BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TENTANG KOLOSTRUM DI PUSKESMAS BAHU MANADO. Nensy Ratnawati Sukari Sefti Rompas Yolanda B.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS NORMAL 1-3 HARI TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RUANG NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. dari usia neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

ARIS SETYADI J

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari


Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada kehidupan pertama bayi, karena colostrum mengandung Zat kekebalan tubuh terutama immunoglobulin (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai zat infeksi dan zat ini tidak akan ditemukan dalam ASI selanjutnya atau dalam susu formula. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu dan terbagi tiga yaitu Colostrum, ASI Masa Transisi dan ASI Matur (Khairuniyah, 2011). Masalah yang sering dijumpai kebiasaan yang salah yang dilakukan ibu Indonesia dalam menyusui bayinya yaitu memberikan cairan ASI yang sudah berwarna putih dan cairan yang kental berwarna kuning atau colostrum dibuang karena dianggap menyebabkan sakit perut, oleh karena itu sebelum susu matur (ASI) keluar, bayi diberi makanan pengganti seperti air gula dan madu, akibat dari kurangnya pemahaman tersebut maka merugikan kesehatan bayi itu sendiri (Aminah, 2012). Menurut data UNICEF (United Nations International Children s Emergency Found) tahun 2006, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. Menurut SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007 cakupan ASI masih 53,5%, pemberian ASI kepada bayi satu jam paska persalinan hanya 9%, sedangkan pemberian ASI kepada bayi pada hari pertama setelah kelahirannya adalah 51,7%. WHO (World Health Organization) menyebutkan angka kejadian gizi buruk pada balita di Indonesia tahun 2002 meningkat 8,3% dan gizi kurang 27%. Tahun 2007 tercatat sebanyak empat juta balita Indonesia mengalami gizi kurang dan 700 ribu anak dalam kategori gizi buruk. 1

2 Sebanyak 3 juta anak di antaranya meninggal tiap tahun akibat gizi kurang. Data WHO tahun 2000 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi yang cukup tinggi di dunia pada tahun 2012 yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (Sariana, 2015). Rendahnya tingkat pemberian colostrum menjadi salah satu pemicu status gizi bayi dan balita di Indonesia rendah (Kodrat, 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 November 2015 di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo didapatkan hasil dari 10 orang ibu nifas, 4 ibu nifas berpengetahuan kurang, 3 orang ibu nifas berpengetahuan cukup, dan 3 orang ibu nifas memiliki pengetahuan baik mengenai cairan colostrum. Masih banyak ibu yang kurang mengetahui tentang pentingnya pemberian colostrum pada bayi baru lahir tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang disebabkan informasi yang tidak tersampaikan dengan baik, hal itu didukung oleh fenomena yang didapatkan peneliti pada saat melakukan praktik profesi I di RSUD dr. Soedono Madiun, salah satu ibu nifas membuang colostrumnya dikarenakan colostrum tersebut dianggap kotor, dan mengandung obat yang tidak seharusnya diberikan kepada bayi. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu tentang ASI khususnya colostrum masih kurang (Roesli, 2008). Pemahaman masyarakat bahwa susu yang keluar pertama kali adalah susu basi atau kotor sehingga harus dibuang terlebih dahulu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Pemahaman ini umumnya turun temurun dari ibu atau neneknya dengan bersumber pada asumsi, latar belakang budaya dan keyakinan serta ketidaktahuan individu. Roesli (2008) mengungkapkan bahwa hal-hal yang

3 menyebabkan ibu nifas tidak memberikan colostrum dengan segera diantaranya, colostrum tidak keluar atau jumlah colostrum tidak memadai, colostrum dianggap kotor dan tidak seharusnya diberikan pada bayi, colostrum tidak baik dan berbahaya bagi bayi serta bayi takut kedinginan. Sesaat setelah bayi lahir, tanpa dibedong bayi langsung ditelungkupkan di dada atau di perut ibu dengan tujuan agar kulit ibu dengan si bayi terjadi kontak langsung, kemudian ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Kulit ibu bersifat termoregulator atau thermal synchrony bagi suhu bayi. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) tidak hanya mensukseskan pemberian ASI ekslusif tetapi juga berperan penuh untuk menyelamatkan bayi dari bahaya hipotermi (Mashudi, 2011). Setelah melahirkan pada hari pertama sampai dengan hari ketiga, ibu megeluarkan suatu jenis susu kental yang berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental yang disebut colostrum. Colostrum mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang mempunyai keuntungan sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan usus bayi baru lahir untuk mempersiapkan saluran pencernaan, kadar protein terutama globulin (gama globulin) yang tinggi dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi dan zat antibodi yang mampu melindungi tubuh dari berbagai penyakit untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Depkes RI, 2005). Pemberian colostrum membantu ibu nifas memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian colostrum membuat rahim berkontraksi dengan baik dan memperlambat perdarahan. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan, oleh karena itu, jika colostrum tidak diberikan pada masa nifas sesegera mungkin, akan

4 mengakibatkan proses pemulihan setelah persalinan menjadi terhambat, selain itu dampak bagi bayi jika tidak diberikan colostrum adalah daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terserang berbagai penyakit (Suherni, dkk, 2009). Salah satu cara mengatasi penyebab kematian bayi yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu sesegera mungkin setelah bayi lahir yang biasa disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya infeksi, seperti ISPA, diare, dan campak, tetapi penyebab yang mendasari pada 54% kematian bayi adalah gizi kurang (Pitri, 2009). Selain itu disarankan bagi tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui (Nazara, 2007). Untuk itu melalui program penyuluhan ibu nifas baik yang baru melahirkan pertama kali maupun lebih dari satu kali akan mengerti tentang manfaat colostrum, karena meskipun ibu nifas yang sudah pernah melahirkan belum tentu mengerti apa itu cairan colostrum, pentingnya manfaat colostrum serta dampak bagi bayi apabila tidak segera diberi colostrum. Faktor pengetahuan, pendidikan, dan sumber informasi dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pertamanya (kolostrum) kepada bayi baru lahir, namun banyak disertai dengan faktor persepsi, sikap, sosial, budaya, dukungan sosial dan faktor ketidakmampuan tenaga kesehatan untuk memotivasi dalam pemberian ilmu bagi ibu yang menyusui (Nazara, 2007). Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih baik, tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Jadi semakin tinggi pendidikan ibu nifas maka tingkat pengetahuan tentang colostrum lebih baik, karena pada umumnya makin tinggi pendidikan

5 seseorang akan semakin mudah menerima informasi dan mempunyai banyak pengetahuan (Nursalam, 2003). Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas 0-3 Hari Tentang Colostrum di RSU Muhammadiyah Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas 0-3 Hari Tentang Colostrum Di Rumah Sakit Muhammadiyah Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas 0-3 Hari Tentang Colostrum Di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis 1. Bagi Peneliti Mengembangkan pengetahuan penelitian dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang metode penelitian dalam masalah nyata yang ada dalam masyarakat 2. Bagi Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar atau sumber data untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengetahuan ibu nifas tentang colostrum.

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Tempat Penelitian Dapat digunakan untuk meningkatkan program pelayanan khususnya penyuluhan bagi ibu nifas tentang colostrum 2. Bagi Ibu Nifas Dapat menjadi sumber informasi kesehatan tentang colostrum bagi ibu nifas. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain: 1. Sukari, Nensy Ratnawati (2014). Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Colostrum Di Puskesmas Bahu Manado. Desain penelitian ini adalah Deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bahu Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum dengan jumlah 114. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 57 responden dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Perbedaan peneliti dengan penelitian tersebut adalah peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah populasi 1391 (Januari-Desember 2015) dengan Rata-rata 116/bulan, Sampel 34 Ibu Nifas dan tempat penelitian berada di RSU Muhammadiyah Ponorogo. Sedangkan persamaan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti penelitian deskriptif, dengan variabel Pengetahuan. 2. Rumiyati, Eni (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Pertama (Colostrum) Di Rumah Bersalin An-

7 Nissa Surakarta. Metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan waktu cross sectional, analisa data dengan uji Chisquaredengan menggunakan teknikincidental Sampling. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, dan dengan jumlah sampel 30. Perbedaan peneliti dengan penelitian tersebut adalah peneliti hanya menggunakan satu variabel, desain penelitian korelasi dan peneliti hanya meneliti penelitian deskriptif, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah populasi 1391 (Januari- Desember 2015) dengan Rata-rata 116/bulan, Sampel 34 Ibu Nifas dan tempat penelitian berada di RSU Muhammadiyah Ponorogo. Sedangkan persamaan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti variabel pengetahuan. 3. Papona, dkk (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Pemberian Colostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ulu Kecamatan Siau Timur Kabupaten Kepulauan Sitaro. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas berjumlah 20 orang dengan sampel 20 orang dengan teknik total sampling. Perbedaan peneliti dengan penelitian tersebut adalah desain penelitian korelasi dan peneliti hanya meneliti penelitiandeskriptif. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, denganjumlah 1391 (Januari-Desember 2015) dengan Rata-rata 116/bulan, Sampel 34 Ibu Nifas dan tempat penelitian berada di RSU

8 Muhammadiyah Ponorogo. Sedangkan persamaan dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti variabel pengetahuan.