BAB VI PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI EVALUASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

Mata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) : Dra. Tuti Suartini, M.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab V ini akan disajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian

BAB VII PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI MANAJEMEN PONDOK PESANTREN

Kisi-kisi Pedoman Observasi Upaya Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulai Lubuk Basung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan

Halaman Depan Modul Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya pada lembaga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

Kuesioner. Bentuk tes yang memberikan kemudahan dalam skoring adalah tes objektif 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dihafal. Karena keaslian dan kemurnian Al-Qur'an haruslah tetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. guna menciptakan mutu pendidikan yang baik. Undang-Undang RI. Nomor 14 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal 1 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

I. PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN

COVER EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS MTs ATH THAHIRIYAH PUCUNGBEDUG PURWANEGARA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil dan proses. Dari

2. BAB II TINJAUAN UMUM

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : Tempat & Tanggal Lahir : Kudus, 2 Agustus 1989

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 1 Sebagai suatu sistem

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

6. Di bawah ini merupakan beberapa kelebihan tes lisan, kecuali:

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung

A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan interaksi eduktif antara guru

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lancar dan maksimal. Dan dalam proses pembelajaran tersebut seorang

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi siswa. Kontribusi yang diharapkan dapat

CONTOH SOAL PEDAGOGIK Proses Penilaian (Assesmen) Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar dari sejumlah pilihan jawaban yang tersedia..

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran-saran hasil penelitian. darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

FORMULIR PENDAFTARAN SANTRI BARU

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Sistem Boarding School. Pelaksanaan Pembelajaran) secara umum yang disesuaikan dengan standar

BAB VI PENUTUP. 1. Kegiatan evaluasi ranah kognitif sudah dilakukan dengan baik oleh guru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN PENJASORKES. Masjumi Nur

BAB I PENDAHULUAN. on the principles and values of Islam pendidikan Islam diartikan sebagai

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

MENGIDENTIFIKASI JENIS DAN METODE EVALUASI PENDIDIKAN DANPEMBELAJARAN. Nurul Hidayati Murtafiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

2.01. Jumlah Pondok Pesantren dan Tipologinya *) Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah Pontren Berdasarkan Tipe. No. Provinsi PP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

2015 KAJIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII KURIKULUM 2013 TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN BELAJAR SANTRI DENGAN EFEKTIVITAS METODE SOROGAN DI PESANTREN AL- FATAH DESA PAGELARAN KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR

LAMPIRAN 1: PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KYAI PIMPINAN PESANTREN SALAFIYAH

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAN BIOGRAFI PIMPINANNYA DI KALIMANTAN SELATAN. A. Gambaran Umum tentang Pondok Pesantren Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

TEKNIK PENILAIAN NON TES

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Peraturan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sadar, baik secara terencana maupun tidak. 1

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB IV ANALISIS DATA. keseluruhan. Pelaksanaan metode Jibril bagi santri Tahfidhul Qur an di PPTQ Sunan

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

Tabel 4.15 Matrik Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Al-Musthofa. Tujuan Isi/Materi Metode Evaluasi

Transkripsi:

BAB VI PANDANGAN PIMPINAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DI KALIMANTAN SELATAN TENTANG MODERNISASI EVALUASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN Salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan adalah evaluasi pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal adalah kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mengetahui sejauh mana hasil pelaksanaan pendidikan, maka diperlukan evaluasi pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pimpinan pondok pesantren salafiyah yang diteliti memandang modernisasi evaluasi pendidikan penting dilakukan di pondok pesantren salafiyah, karena dengan modernisasi evaluasi dapat diketahui keberhasilan ustadz dalam mengajar. Dengan evaluasi dapat menentukan apakah seorang santri dapat naik kelas/naik kitab dan dapat menentukan seorang santri layak untuk lulus pada pondok pesantren. 1 Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa fungsi evaluasi adalah berfungsi selektif, yaitu untuk mengadakan seleksi siswa yang harus naik kelas, siswa yang berhak lulus atau siswa yang berhak mendapat beasiswa. Evaluasi juga berfungsi sebagai pengukur keberhasilan guru dalam mengajar. 2 Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik maka evaluasi pendidikan harus dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan nilai dan penggunaan hasil evaluasi. Tahap perencanaan evaluasi adalah tahap di mana guru mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan pelaksanaan evaluasi, yaitu penyusunan 1 bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014 dan wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul 2 Suharsimi Arikunto, Dasar,... h. 10-11. 165

166 alat evaluasi, penyusunan petunjuk pelaksanaan evaluasi, dan pedoman pemberian skor dari alat evaluasi. Menurut pimpinan pondok pesantren perencanaan evaluasi pendidikan itu penting dilaksanakan agar ketika melaksanakan evaluasi dapat terlaksana dengan baik. Dengan adanya pedoman evaluasi maka guru akan mudah melaksanakan evaluasi dan memeriksa dan memberikan nilai dari hasil evaluasi yang dilaksanakan. 3 Tahap selanjutnya dari pelaksanaan evaluasi pendidikan setelah tahap perencanaan adalah melaksanakan evaluasi. Menurut pimpinan pondok pesantren salafiyah yang diteliti, modernisasi dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan penting. Pondok pesantren seharusnya menerapkan prinsip-prinsip modern dalam evaluasi misalnya dalam pelaksanaan evaluasi harus adil dan jujur. Evaluasi harus objektif sehingga nilai yang diperoleh santri sesuai dengan kemampuan santri. Evaluasi jangan pilih kasih. 4 Pandangan tersebut di atas sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi modern yaitu: 1. Kontinuitas yang berarti evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinyu. 2. Komprehensif artinya dalam melakukan evaluasi suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan yang dievaluasi. 3. Adil dan objektif. Adil artinya guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Sedangkan objektif artinya hasil evaluasi adalah apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. 3 bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014 dan wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul 4 bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014 dan wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul

167 4. Koperatif artinya dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua siswa, sesama guru, kepala sekolah dan dengan siswa sendiri. 5. Praktis artinya evaluasi itu mudah digunakan, baik oleh guru maupun oleh orang lain yang akan menggunakan alat evaluasi yang dibuat. 5 Dalam rangka mencapai tujuan evaluasi, ada banyak alat evaluasi modern yang dapat dipilih oleh guru. Menurut Suharsimi Arikunto, alat evaluasi pendidikan terdiri dari 2 klasifikasi yaitu teknik nontes dan teknik tes. Teknik nontes terdiri: skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup. 6 Sedangkan teknik tes terdiri dari: tes subjektif dan tes objektif. Tes objektif terdiri dari tes pilihan ganda, tes benar salah, menjodohkan dan tes isian. 7 Terhadap alat evaluasi modern, pimpinan Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin dan Yasin menyatakan bahwa pondok pesantren bisa saja menggunakan alat-alat evaluasi modern sesuai dengan kebutuhan. 8 Sedangkan menurut pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin, kami mempunyai sistem evaluasi sendiri yang sudah baik tapi beberapa alat evaluasi modern dapat diterapkan di pondok pesantren misalnya observasi, wawancara dan tes. 9 Di pondok pesantren tradisional/salafiyah pada umumnya, evaluasi keberhasilan pembelajaran dilakukan dengan cara menilai apakah murid sudah mampu mengulangi dan menterjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya. Santri diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan materi yang diajarkan dari kitab 5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta, t.p, 2009), h. 22-23. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar... h. 26. 7 Ibid, h. 164-175. 8 bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014. 9 Wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul

168 tertentu dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. 10 Adapun evaluasi pendidikan di pondok Pesantren salafiyah yang diteliti di Kalimantan Selatan dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan, tetapi banyak juga perbedaannya dengan sistem evaluasi pada pondok pesantren salafiyah lainnya. Pondok Pesantren Ibnul Amin melaksanakan evaluasi perkitab yang diajarkan. Setiap kitab ada 12 kali ulangan harian dan 1 kali ujian/tes akhir. Sedangkan ujian/tes akhir dilaksanakan diakhir mempelajari kitab, yang dilaksanakan oleh tim penguji yang ditunjuk oleh pimpinan pondok. Ulangan harian menggunakan sistem hafalan, atau membaca kitab kemudian menterjemahkan. Tiap-tiap ulangan harian skor yang diperoleh santri maksimal 25. Jadi skor hasil nilai ulangan maksimal yang dapat dicapai santri adalah 300. Sedangkan ujian/tes akhir dilakukan dengan memberi 4 pertanyaan lisan dengan skor maksimal 200 dan hafalan skor maksimal 200 dan tes tertulis 6 pertanyaan dengan skor maksimal 300. Jadi jumlah maksimal adalah 1000. Santri dinyatakan lulus untuk satu kitab bila santri mencapai skor antara 500-1000. Bila skor yang dicapai kurang dari 500 maka santri yang bersangkutan harus mengulang lagi belajar kitab yang bersangkutan pada guru lain. Sedangkan untuk ujian kelulusan seluruh kitab terdiri: 1. Menghafal Qur an Juz Amma, dari Surah Annabâ sampai Surah Al Thâriq. 2. Tes akhir terdiri dari Imla (lebih kurang 5 baris), membaca kitab, dan membagi Farâid. 11 Sedangkan evaluasi pendidikan di Pondok Al Mursyidul Amin dengan cara 2 kali ujian/ulangan, yaitu 1 kali ujian/ulangan akhir semester ganjil dan ujian/ulangan akhir semester genap. Pelaksanaannya diakhir semester ganjil yang biasanya dilaksanakan bulan Juni dan diakhir semester genap yaitu bulan Desember. Ujian/ulangan menggunakan jenis tes 10 Zamakhsyari Dhoffir, Tradisi,.h. 24. 11 Hasil wawancara dengan Ustadz H. Supian Suri Lc (Kordinator Pendidikan), tanggal 25 Januari 2015.

169 tertulis dan tes lisan. Ujian lisan yaitu membaca teks berbahasa Arab kemudian diterjemahkan dan menjelaskan maknanya. Tidak semua mata pelajaran ada ujian lisan. Untuk tingkat Tajhiziyah ujian lisan hanya mata pelajaran al-qur an. Untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah mata pelajaran yang diujikan secara lisan adalah Tafsir, Hadits dan Akhlaq. Adapun soal tertulis biasanya berbentuk essay. Ujian tertulis dilaksanakan pada waktu khusus yang ditentukan serempak seluruh tingkat pendidikan mulai dari Tajhiziah, Tsanawiyah dan Aliyah menjelang akhir semester ganjil dan genap. Santri dinyatakan naik kelas apabila mendapat nilai raport rata-rata 5,8 dan tidak hadir ke pondok pesantren lebih dari 40 hari dalam 1 tahun pelajaran. 12 Adapun evaluasi pada Pondok Pesantren Yasin dilaksanakan secara berkala, yakni evaluasi tiap akhir semester dan evaluasi untuk menentukan kelulusan. Untuk menentukan kelulusan juga dilaksanakan ujian. Sistem ujian menggunakan 2 jenis, yaitu ujian syafahi dan ujian tahriri. Ujian syafahi adalah ujian yang dilaksanakan secara lisan, di mana santri disuruh membaca bagian tertentu dari kitab yang telah diajarkan. Guru mendengarkan bacaan santri. Aspek yang dinilai adalah ketepatan membaca terutama harakatnya dan ketepatan menterjemahkannya. Sedangkan ujian tahriri adalah ustadz memberikan soal tertulis. Biasanya dibuatkan 10 soal, 5 soal yang sukar dan 5 soal yang mudah. Santri baru boleh naik kelas bila bisa menjawab 5 soal yang mudah. Untuk menentukan kelulusan santri maka ada ujian tertulis. Santri baru bisa lulus apabila santri menguasai 55% bahan yang telah diajarkan. Bila santri dapat mencapai 55% bahan yang diajarkan maka yang bersangkutan dinyatakan lulus dan mendapat ijazah. Sedangkan bila santri tidak mampu menguasai 55% maka yang bersangkutan dinyatakan lulus tetapi tidak mendapatkan ijazah. Santri yang lulus dan mendapatkan ijazah berarti ada pengakuan ilmiah terhadap kemampuannya, sementara yang tidak mendapatkan ijazah berarti tidak ada pengakuan ilmiah 12 Wawancara dengan Guru H. Abdul Bashir, Kepala Sekolah Tsanawiyah Pondok Pesantren Al Mursyidul Amin, tanggal 2 Pebruari 2015.

170 terhadap yang bersangkutan walaupun ia dinyatakan tamat belajar di Pondok Yasin. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas lembaga pendidikan Pondok Pesantren Yasin. 13 Terhadap alat evaluasi observasi dan wawancara, maka pimpinan pondok pesantren yang diteliti menyatakan sangat penting untuk diadopsi oleh pondok pesantren salafiyah. Sistem pendidikan asrama yang diterapkan di pondok pesantren salafiyah memungkinkan kiai bersama ustadz mengobservasi perilaku santri selama 24 jam. Demikian wawancara terhadap santri, baik mengenai pembinaan kepribadian santri, maupun terhadap penguasaan materi pelajaran sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan di pondok pesantren salafiyah. Dengan demikian bila dilihat dari tujuan evaluasi, jenis alat evaluasi dan pengolahan hasil evaluasi dan penggunaan hasil evaluasi, maka pondok pesantren Salafiyah di Kalimantan Selatan sudah menerapkan modernisasi dalam hal evaluasi pendidikan tapi pada aspek tertentu evaluasi yang dilaksanakan tetap mempertahankan tradisi yang sudah berlaku selama ini. Misalnya cara evaluasi dengan cara mengulangi dan menterjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya dan menghafal materi yang diajarkan masih dominan digunakan. Dalam hal ini menurut Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Amin kami menerapkan cara evaluasi pendidikan yang berbeda dengan sekolah modern. Dengan evaluasi yang kami laksanakan, mampu menghasilkan lulusan yang dapat membaca kitab dan mampu mengajarkannya kepada masyarakat. 14 Hal senada juga dinyatakan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Yasin yang menyatakan bahwa dalam hal cara evaluasi yang digunakan, kami masih memegang teguh pada tradisi pondok pesantren salafiyah. 15 13 Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 9 Nopember 2014. 14 Hasil wawancara dengan K.H. Mukhtar, Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul 15 Hasil wawancara dengan K.H. Fahmi bin Zam Zam, Pimpinan Pondok Pesantren Yasin, tanggal 19 Nopember 2014.

171 Terhadap penggunaan teknik evaluasi dengan cara menyuruh anak mengulangi membaca atau menghafal dan menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan oleh gurunya berarti evaluasi yang dilaksanakan di pondok pesantren yang diteliti tidak berdasarkan tujuan pembelajaran, tetapi didasarkan pada materi yang diajarkan. Dengan cara mengevaluasi seperti tersebut, maka aspek yang dinilai terbatas pada aspek ingatan, dan mengabaikan aspek lainnya. Padahal materi/isi bahan pelajaran yang disampaikan guru/ustadz pondok pesantren bisa terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor, bisa dua ranah saja seperti ranah kognitif dan afektif, atau ranah kognitif dan psikomotor. Setiap ranah tersebut memiliki sub ranah masing-masing. Bloom dkk yang dikutip oleh Udin Sarifuddin Winata Putra dan Rustana Ardiwinata menyatakan ranah kognitif terdiri 6 sub ranah yaitu mengenal, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri: penerimaan, pemberian tanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan pengkarakterisasian. Ranah psikomotor terdiri: persepsi, kesiapan, respon terbimbing, mekanisme, respon nyata komplek, penyesuaian dan penciptaan. 16 52-57. 16 Udin Sarifuddin Winata Putra dan Rustana Ardiwinata, Modul, h.