Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN MATA KULIAH...

MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH SEBAGAI BASIS KUALITAS PENDIDIKAN

Teori dan Praktek Evaluasi Program DIAN PERMATASARI K.D

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

Makalah Akuntasi Sektor Publik. Akuntansi Manajemen Sektor Publik

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

II. KERANGKA PEMIKIRAN

09Ilmu. Penelitian Evaluasi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

EKONOMI. unlimited human s wants and needs. scarcity resources

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SAGE PUBLICATION CALIFORNIA,

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EKONOMI TEKNIK. Pendahuluan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas ini, perubahan dan mobilitas keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan. kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, public authorities, maupun swasta. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang merosot tajam. Ditambah dengan semakin melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. telah go publik di pasar modal. Di Indonesia sudah banyak perusahaan yang

EVALUASI PROYEK. A, 6.1 dan B DR. MUNAJAT, S.P., M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

MATAKULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) PERMASALAHAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR 3

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi. Oleh: Kiromim Baroroh

III. METODE PENELITIAN

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang sedang terjadi. dalam menanam modalnya di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian dunia

INISIASI PROYEK PERTEMUAN 3

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA BERPIKIR 3.2 METODE PENELITIAN Pengumpulan data. Penelitian ini memulai dari studi penentuan objek Penelitian,

PERTEMUAN III INISIASI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berkepanjangan membuat lesunya kegiatan perekonomian. Kondisi seperti ini

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

Transkripsi:

Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/0907796

MENGUKUR EFESIENSI 1.Mengukur program yang telah dilaksanakan 2.Mengukur sejauh mana hasil yang diinginkan 3. Mengukur yang diperlukan untuk pengelola program., Stakeholder, dan pembuat kebijakan. Tujuan Pengukuran dilakukan sebagai pertimbangan penting memutuskan : a. Memperluas Program b. Melanjutkan Program c. Menghentikan Program

Menilai efektivitas program, Tayibnafis (2000:23-36) Pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.

Pendekaatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented approach). Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Pendekatan ini amat wajar dan prakits untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan dicapai.

Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision focused approach). Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.

Pendekatan yang berorientasi pada pemakai (the user oriented approach). Pendekatan ini memfokuskan pada masalah utilisasi evaluasi dengan penekanan pada perluasan pemakaian informasi. Tujuan utamanya adalah pemakaian informasi yang potensial. Evaluator dalam hal ini menyadari sejumlah elemen yang cenderung akan mempengaruhi kegunaan evaluasi, seperti caracara pendekatan dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, situasi seperti kondisi yang telah ada (pre-existing condition), keadaan organisasi dengan pengaruh masyarakat, serta situasi dimana evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Dalam pendekatan ini, teknik analisis data, atau penjelasan tentang tujuan evaluasi memang penting, tetapi tidak sepenting usaha pemakai dan cara pemakaian informasi.

Pendekatan yang responsif (the responsive approach). Pendekatan responsif menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah evaluasi yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, berminat, dan berkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator menghindari satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang diperoleh dengan memakai tes, kuesioner, atau analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik. Evaluator mencoba menjembatani pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau menguraikan kenyataan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami ihwal program melalui berbagai sudut pandang yang berbeda.

EFESIENSI Efisiensi penilaian : biaya-manfaat analisis efektivitas biaya memberikan kerangka acuan untuk biaya yang berkaitan dengan hasil program. Dalam analisis biaya-manfaat, baik program input dan hasil yang diukur dalam satuan moneter, dalam analisis efektivitas biaya, input diperkirakan dalam istilah moneter dan hasil dari segi dampak sebenarnya (misalnya, jumlah hari atau perbaikan kecacatan dalam nilai membaca). Biaya-manfaat dan analisis efektivitas biaya menyediakan informasi untuk membuat keputusan mengenai alokasi sumber daya di samping itu, mereka sering berguna dalam memperoleh dukungan dari kelompok-kelompok perencanaan dan konstituen politik yang menentukan nasib upaya intervensi sosial.

Tahap Perencanaan 3. Biaya-manfaat dan efektivitas biaya studi dapat dilakukan selama tahap perencanaan. 4. Analisis ex ante dibatasi oleh ketersediaan data yang dibutuhkan, sering layak untuk melakukan baik biaya-manfaat atau analisis efektivitas biaya sebagai bagian dari penilaian hasil proyek.

KONSEP PENGUKURAN EFESIENSI 1. Akuntansi Perspektif: Perspektif yang mendasari keputusan kategori barang dan jasa untuk memasukkan sebagai biaya atau keuntungan dalam analisis. 2. Manfaat:. mencakup baik efek langsung dan tidak langsung. 3. Manfaat-ke-Rasio Biaya: Biaya-Manfaat Manfaat diskon total dibagi dengan total biaya diskon. 4. Analisis: Efisiensi ekonomi dari sebuah program dinyatakan sebagai hubungan antara biaya dan hasil, biasanya diukur dalam istilah moneter.

LANJUTAN 5. Efektivitas biaya: Efektivitas program dalam mencapai hasil intervensi yang diberikan dalam kaitannya dengan biaya program. Masukan, baik langsung maupun tidak langsung, diperlukan untuk menghasilkan sebuah intervensi. 6. Biaya: Discounting Perlakuan waktu dalam menilai biaya dan manfaat, yaitu penyesuaian biaya dan manfaat bagi mereka nilai-nilai sekarang, membutuhkan pilihan discount rate dan kerangka waktu.

LANJUTAN 7. Distribusi Efek: Dampak program-program yang dihasilkan dalam redistribusi sumber daya dalam populasi umum 8. Analysis Ex Ante Analisis Efisiensi Analisis efisiensi dilakukan sebelum pelaksanaan program untuk memperkirakan hasil bersih dalam kaitannya dengan biaya, biasanya dilakukan sebagai bagian dari perencanaan program.

LANJUTAN 9 Ex Post Analisis Efisiensi Analisis efisiensi berikutnya dilakukan untuk mengetahui program hasil bersih efek 10 Eksternalitas (sekunder atau efek spillover): Efek dari sebuah program yang membebankan biaya pada orangorang atau kelompok yang tidak target. 11. Internal Rate of Return Nilai yang dihitung untuk tingkat diskonto yang diperlukan untuk total manfaat program diskon yang sama total biaya program diskon.

LANJUTAN 12.Net Manfaat: Manfaat diskon total dikurangi diskon total biaya (juga disebut net rate of return). 13. Biaya kesempatan: Nilai kesempatan yang hilang karena proyek intervensi

14. Harga bayangan (Shadow Prices) Diestimasikan atau perkiraan biaya barang dan jasa ketika barang dan jasa tersebut tidak dinilai secara akurat dalam pasar saat ini. Harga bayangan juga kadangkadang digunakan ketika harga pasar ada tetapi tidak sesuai karena peraturan

Aspek Efisiensi program 1. Prosedur teknis 2. Politik atau moral 3. Hasil evaluasi studi dalam hal efisiensi perspektif dan nilai-nilai sponsor, stakeholder, target, dan evaluator sendiri (apa yang disebut sebagai "perspektif akuntansi").

METODOLOGI DARI ANALISIS BIAYA- MANFAAT Ada tiga perspektif akuntansi dapat digunakan untuk menganalisis proyek-proyek sosial yaitu (1) individu peserta atau target, (2) program sponsor, dan (3) komunal agregat, atau masyarakat yang terlibat.

Daftar Biaya dan Manfaat untuk Upward Bound Evaluasi UP Bound evaluasi adalah perbaikan program pendidikan di tingkat sekolah tinggi, yang dikembangkan pada 1960-an. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi potensi tinggi pemuda yang kurang beruntung tidak akan mungkin untuk pergi ke perguruan tinggi dan untuk menyediakan perguruan tinggi. Data evaluasi juga mencakup informasi tentang peserta non-kakak dari peserta.

analisis biaya-manfaat Dari evaluasi besar dari program pascapengalaman siswa yang telah mengikuti program selama beberapa tahun. Data evaluasi juga mencakup informasi tentang peserta non peserta. Dari sudut pandang peserta, manfaat dan biaya yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Meningkat setelah pajak pendapatan seumur hidup, diukur berdasarkan pencapaian pendidikan akhir diharapkan peserta dan non-peserta. 2. Gaji yang dibayarkan kepada peserta selama program. 3. Peningkatan beasiswa dan kuliah kehadiran hibah untuk Upward Bound siswa.

4. Tambahan biaya pendidikan yang dituntut dari siswa Upward Bound karena lebih tinggi tingkat kehadiran kuliah. 5. Biaya tambahan Upward Bound siswa sementara di perguruan tinggi. 6. Penghasilan hilang oleh Upward Bound siswa sementara di perguruan tinggi. 7.Transfer pendapatan atas hilang seumur hidup oleh Upward Bound siswa (misalnya, pengangguran dan kesejahteraan).

KESIMPULAN analisis Efisiensi menyediakan kerangka kerja bagi program yang berkaitan biaya untuk hasil. analisis biaya-manfaat manfaat untuk membandingkan secara langsung biaya sepadan (moneter) istilah, analisis efektivitas biaya berkaitan dinyatakan dalam istilah moneter untuk unit tujuan substantif

Efisiensi analisis menggunakan berbagai asumsi dan dapat menghasilkan corre spondingly hasil yang berbeda tergantung pada akuntansi perspective yang diambil: bahwa sasaran individu atau peserta program Sponsors, atau komunitas atau masyarakat. Perspektif yang harus diambil tergantung pada konsumen dimaksudkan analisis dan dengan demikian dalam volves pilihan politik.

Pembiayaan Pendidikan Dua konsep penting pembiyaan pendidikan, yaitu biaya (cost) dan manfaat (benefit) pendidikan. biaya pendidikan itu sendiri terdapat empat agenda kebijaksanaan yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu : (1) besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan (revenue), (2) aspek keadilan dalam alokasi anggaran, (3) aspek efisiensi dalam pendayagunaan angaran, serta (4) anggaran pendidikan dan desentralisasi pengelolaan.

LANJUTAN Efisiensi Pendayagunaan Anggaran Pendidikan; bukan satu-satunya faktor yang menentukan berhasilnya pengembangan kualitas SDM, besarnya anggaran pendidikan pasti bermanfaat untuk mempercepat upaya peningkatan mutu pendidikan jika didayagunakan secara efisien. Agenda pembiayaan pendidikan ini berkaitan erat dengan dua konsep efisiensi teknis, yaitu :

(1) efisiensi internal, penggunaan dana yang efektif atas dasar komposisi item-item pengeluaran yang paling tepat (misalnya Ketenagaan, sarana-prasarana, biaya operasional, pengelolaan, dsb.) untuk mencapai produktivitas yang paling tinggi; dan (2) efisiensi eksternal, yaitu penggunaan anggaran menurut komposisi jenis atau jenjang pendidikan (dasar, menengah, tinggi, pendidikan umum vs kejuruan, pendidikan akademis vs profesional, dsb.) yang paling memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

LANJUTAN Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin kecil peranan pemerintah dalam pembiayaan, dan semakin besar pembiayaan yang perlu ditanggung oleh sektor swasta dan rumah tangga. Sebagai sektor produktif (productive goods) pendidikan kejuruan, keahlian, dan pendidikan profesional merupakan investasi swasta dan perorangan dan oleh karena itu anggaran pemerintah harus relatif kecil yang lebih berfungsi sebagai subsidi (public outlay) saja.

APLIKASI EFESIENSI DALAM PENDIDIKAN Efisiensi pendidikan Kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasii yang diperoleh atau disebut pula sebagai doing the things right (mengerjakan sesuatu dengan benar).

Ciri-Ciri (1) merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan kondisi peserta didik; (2) pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, seperti misalnya lingkungan atau latar yang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, dan pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan;

(3) usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak^auh, pembelajaran terbuka tanpa harus membangun gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap; (4) mempertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternative tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan

SEKIAN TERIMA KASIH