Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pembelajaran dengan menggunakan internet merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. material kewilayahan apapun yang ada di kota itu. hakikatnya segala sesuatunya di dunia ini akan mengalami perubahan tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Agustus 1978, ditetapkan definisi PR sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

Antropologi dan Pembangunan. Pertemuan ke-15

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbasis pada kemampuan riset dan untuk lebih mendekatkan antara teori dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bahasa, baik yang positif atau bahkan memberi suatu

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

BAB V KESIMPULAN. Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 yaitu

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

PENULISAN ARGUMENTATIF Oleh Ashadi Siregar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Transkripsi:

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan panutan bagi setiap orang yang ingin mengkaji ragam perkembangan ilmu pengetahuan budaya. Tulisan ini akan memberikan pemahaman terkait beberapa pemikiran Masinambow yang tertulis dalam artikel populernya yang berjudul Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya. Artikel tersebut merupakan pedoman bagi para akademisi maupun praktisi budaya untuk menjawab berbagai polemik atas realitas perkembangan budaya di masa kini. Masinambow membuka tulisannya dengan mengajukan dua pertanyaan, yakni sejauh mana teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis? Dan bagaimana peran teori kebudayaan dalam memperlancar usaha pembangunan masyarakat? Kedua pertanyaan ini merupakan motivasi yang diberikan Masinambow kepada para pembacanya untuk memahami konsep-konsep kebudayaan yang memiliki multi-peran sebagai sistem adaptasi terhadap lingkungan, sebagai sistem tanda, sebagai teks, dan sebagai fenomena yang memiliki ragam fungsi. Kontras antara ilmu pengetahuan budaya, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora adalah permasalahan yang sangat mendasar dalam membedakan definisi dan perannya dalam riset tentang ilmu-ilmu yang membahas manusia sebagai makhluk individu maupun sosial saat pembahasan mengenai pertentangan antara ilmu pengetahuan budaya dengan ilmu pengetahuan alam telah dianggap selesai. Dalam hal kebudayaan, Masinambow melihatnya sebagai fenomena sosial yang mengkaji berbagai keteraturan, pola, serta konfigurasi atas berbagai perilaku 1 Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) pada Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Peneliti Pusat Naskah Islam Nusantara (Pusnira) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; dan Pengurus Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Saat ini sedang menempuh jenjang magister filologi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Dapat dihubungi pada email: m.nida@uinjkt.ac.id

dan tindakan masyarakat. Kebudayaan memiliki sifat materialistis yaitu sebagai hasil adaptasi masyarakat pada lingkungan alam atau sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat. Berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial yang dipandang membuat interseksi dengan ilmu pengetahuan budaya. Meskipun memiliki fokus kajian yang dianggap bertumpang tindih dengan ilmu pengetahuan budaya, ilmu pengetahuan sosial mampu mendefinisikan dirinya sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji manusia dan masyarakat sebagai pranata sosial. Di satu pihak, humaniora berada dalam cakupan ilmu pengetahuan budaya. Sebaliknya humaniora tidak mencakupi ilmu pengetahuan budaya secara keseluruhan dari disiplin-disiplin dalam ilmu pengetahuan budaya. Humaniora memiliki kedudukan yang lebih khas daripada ilmu pengetahuan budaya dikarenakan fokusnya pada peningkatan kemampuan dan kualitas potensi kemanusiaan yang diisi oleh ranah filsafat, sastra, bahasa, sejarah, dan lainnya. Kesulitan lain dalam ranah kebudayaan adalah saat membedakannya dengan istilah peradaban. Keduanya memiliki kesamaan yakni melihat fenomena sosial sebagai sebuah pola, akan tetapi Masinambow membedakan keduanya dalam hal cakupan teritorial maupun geografis. Peradaban memiliki cakupan teritori yang luas sedangkan sebaliknya kebudayaan lebih sempit karena terikat oleh batas-batas nasional secara geografis maupun politis. Masinambow memberikan contoh, kebudayaan Jerman merupakan hasil penyebaran peradaban Eropa. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa kebudayaan meniscayakan manusia sebagai objek sekaligus subjek pada penelitiannya. Untuk memberikan analisa atas pola keteraturan pada penelitiannya tersebut dibutuhkan lima jenis data yaitu artefak, perilaku kinetis, perilaku verbal, tuturan, dan teks yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai representasi bahasa dan perilaku. Kelima data tersebut merupakan pedoman yang bermakna sebagai hasil kegiatan manusia sebagai makhluk yang terikat secara kolektif. Masinambow menyatakan bahwa terdapat keragaman dalam memandang kebudayaan sebagai teori. Pada abad ke-19 terdapat teori dominan yang dikenal 1

dengan evolusionisme budaya. Teori ini menganggap bahwa manusia dan pranatapranatanya berkembang beriringan dengan perkembangan hukum alam sebagaimana halnya dunia fisik, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Akan tetapi teori ini kemudian mendapat tantangan dari Franz Boas yang menyatakan bahwa kebudayaan bersumber pada emosi, bukan rasio, yang tumbuh dan berkembang atas prinsipnya masing-masing sehingga mampu menghasilkan dinamika serta modifikasi-modifikasi yang bersumber atas gagasan atau tema tertentu. Dalam gagasan teori idealistis, kebudayaan identik dengan suatu teori yang dianut warga masyarakat tentang apa yang dianggapnya harus dilakukan terhadap masyarakat lainnya. Kebudayaan merupakan sistem sosial-budaya yang secara langsung bersifat adaptif terhadap lingkungan sosial. Keterbatasan mengetahui seluk-beluk budaya secara keseluruhan merupakan problematika tersendiri karena jangkauannya terbatas pada apa yang dialaminya sehari-hari. Sehingga sebagai solusinya adalah tiap-tiap fenomena sosial yang baru dialami oleh pengkajinya harus dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. Pada prinsipnya, teori-teori tersebut bersumber pada pemikiran seorang Saussure, Peirce, serta teori interpretasi. Ketiganya meletakkan asas teori kebudayaan yang memandang budaya sebagai suatu sistem tanda yang merepresentasikan makna tertentu yang bersifat abstrak. Pola tindakan masyarakat sebagai objeknya merupakan bentuk manifestasi yang memiliki makna intrinsik sehingga menghasilkan makna baru setelah dipadukan dengan makna yang bersumber pada pengetahuan dan pengalaman pengkajinya. Dalam perkembangannya, berbagai cara pandang mengenai teori kebudayaan semakin beragam karena mencerminkan dominansi aliran-aliran intelektual pada zaman-zaman tertentu. Pada Masa Pencerahan (Enlighment) misalnya, seperti yang telah disinggung sebelumnya, kebudayaan sebagai sebuah realitas dipandang sebagai sesuatu yang bersifat rasional dan statis. Pendapat ini tentunya berkembang seiring pesatnya kemajuan ilmu-ilmu yang mengkaji alam semesta yang bersifat rasional. 2

Ketidakpuasan atas aliran ini kemudian dibantah oleh aliran pascastrukturalisme dan pasca-modernisme Masibambow menyebutnya sebagai kelompok anti-pencerahan yang memandang bahwa realitas dibangun tidak melalui wujud yang mandiri melainkan melalui pergolakan wacana yang selama ini berlaku dan digunakan dalam masyarakat. Timbulnya gagasan ini merupakan respon terhadap rasionalisme yang dianggap gagal dalam membawa manusia pada taraf kesejahteraan. Penutup sebagai Sebuah Komentar Satu hal yang menggelitik dari artikel Masinambow ini adalah upayanya untuk memaksa para pengkajinya untuk memahami bahwa apapun perdebatan mengenai kebudayaan dipastikan akan bermuara pada peletakan sistem semiotik sebagai pola awal pembentukan cara pandang terhadap kebudayaan sebagai sebuah teori. Ragam pemikiran yang muncul setelahnya, bahkan pemikiran Masinambow, wajib bermuara pada sistem ini. Pola ini seolah mempertegas kejumudan kajian ilmu pengetahuan budaya pada era abad ke-19 yang telah dijelaskan sebelumnya. Pola ini meniscayakan bahwa meskipun kebudayaan merupakan sistem tanda yang telah memiliki struktur yang telah mapan sebelumnya, akan tetapi struktur-struktur ini selalu bergerak dinamis tanpa bisa setiap pengkajinya memprediksikan apa yang akan terjadi pada kelompok masyarakat tertentu di masa yang akan datang secara akurat. Melalui pemaksaan tersebut, Masinambow ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa ilmu pengetahuan budaya merupakan lahan basah yang patut dijadikan ladang penelitian yang berkesinambungan. Dinamika yang terjadi atasnya meniscayakan bahwa budaya merupakan sebuah dunia yang sama pentingnya dengan dunia lainnya. Meskipun demikian, sepanjang lebar artikel ini, belum dapat ditemukan jawaban atas salah satu dari dua pertanyaan yang diajukan oleh Masinambow di awal yakni mengenai peranan teori kebudayaan dalam memperlancar usaha pembangunan masyarakat. Hal ini merupakan sisi terpenting mengingat pada era 3

globalisasi saat ini menuntut setiap hal termasuk disiplin ilmu pengetahuan mampu memberikan kontribusi tidak hanya sebatas peningkatan kualitas diri akan tetapi secara nyata pada aspek yang bersifat materi dan ekonomi yang dianggap mampu menciptakan kesejahteraan pada umat manusia. 4