REPUBLIK INDONESIA BAB VII SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN A. PENGERTIAN Subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta rnutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajatnya kesehatan yang setinggi-tingginya. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. B. TUJUAN Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggitingginya. c. UNSUR.UNSUR UTAMA Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri daritiga unsur utama, yaknijaminan ketersediaan, jaminan pemerataan, serta jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan. 1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat. 38 S is t e m W se fi at a n ltfasi on a I
W MENTERI KESEIIATAN R,EPUBLIK INDONESIA 2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penyebaran obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan berkesinambungan, sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat. 3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin khasiat, keamanan, serta keabsahan obat dan perbekalan kesehatan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya. Ketiga unsur utama tersebut, yakni jaminan ketersediaan, jaminan pemerataan, serta jaminan mutu obatdan perbekalan kesehatan, bersinergi dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta penatalaksanaan obat dan perbekalan kesehatan. D. PRINSIP Penyelenggaraan subsistem obat dan perbekaran kesehatan m e n g a - cu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. obat dan perbekalan kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sosial, sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata. 2. obat dan perbekalan kesehatan sebagai barang publik harus d ija m i n ketersed iaan dan keterja n g kauan nya, seh i ngga penetapan harganya dikendalikan oleh pemerintah dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. 3. obat dan Perbekalan Kesehatan tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan. 4. Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh bertentangan dengan hukum, etika, dan moral. 5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik bermutu yang didukung oleh pengembangan industri bjhan baku yang berbasis pada keanekaragaman sumberdayalam. Sisteml{esefiatan!,fasionaf 39
o. 7. 8. L 10. 11. penyediaa, o"'o;;;;;;;",," diserenssarakan merarui optimalisasi industri nasional dengan memperhatikan keragaman produk dan keunggulan daya saing. Pengadaan dan pelayanan obat di rumah sakit disesuaikan dengan standar formularium obat rumah sakit, sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu kepada Daftar Obat Esensial Nasional(DOEN). Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek mutu, manfaat, harga, kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat dan lingkungannya. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang terujisecara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulaidaritahaproduksi, distribusi, dan pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan, dan keterjangkauan. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait lainnya. E. BENTUK POKOK 1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan a. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah bersama pihak terkait. 40 b. Perencanaan obat merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh pemerintah g is I e m'lq: se fi a t a n lrfas i o n a I
ff"iii"#*?$iffix bekerja sama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya. c. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional. d. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan dan secara ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggung jawab pemerintah. e. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah. f. Pengadaan dan pelayanan obat di rumah sakit didasarkan pada formularium yang ditetapkan oleh Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. 2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan a. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi. b. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan melalui apotek, sedangkan pelayanan obat bebas diselenggarakan melalui apotek, toko obat, dan tempattempat yang layak lainnya, dengan memperhatikan fungsi sosial. c. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat memberikan pelayanan obat secara lansu ng kepada masyarakat. d. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang penyelenggaraanya menjadi tanggung jawab apoteker. e. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial. Sbteml(esefiatanltasionaf 41
REPUBLIK INDONESIA 3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan a. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dalam peredaran dilakukan oleh industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat. b. Pengawasan distribusiobat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi, dan masyarakat. c. Pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah, bersama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi, dan masyarakat. d. Pengawasan promosi serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan kalangan pengusaha, organisasi profesi, dan masyarakat. e. Pengendalian harga obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh pemerintah bersama pihak terkait. f. Pengawasan produksi, distribusi, dan penggunaanarkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan masyarakat. g. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi dan masyarakat. 42 Sktem IG se fiatan!,[asiona[