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 10. Surat Perintah Tugas Inspektur jenderal Kementerian pertanian No. Print. 604/H/R/L/04/2014 tanggal 17 April 2013. B. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 2025, bahwa tahun 2010 2014 Hal 1 dari 19

merupakan periode RPJM nasional tahap kedua. Pada RPJM Nasional tahap pertama dan kedua, pembangunan pertanian tetap memegang peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Untuk melanjutkan dan memenatapkan program pembangunan pertanian periode 2010 2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan 7 strategi Pembangunan Pertanian, yaitu : 1) Revitalisasi Lahan; 2) Revitalisasi Perbenihan dan perbibitan; 3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; 4) Revitalisasi Sumberdaya manusia; 5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; 6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; 7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir. Strategi tersebut diharapkan dapat mencapai empat target utama Kementerian Pertanian, yaitu 1) Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan; 2) Peningkatan Diversifikasi Pangan; 3) Peningkatan nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor, dan 4) Peningkatan Kesejahteraan petani. Dalam upaya pencapaian target utama tersebut diperlukan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) melalui penerapatn Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang efektif dan konsisten. Guna mendukung pelaksanaan strategi tersebut, pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sebagai bagian dari Good Governance sangat diperlukan. Dengan demikian penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Berkenaan dengan penerapan SAKIP, Presiden telah menerbitkan Instruktur Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah. Berdasarkan PermenPAN RB No. 11 tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi, salah satu dari tiga sasarannya adalah meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dengan indikator adalah instansi pemerintah yang akuntabel yang diukur melalui SAKIP. Ketentuan tersebut dipertegas dengan diterbitkannya PERMENPAN dan RB Nomor 20 Tahun 2013 tanggal 7 Mei 2013 tentang perubahan lampiran peraturan MENPAN dan Reformasi Birokarasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi AKIP. Ketentuan dimaksud disusun untuk memudahkan auditor dalam melakukan evaluasi penilaian kinerja unit eselon I. Hal 2 dari 19

Ketentuan tersebut diatas mendukung komponen SAKIP yang meliputi empat subsistem perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, serta evaluasi dan pemanfaatan informasi kinerja. Keempat subsistem tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi negera Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman penyusunan pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah diperbaharui dengan Peraturan menteri negara pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) Nomor 29 Tahu 2010 tentang Pedoman penyusunan penetapan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KPE/135/M.PAN/9/2004 tentang pedoman umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaksanaan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) tahun 2013 mengacu kepada Peraturan MenPAN RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan lampiran Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012. Penerapan SAKIP oleh unit kerja Eselon I dan unit kerja Eselon II/Unit Kerja Mandiri (UKM) perlu dievaluasi untuk menilai Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah. Berkaitan dengan hal tersebut maka Aparat pengawasan Internal di lingkungan masing-masing instansi berkewajiban melaksanakan evaluasi. Oleh karena itu, perlu disusun Pedoman Kerja Evaluasi (PKE) AKIP sebagai acuan bagi para evaluator. C. Tujuan Evaluasi Secara umum tujuan Evaluasi AKIP adalah untuk : 1. Menilai penerapan SAKIP dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik serta mencegah KKN. 2. Menilai pelaksanaan program dan kegiatan instansi/unit kerja. 3. Meningkatkan akuntabilitas organisasi. 4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya. 5. Memberikan informasi kinerja organisasi. Secara khusus, tujuan pelaksanaan Evaluasi AKIP adalah untuk : Hal 3 dari 19

1. Memberikan penilaian terhadap penerapan SAKIP. 2. Memberikan saran perbaikan terhadap penerapan SAKIP. 3. Memberikan saran perbaikan guna peningkatan kinerja dan akuntabilitas instansi/unit kerja. D. Ruang Lingkup Evaluasi 1. Ruang lingkup evaluasi tahun 2015 meliputi : a. Evaluasi AKIP atas penerapan SAKIP dan pencapaian kinerja organisasi, b. Evaluasi terhadap penerapan SAKIP dengan mempertimbangkan upaya yang telah dilakukan evaluatan sampai dengan saat terakhir pembahasan hasil evaluasi. 2. Entitas akuntabilitas yang dievaluasi pada tahun 2015 adalah unit Eselon I Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan uji petik 2 unit kerja Eselon II, yaitu, Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan dan Direktorat Pengelolaan Air. E. Metodologi Evaluasi Metodologi evaluasi yang digunakan untuk evaluasi akuntabilitas kinerja instansi adalah teknik Criteria Referrenced Survey dengan cara menilai secara bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan kriteria evaluasi dari masingmasing komponen yang telah ditetapkan. Kriteria evaluasi sebagaimana tertuang dalam Lembar Kriteria Evaluasi (LKE) akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, ditentukan dengan berdasarkan kepada : 1. Kebenaran normatif sebagaimana yang ditetapkan dalam pedoman penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 2. Kebenaran normatif yang bersumber kepada modul modul atau buku buku petunjuk mengenai sistem AKIP; 3. Kebenaran normatif yang bersumber pada best practices di Indonesia; 4. Kebenaran normatif yang bersumber pada berbagai praktek manjemen statejik, manajemen kinerja, dan sistem akuntabilitias yang baik. Hal 4 dari 19

Dalam menilai apakah unit kerja Eselon I telah memenuhi suatu kriteria, harus didasarkan pada fakta obyektif dan professional judgement dari para evaluator dan supervisor. F. Gambaran Umum Obyek Evaluasi 1. Organisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Pertanian, organisasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian terdiri dari 6 eselon II, yaitu. a. Sekretariat Ditjen PSP. b. Direktorat Pengelolaan Lahan. c. Direktorat Pupuk dan Pestisida. d. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi. e. Direktorat Alsintan. f. Direktorat Pembiayaan PSP. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang prasarana dan sarana pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan dan menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin Hal 5 dari 19

pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian; dan Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian G. Gambaran Umum Penerapan Sistem AKIP Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dan dikembangkan dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dan program yang dipercayakan kepada instansi pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Penyusunan LAKIP telah dilakukan melalui proses penyusunan rencana stratejik, penyusunan perencana kinerja tahunan dan pengukuran kinerja, namun masih tedapat oeoerapa nai yang belum sesuai dengan pedoman penyusunan LAKIP sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menpan dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan MenPAN RB Nomor 20 tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. H. Tindak lanjut Hasil Evaluasi LAKIP Tahun Sebelumnya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sampai dengan saat evaluasi telah menindaklanjuti temuan hasil evaluasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015. Hal 6 dari 19

BAB II HASIL EVALUASI A. Capaian Kinerja Unit Eselon I Capaian kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2015 sebagai berikut : Tabel 1. Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian No Sasaran Program Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori 1. Penambahan luas pertanaman Jumlah penambahan luas baku lahan padi 23.000 Ha 18.789 Ha 81,69 Berhasil Jumlah penambahan luas tanam padi 600.000 Ha 312.646 Ha 52,11 Kurang Berhasil Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa capaian kinerja Ditjen PSP tahun 2015 pada umumnya capaiannya masuk dalam kategori berhasil, namun ada beberapa kegiatan yang tidak kurang atau tidak berhasil dikarenakan adanya kebijakan penghematan anggaran. B. Nilai Hasil Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap AKIP pada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dan 2 unit eselon II, yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan dan Direktorat Pengolahan Air Irigasi sesuai Pedoman AKIP Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian atas dasar Peraturan MenPAN dan RB Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menghitung secara kalkulatif (hasil perhitungan pada lampiran I) dengan hasil sebagai berikut. Hal 7 dari 19

Evaluasi atas akuntablitas Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian menyimpulkan hasil penilaian atas fakta secara objektif instansi pemerintah dalam mengimplementasikan perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan kriteria masing-masing komponen yang ada dalam KKE. 1. Perencanaan Kinerja Aspek perencanaan kinerja terdiri dari sub komponen perencanaan strategis; dan perencanaan kinerja tahunan. Hasil evaluasi terhadap sub komponen tersebut menunjukkan bahwa dari target perencanaan kinerja yang ditetapkan sebesar 35% tercapai 33,72% terdiri dari eselon 1 sebesar 16,92% dan eselon II sebesar 16,60%. Sub komponen perencanaan kinerja yang tidak mencapai target adalah. a. Perencanaan strategis dari target yang ditetapkan sebesar 12,5% tercapai sebesar 11,12% terdiri dari eselon I sebesar 5,67% dan eselon II sebesar 5,35%. Perencanaan strategis terdiri dari sub komponen sebagai berikut. 1) Pemenuhan renstra, dari target sebesar 2,5% tercapai 2,29% terdiri dari eselon I sebesar 1,25% dan eselon II sebesar 1,04%. Hal tersebut disebabkan dokumen renstra eselon II belum memuat indikator kinerja tujuan sedangkan renstra eselon I sudah memuat indikator kinerja tujuan. 2) Kualitas renstra, dari target sebesar 6,25% tercapai 5,71% terdiri dari eselon I sebesar 2,73% dan eselon II sebesar 2,78%. Hal tersebut disebabkan sebagai berikut. a) Kualitas Renstra Unit Eselon I (1) Kualitas renstra Unit Eselon II (Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan) Dokumen renstra tidak mencantumkan indikator kinerja tujuan. (2) Kualitas renstra Unit Eselon II (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi) Hal 8 dari 19

Dokumen Renstra pada Lampiran 1 hal 23 Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah belum sepenuhnya memenuhi kriteria SMART dan Cukup; Tabel 2. Perbedaan Volume Target pada Dokumen Renstra Kementan dan Ditjen PSP. No Sasaran Indikator 1 Meningkatnya Jumlah Penambahan produktivitas Produksi Padi pertanian melalui Meningkatnya luasan terlaksananya areal pertanian penyediaan dan (tanaman pangan, pengembangan hortikultura, prasarana dan perkebunan, dan sarana pertanian. peternakan), optimasi lahan, jalan pertanian, pengembangan SRI, pra sertipikasi lahan, audit lahan luar jawa, dan MIFEE (mendukung tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) Meningkatnya efisiensi dan ketersediaan air irigasi pada lahanlahan pertanian. Target Target Ditjen Kementan PSP - 5.740.609 Ton GKP 750.000 - Ha 4.724 Km 26.160 Bdg 4 Pkt 500.000 - Ha 4.889 Unit Hal 9 dari 19

No Sasaran Indikator Target Target Ditjen Kementan PSP Terfasilitasinya alat 3.996 Unit - dan mesin pertanian Tersalurkannya 11.61 jt ton - bantuan pupuk bersubsidi 0,10 jt ton 38,41 jt ton Terfasilitasinya pola pembiayaan pertanian 10.000 Gpktn 7,0 Triliun 100 org 2,2 triliun 400 LKM - Sumber : Renstra Kementan Tahun 2010 2014 edisi revisi dan Renstra Ditjen PSP Tahun 2011-2014 b) Kualitas Renstra Unit Eselon II (Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan dan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi). (1) Dalam Renstra telah ditetapkan tujuan, namun belum dilengkapi dengan indikator kinerja; (2) Penetapan target dalam dokumen renstra E II belum sepenunya ditetapkan dengan baik, yaitu terdapat perbedaan volume target antara dokumen renstra Eselon I dengan renstra Eselon II (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi), sehingga dokumen renstra Eselon II belum sepenuhnya selaras dengan dokumen renstra Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, hal tersebut terlihat dalam tabel sebagai berikut. Hal 10 dari 19

Tabel 3. Perbedaan Target Volume Indikator Kinerja Renstra Eselon I dan Eselon II (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2014) No Indikator Kinerja Target Eselon I Target Eselon II 1 Jumlah pengembangan 280 Unit 280 Unit sumber air alternatif skala kecil (melalui sumur tanah dangkal, air permukaan, sumur tanah dalam) 2 Jumlah pengembangan 446.810 Ha 500.000 Ha jaringan dan optimasi air 3 Jumlah pengembangan/ 9.600 Unit 9.600 Unit pelaksanaan konservasi air dan lingkungan hidup serta antisipasi perubahan iklim 4 Jumlah pengembangan kelembagaan petani pemakai air (melalui Pemberdayaan P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif) 500 Paket 500 Paket Sumber : Dokumen Renstra Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2011-2014 3) Implementasi renstra dari target sebesar 3,75% tercapai 3,12% terdiri dari eselon I sebesar 1,59% dan eselon II sebesar 1,52%. Hal tersebut disebabkan sebagai berikut. a) Implementasi Renstra Unit Eselon I (1) Dokumen renstra belum dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan, hal tersebut terlihat dari indikator kinerja yang ditetapkan dalam renstra, namun tidak dimuat dalam dokumen rencana kinerja, antara lain : Hal 11 dari 19

(a) Indikator kinerja jumlah pengembangan sumber air alternative skala kecil (melalui sumur tanah dangkal, air permukaan dan sumur tanah dalam) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan sebanyak 300 unit. (b) Jumlah pengembangan/pelaksanaan konservasi air dan lingkungan hidup, serta antisipasi perubahan iklim (melalui pembangunan embung/dam parit dan SLI) untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan sebanyak 421 Unit. (c) Jumlah unit pengembangan kelembagaan P3A dan pengembangan irigasi partisipatif untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan sebanyak 751 paket. (2) Dokumen Renstra eselon I tidak sepenuhnya dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen renstra eselon II, hal tersebut terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Perbedaan Target Volume Indikator Kinerja Renstra Eselon I (Ditjen PSP) dan Eselon II (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2014) No Indikator Kinerja Target Eselon I Target Eselon II 1 Jumlah pengembangan 280 Unit 280 Unit sumber air alternatif skala kecil (melalui sumur tanah dangkal, air permukaan, sumur tanah dalam) 2 Jumlah pengembangan 446.810 Ha 500.000 Ha jaringan dan optimasi air 3 Jumlah pengembangan/ 9.600 Unit 9.600 Unit pelaksanaan konservasi air Hal 12 dari 19

dan lingkungan hidup serta antisipasi perubahan iklim 4 Jumlah pengembangan kelembagaan petani pemakai air (melalui Pemberdayaan P3A dan Pengembangan Irigasi Partisipatif) 500 Paket 500 Paket Sumber : Dokumen Renstra Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2011-2014 b. Perencanaan Kinerja Tahunan (RKT) Perencanaan Kinerja Tahunan dan target yang ditetapkan sebesar 22,5% tercapai sebesar 22,03% terdiri dari eselon I sebesar 10,78% dan eselon II sebesar 11.25%. Perencanaan Kinerja Tahunan terdiri dari sub komponen sebagai berikut. 1) Pemenuhan perencanaan kinerja tahunan, dari target yang ditetapkan sebesar 4,5% tercapai 4,5% terdiri dari eselon I dan eselon II masingmasing sebesar 2,25% atau telah tercapai 100%. 2) Kualitas perencanaan kinerja tahunan, dari target yang ditetapkan sebesar 11,25% tercapai sebesar 10,78% terdiri dari eselon I sebesar 5.16% dan eselon II sebesar 5,63%. 3) Implementasi perencanaan kinerja tahunan, dari target yang ditetapkan sebesar 6,75% tercapai sebesar 6.75 % terdiri dari eselon I dan eselon II masing masing sebesar 3.38 %. Atau telah tercapai 100%. 2. Pengukuran Kinerja. Aspek pengukuran kinerja terdiri atas sub komponen pemenuhan pengukuran; kualitas pengukuran; dan implementasi pengukuran. Hasil evaluasi terhadap sub komponen tersebut disamapikan bahwa dari target yang ditetapkan sebesar 20% tercapai 19.13 % terdiri dari eselon I sebesar 9.91 % dan eselon II sebesar 9.23 %. Hal 13 dari 19

Sub komponen pengukuran kinerja yang tidak mencapai target adalah sebagai berikut. a. Pemenuhan pengukuran, dari target yang ditetapkan sebesar 4% tercapai sebesar 3,88% terdiri dari eselon I sebesar 2,00% dan eselon II sebesar 1.88%. b. Kualitas pengukuran, dari target yang ditetapkan sebesar 10% tercapai sebesar 9,82% terdiri dari eselon I sebesar 5,00% dan eselon II sebesar 4,82%. c. Implementasi Pengukuran dari target yang ditetapkan sebesar 6% tercapai sebesar 5,44% terdiri dari eselon I sebesar 2,91% dan eselon II sebesar 2,53%. 3. Pelaporan Kinerja Aspek pelaporan kinerja terdiri atas sub komponen pemenuhan pelaporan; penyajian informasi kinerja; dan pemanfaatan informasi kinerja. Hasil evaluasi terhadap sub komponen tersebut disampaikan bahwa pelaporan. Kinerja dari target yang ditetapkan sebesar 15% tercapai 15,00% terdiri dari eselon I sebesar 7,50% dan eselon II sebesar 7,50%. Sub komponen palaporan kinerja yang tidak mencapai target adalah sebagai berikut: a. Pemenuhan pelaporan dari target sebesar 3%, tercapai sebesar 3% terdiri dari eselon I dan eselon II masing masing sebesar 1,50%. b. Penyajian informasi kinerja, dari target yang ditetapkan sebesar 8% tercapai sebesar 8%, terdiri dari eselon I dan eselon II masing masing sebesar 4%. c. Pemanfaatan informasi kinerja, dari target yang ditetapkan sebesar 4% tercapai sebesar 4,00%, terdiri dari eselon I dan eselon II masing masing sebesar 2,00%. Hal 14 dari 19

4. Evaluasi Internal Aspek evaluasi kinerja yang dilakukan evaluasi hanya terhadap eselon I dan terdiri atas sub komponen pemenuhan evaluasi; kualitas evaluasi; dan pemanfaatan evaluasi. Hasil evaluasi terhadap sub komponen tersebut disampaikan bahwa evaluasi kinerja dari target yang ditetapkan sebesar 10% tercapai sebesar 10,00%. Sub komponen evaluasi kinerja yang mencapai target adalah Pemenuhan Evaluasi, dari target yang ditetapkan sebesar 2% tercapai sebesar 2%, Kualitas Evaluasi, dari target yang ditetapkan sebesar 5% tercapai sebesar 5% dan Pemanfaatan evaluasi, dari target yang ditetapkan sebesar 3% tercapai 3%. 5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi Aspek pencapaian sasaran/kinerja organisasi terdiri atas sub komponen, kinerja yang dilaporkan (output); kinerja yang dilaporkan (outcome); dan kinerja dari penilaian stakeholders. Hasil evaluasi terhadap sub komponen tersebut disampaikan bahwa evaluasi kinerja dari target yang ditetapkan sebesar 20% tercapai 16,88%. Sub komponen pencapaian sasaran/kinerja organisasi yang tidak mencapai target sebagai berikut. a. Kinerja yang dilaporkan (output), dari target yang ditetapkan sebesar 5% tercapai sebesar 5%. b. Kinerja yang dilaporkan (outcome), dari target untuk Eselon I yang ditetapkan sebesar 10% tercapai sebesar 7,88%. Hal tersebut disebabkan indikator kinerja Utama dari target 5.740.609 Ton GKP terealisasi 5.509.493 Ton GKP atau 95,97% dengan kategori Berhasil. Hal 15 dari 19

Tabel 5. Pengukuran Kinerja Tahun 2014 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 1. Meningkatnya produktivitas Jumlah penambahan pertanian melalui terlaksananya produksi padi penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian Target 5.740.609 Ton GKP Realisasi 5.509.493 Ton GKP % Kesimpulan Capaian 95,97 Berhasil Sumber Data : Lakip Ditjen Prasana dan Sarana Pertanian TA. 2014 c. Kinerja dari penilaian stakeholders, dari target yang ditetapkan sebesar 5% tercapai sebesar 4%. Hal tersebut disebabkan pada TA 2014 unit eselon II pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang mendapatkan predikat WBK hanya sebanyak 4 unit eselon II (75%), yaitu Sekretariat Ditjen PSP, Direktorat Pembiayaan, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian dan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, sedangkan yang belum mendapatkan predikat WBK sebanyak 2 unit, yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Pupuk dan Pestisida, selain itu belum melakukan survey kepuasan pelayanan publik, serta tidak mendapatkan penghargaan tetang kinerja Ditjen PSP baik dari tingkat kementerian maupun tingkat nasional. Hal 16 dari 19

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil evaluasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai berikut. 1. Hasil evaluasi yang dituangkan dalam bentuk nilai dengan kisaran 0 sampai dengan 100, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian memperoleh nilai sebesar 94,16 kategori "B" dengan interpretasi Baik. 2. Perencanaan kinerja terdiri dari sub komponen perencanaan strategis dan perencanaan kinerja tahunan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 35% tercapai 33,15% terdiri dari eselon I sebesar 16,55% dan eselon II sebesar 16,60%. Belum tercapainya target yang ditetapkan dalam perencanaan kinerja disebabkan: dokumen renstra eselon II belum memuat indikator kinerja tujuan; Renstra lingkup Eselon I belum sepenuhnya selaras dengan renstra Kementan; Renstra lingkup Eselon II belum sepenuhnya selaras dengan renstra Eselon I. Selain itu masih terdapat perbedaan volume target antara antara PK dengan Renstra unit eselon I. 3. Pengukuran kinerja terdiri atas sub komponen pemenuhan pengukuran; kualitas pengukuran; dan implementasi pengukuran. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 20% tercapai 19,13% terdiri dari eselon I sebesar 9,91% dan eselon II sebesar 9,23%. Belum tercapainya target karena indikator kinerja sasaran belum sepenuhnya relevan dengan sasaran yang akan diukur, belum dilakukan pengukuran kinerja individu yang menggunakan teknologi informasi. 4. Pelaporan kinerja terdiri atas sub komponen pemenuhan pelaporan; penyajian informasi kinerja; dan pemanfaatan informasi kinerja. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 15% tercapai 15% terdiri dari eselon I sebesar 7,50% dan eselon II sebesar 7,50%. Hal 17 dari 19

5. Evaluasi internal yang dilakukan evaluasi hanya terhadap eselon I dan terdiri atas sub komponen pemenuhan evaluasi; kualitas evaluasi; dan pemanfaatan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 10% tercapai sebesar 10%. 6. Pencapaian sasaran/kinerja organisasi terdiri atas sub komponen, kinerja yang dilaporkan (output); kinerja yang dilaporkan (outcome); dan kinerja dari penilaian stakeholders. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari target sebesar 20% tercapai 16,88%. Belum tercapainya target yang ditetapkan dalam pencapaian sasaran kinerja disebabkan: dari target indikator kinerja jumlah penambahan produksi padi sebesar 5.740.609. Ton GKP realisasi sebesar 5.509.493 Ton GKP atau 95,97%. B. Saran Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja, rekomendasi untuk Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, beserta seluruh jajaranya agar melakukan perbaikan sebagai berikut. 1. Penetapan target kinerja agar direncanakan dengan baik berdasarkan potensi kemampuan pencapaian target, sehingga revisi target dimungkinkan pada awal tahun anggaran atau masih dalam tahap perencanaan. 2. Dokumen renstra agar sepenuhnya dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan kinerja tahunan, dan renstra unit eselon I dijadikan acuan dalam penyusunan renstra unit eselon II, serta dilakukan reviu secara berkala. 3. Mengupayakan agar sasaran strategis dan indikator kinerja yang tertuang di dalam renstra eselon I selaras dengan renstra Kementan dan renstra eselon II selaras dengan renstra eselon I, seluruhnya dilaksanakan review dan penyesuaian secara berkala. Hal 18 dari 19

4. Evaluasi terhadap rencana aksi yang telah dibuat agar dipergunakan sepenuhnya untuk mengendalikan kinerja dan memberikan alternatif perbaikan. 7. Menyusun indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU unit kerja organisasi, dan mulai melakukan pengukuran kinerja individu yang menggunakan teknologi informasi. 8. Mengupayakan pencapaian target yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK), sehingga sasaran yang telah ditetapkan dalam PK da pat tercapai. Hal 19 dari 19