PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Penularan Penyakit

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. 1

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

Filariasis Limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

Undang Ruhimat. Herdiyana. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

BAB 4 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

STUDI ENDEMISITAS FILARIASIS DI WILAYAH KECAMATAN PEMAYUNG, KABUPATEN BATANGHARI PASCA PENGOBATAN MASSAL TAHAP III. Yahya * dan Santoso

The occurrence Factor of Filariasis Transmission In Lasung Health Centers Kusan Hulu Subdistrict, Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 8 No. 2, 2014 : 61-66

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

SURVEI DARAH JARI FILARIASIS DI DESA BATUMARTA X KEC. MADANG SUKU III KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) TIMUR, SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

Juli Desember Abstract

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULl1AN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

Perilaku mikrofilaria Brugia malayi pada subjek Filariasis di Desa Polewali Kecamatan Bambalamotu Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DAERAH PANTURA KABUPATEN SUBANG

Jurnal Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

KEPADATAN NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DESA PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS, DESA JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN DAN BATUKUWUNG KABUPATEN SERANG

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARO KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

SURVEI KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT

Transkripsi:

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis *m.widiati@gmail.com ABSTRACT One of the tropical diseases that become a public health problem in Indonesia is a filariasis or in Indonesia known as elephant foot disease. Filariasis caused by filaria worm. To enforce the disease diagnosis with an examination of mikrofilaria in the blood by using the method of preparation of thick drops of apus. The purpose of this research is to know the description of the transmission of mikrofilaria in the hamlet of Cijamban Subdistrict Panumbangan. This research is descriptive research. The population in this research is the whole community that does not include Filariasis sufferers who are located in the hamlet of Cijamban RT 01 RW. 01 Panumbangan as much as 218 people. The sample used 55 people, the sampling technique used in this study that is using the technique of simple random sampling by taking 25% of the total population. Results of the study showed that from an examination of blood preparations by the method of giemsa staining using thick drops the whole negative samples mikrofilaria and mikrofilaria characteristics. Based on the results of the examination by the method of blood preparations apus thick drops of 55 samples showed no presence in discover mikrofilaria. Keywords : Examination of Mikrofilaria, Filariasis INTISARI Salah satu penyakit tropis yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah filariasis atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama penyakit kaki gajah. Filariasis di sebabkan oleh cacing filaria. Untuk menegakkan diagnosis penyakit tersebut dengan pemeriksaan mikrofilaria dalam darah dengan menggunakan metode sediaan apus tetes tebal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran penularan mikrofilaria di Dusun Cijamban Kecamatan Panumbangan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tidak termasuk penderita Filariasis yang berada di Dusun Cijamban RT. 01 RW. 01 Kecamatan Panumbangan sebanyak 218 orang. Sampel yang digunakan yaitu 55 orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik simple random sampling dengan mengambil 25% dari jumlah populasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari pemeriksaan sediaan darah dengan metode tetes tebal menggunakan pewarnaan giemsa seluruh sampel negatif mikrofilaria. Kata kunci : Pemeriksaan Mikrofilaria, filariasis.

Pendahuluan Indonesia sebagai Negara beriklim tropis banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu penyakit tropis yang di Indonesia adalah filariasis atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama penyakit kaki gajah (Zulkoni, 2010). Filariasis di sebabkan oleh cacing filaria. Cacing filaria mempunyai spesies 200 lebih dan hanya beberapa yang terdapat pada manusia. Spesies filaria yang paling sering menginfeksi manusia adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori (Onggowaluyo, 2002). Berdasarkan informasi data dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dilaporkan bahwa 10 kabupaten/kota dari 26 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat merupakan daerah endemis filariasis. Kabupaten/kota tersebut yaitu Karawang, Tasikmalaya, Kota Bekasi, Bekasi, Subang, Purwakarta, Kota Depok, Bogor, Kota Bogor dan Kuningan. Hingga Februari 2008 kasus filariasis yang ditemukan di Provins Jawa Barat sebanyak 390 kasus kronis dan 485 kasus positif mikrofilaria yang tersebar di 24 kabupaten/kotapada 133 kecamatan dan 240 desa/kelurahan(data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Di Provinsi Jawa Barat terdapat beberapa kasus kronis filariasis termasuk di Daerah Panumbangan. Panumbangan terletak di Kabupaten Ciamis yang mempunyai 30 kecamatan, salah satunya yaitu Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari 6 Desa berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya. Panumbangan merupakan desa perbukitan dengan luas wilayah 388,26 Ha. Dari Letak geografis Desa Panumbangan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa Tanjungmulya Kecamatan Panumbangan,sebelah timur berbatasan dengan gunung sawal termasuk ke dalam tiga wilayah Kecamatan di antaranya, Kecamatan Panjalu,Kecamatan Kawali dan Cihaurbeuti, sebelah selatan berbatasan dengan desa Madanglayang Kecamatan Panumbangan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data primer yang di dapat dari Puskesmas Panumbangan tercatat 5 orang yang menderita filariasis kronisterdapat di 4 dusun. Salah satu dusun yang menjadi tempat penelitian yaitu Dusun Cijamban pemilihan tempat ini dikarenakan kegiatan program pemberantasan di daerah ini masih belum bisa berjalan lancar, selain itu faktor masyarakat masih belum menyadari tentang bahayanya filariasis. Adapun faktor penyebab lainnya yaitu daerah ini berbatasan dengan wilayah Tasikmalaya yang berstatus endemis filariasis sehingga faktor resiko penularan dari vektor (nyamuk) pembawa mikrofilaria dapat berperan penting dengan adanya penularan terhadap penduduk di sekitar. Maka dari itu mencegah terjadinya penularan penyakit Filariasis peneliti ingin menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan mikrofilaria dalam darah, terdapat beberapa cara untuk melihat mikrofilaria antara lain yaitu dengan menggunakan metode sediaan apus darah tebal, sediaan hapus segar, tabung kapiler, dan darah vena. Untuk itu peneliti hanya menggunakan metode sediaan apus tetes tebal keuntungannya kita dapat mengetahui morfologi serta spesies mikrofilaria pada sediaan darah jari selain itu mudah dan tidak memerlukan waktu lama. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang menggambarkan dari hasil pemeriksaan mikrofilaria pada penduduk yang bukan termasuk penderita filariasis di Dusun Cijamban RT/RW 01/01 Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. keseluruhan masyarakat yang tidak termasuk penderita Filariasis yang berada di Dusun Cijamban RT/RW 01/01 Kecamatan Panumbangan sebanyak 218 penduduk. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 55 orang warga dari keseluruhan penduduk di Dusun Cijamban RT/RW 01/01 Kecamatan Panumbangan berjumlah 218 warga yang telah memenuhi ke dalam kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah di buat oleh peneliti. Berdasarkan ciri, sifat popolasi yang sudah diketahui sebelumnya (Riyanto Agus., 2013). Dalam pengambilan sampel peneliti memilih di dusun cijamban RT/RW 01/01 Kecamatan Panumbangan karena daerah tersebut berdekatan dengan Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya yang berstatus endemis filariasis. Peneliti mengambil sampel sebanyak 55 orang dari 218 orang karena dari ke 55 orang tersebut termasuk kedalam kriteria inklusi. Data yang di gunakan dalam peneliti ini merupakan data primer yang di peroleh dengan cara melakukan pemeriksaan langsung pada penduduk Dusun Cijamban Rt/01 Rw/01 Kecamatan Panumbangan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah auto klik, kaca objeck, lancet, mikroskop, dan pipet tetes. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah darah penderita, giemsa 3%, kapas alkohol, dan metanol. Prosedur Penelitian A. Pengambilan sampel darah Pengambilan sampel dilakukan pada waktu malam hari (21.00-24.00). Sampel di ambil dari pembuluh darah kapiler yaitu dari jari tangan penderita.tentukan daerah atau tempat yang akan di tusuk. Lakukan disinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. Tusukan lancet pada jari tangan penderita. Pindahkan darah penderita pada kaca objek lalu buat sedian tetes tebal. Keringkan di udara. B. Pewarnaan Sedian Tetes Tebal Sediaan yang sudah kering di fiksasi dengan methanol absolut selama 20 detik. Kemudian di warnai dengan larutan Giemsa 3% selama 20 menit. Sediaan di bilas dengan air mengalir secara perlahan dengan bersih,lalu keringkan. Setelah kering amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x Hasil Penelitian Hasil pemeriksaan sediaan darah metode tetes tebal dengan menggunakan pewarnaan giemsa pada penduduk yang bukan penderita Filariasis di Dusun Cijamban RT 01 RW 01 Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis dapat di lihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengamatan Mikrofilaria dengan Cara Mikroskopis No Mikrofilaria No Mikrofilaria 1 Negatif 29 Negatif

2 Negatif 30 Negatif 3 Negatif 31 Negatif 4 Negatif 32 Negatif 5 Negatif 33 Negatif 6 Negatif 34 Negatif 7 Negatif 35 Negatif 8 Negatif 36 Negatif 9 Negatif 37 Negatif 10 Negatif 38 Negatif 11 Negatif 39 Negatif 12 Negatif 40 Negatif 13 Negatif 41 Negatif 14 Negatif 42 Negatif 15 Negatif 43 Negatif 16 Negatif 44 Negatif 17 Negatif 45 Negatif 18 Negatif 46 Negatif 19 Negatif 47 Negatif 20 Negatif 48 Negatif 21 Negatif 49 Negatif 22 Negatif 50 Negatif 23 Negatif 51 Negatif 24 Negatif 52 Negatif 25 Negatif 53 Negatif 26 Negatif 54 Negatif 27 Negatif 55 Negatif 28 Negatif Pembahasan Dari hasil pengamatan secara mikroskopis yang telah di lakukan pada setiap sediaan yang telah di buat dan di warnai, tidak ditemukan adanya mikrofilaria, hal ini menunjukan tidak terjadi penularan filariasis di daerah tersebut. Tetapi hal ini menunjukan bukan berarti bahwa tidak terdapat penderita filariasis kronis di daerah Panumbangan. Penularan filariasis dapat terjadi bila ada 3 unsur yaitu : 1. Sumber penularan, yaitu manusia atau hospes reservoir yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya. 2. Vektor, yaitu nyamuk yang dapat menularkan filariasis. 3. Faktor lingkungan. WHO menyatakan seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit filariasis apabila seseorang digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva cacing mikrofilaria stadium III. Nyamuk menjadi infektif karena menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria. Seseorang dapat terinfeksi filariasis apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk infektif mengeluarkan mikrofilaria ribuan kali. Siklus penularan penyakit filariasis melalui dua tahap yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk vektor dan perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoir. Dengan demikian manusia atau vektor (nyamuk) yang mengandung mikrofilaria merupakan sumber penularan penyakit. Di samping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia, densitas populasi nyamuk juga berpengaruh sebenarnya kemampuan nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria saat menghisap darah yang mengandung mikrofilaria juga sangat terbatas, nyamuk (vektor) yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami kematian. Tetapi jika terlalu sedikit dapat memperkecil jumlah mikrofilaria Larva stadium III yang akan di tularkan. Lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap distribusi filariasis dan mata rantai penularannya antara lain, lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor yang dapat menciptakan tempat,tempat perindukan nyamuk yaitu suhu udara, kelembaban udara, angin, sinar matahari, hujan, tempat perkembangbiakan nyamuk. Kebiasaan masyarakat banyak berkaitan dengan aspek sosial budaya, antara lain pengetahuan, prilaku dan pekerjaan. Dari faktor-faktor diatas dapat menunjukan bahwa untuk daerah tersebut tidak terjadi penularan, hal ini merupakan bukan salah satu tempat perindukan vektor (nyamuk). Meskipun kenberadaan vektor di daerah ini padat namun vektor mempunyai

sifat antrofilik yaitu vektor lebih suka menggigit manusia, sedangkan zoofilik yaitu vektor lebih suka menggigit hewan. Pemberantasan nyamuk di wilayah masingmasing sangatlah berperan penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Selain dari pemberantasan nyamuk, pengobatan dan Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal penting untuk mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah di lakukan pada waktu malam hari. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa tidak di temukan adanya mikrofilaria dalam darah penduduk di Dusun Cijamban RT 01 RW 01 Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Ucapan Terima Kasih Sumber dana penelitian ini menggunakan biaya mandiri. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada suami, orang tua,dan semua pihak yang telah memberikan sarandan masukan yang bergunakan bagi kesempurnaan penelitian ini. Buku Pedoman Masal Filariasis, (2006). Departemen Kesehatan RI, Ditjen PP & PL, Jakarta. Onggowaluyo J.S, (2002). Parasitologi Medik I : Pendekatan Aspek Identifikasi Diagnosadan Klinis, EGC, Jakarta. Prianto J. L. A., Tjahaya P.U dan Darwanto.(2008) Atlas Parasitologi Kedokteran. Editor. Prof. Dr.dr. Pinardi Hadidjaja, MPH dan TM..Dr Srisari Gandahusada. Jakarta.Gramedia Pustaka Utama Safar, Rosdiana, Dr.,Hj., DAP, (2010).Parasitologi Kedokteran, Yrama widya, Bandung,. Sodarto.2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta. Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI,(2008).Parasitologi Kedokteran edisikeempat,balai Penerbit FKUI, Jakarta. Daftar Pustaka Departemen Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008. Djaenudin. N. & Agues.R. (2009). Parasitologi Kedokteran, ditinau dari organ tubuh yang diserang.jakarta, EGC. Irianto, Koes, (2009)Panduan Praktikum Parasitologi Dasar untuk Paramedis dan Medis, Yrama Widya, Bandung. Keputusan menteri kesehatan no 1582/Menkes/SK/XI/,