BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERFORMANSI QUALITY OF SERVICE PADA VIRTUAL ROUTER REDUNDANCY PROTOCOL MENGGUNAKAN MIKROTIK ROUTERBOARD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

IMPLEMENTASI NETWORK ATTACHED STORAGE (NAS) BERBASIS NAS4FREE UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN (Studi Kasus : PT Pusat Media Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

DESAIN DAN ANALISA INFRASTRUKTUR JARINGAN WIRELESS DI PDII-LIPI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NETWORK DEVELOPMENT LIFE CYCLE (NDLC)


BAB 3. ANALISIS SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENGEMBANGAN

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

BAB 1 PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi berbasis Multiprotocol Label Switching (MPLS).

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) JARINGAN INTERNET DI SMK TELKOM MEDAN

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS MEKANISME REDUNDANCY GATEWAY DENGAN MENGGUNAKAN PROTOKOL HSRP DAN VRRP

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB III METODE PENELITIAN

Muhammad Rizki Syahputra¹, Rendy Munadi ², Indrarini Dyah Irawati³. ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Analisa Quality of Service (QoS) Trafik Multimedia Pada Pemodelan Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Menggunakan Router Mikrotik

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN METROPOLITAN AREA NETWORK DENGAN INTERNET PROTOCOL VERSI 4 DAN VERSI 6

BAB 1. PENDAHULUAN.

BAB III PERENCANAAN SISTEM

ANALISIS KINERJA JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING

Bab 3 Metode Perancangan

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM KEAMANAN JARINGAN DI INTERNET MENGGUNAKAN IPCOP PADA PT.INDO BAGUS SLAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan. suatu jaringan dapat membantu meningkatkan hal tersebut.

PENGUKURAN QOS PADA JARINGAN STMIK PALCOMTECH

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

CARA MENJALANKAN PROGRAM

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP

ANALISIS QUALITY OF SERVICE JARINGAN WIRELESS SUKANET WiFi DI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

PERANCANGAN SISTEM Perancangan Topologi Jaringan Komputer VPN bebasis L2TP dan IPSec

MODUL 11 QoS pada MPLS Network

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

5. QoS (Quality of Service)

MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS

MODUL 9 PENGUKURAN QoS STREAMING SERVER

BAB I PENDAHULUAN. harinya menggunakan media komputer. Sehingga banyak data yang disebar

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER

Analisa QOS (Quality of Services) pada Implementasi IPV4 dan IPV6 dengan Teknik Tunneling

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB II LANDASAN TEORI. Pada standart IEEE terminologi dari distribution system adalah sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. jaringan. Topologi jaringan terdiri dari 3 client, 1 server, dan 2 router yang

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

Spanning-Tree Protocol

Penerapan Virtual Routing Forwarding dan Route Leaking untuk Routing IP Address dan Subnet yang sama pada Mikrotik di STMIK Musirawas Lubuklinggau

RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

Fundamental Internetworking Development & Design Life Cycle

Analisis Kualitas Layanan Virtual Router Redundancy Protocol Menggunakan Mikrotik pada Jaringan VLAN

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

7.1 Karakterisasi Trafik IP

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar

Bab 2. Tinjauan Pustaka

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perancangan dan Implementasi Penyimpanan Data Recording. CCTV Berbasis Network Attached Storage. (Studi Kasus : TMC Semarang) Artikel Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 VRRP Virtual Router Redundancy Protocol (VRRP) adalah protocol yang dikembangkan oleh IEEE ini memiliki tujuan yang sama yaitu REDUNDANCY. Fungsi VRRP itu sendiri adalah menyediakan backup gateway, sehingga apabila primary gateway (master) failed traffic akan dilewatkan ke secondary gateway (backup) (Hinden. Robert, 2004). VRRP dirancang untuk digunakan di multiaccess, multicast maupun broadcast dengan menggunakan ethernet LAN. VRRP tidak dimaksudkan sebagai pengganti dari protokol dinamis yang ada. VRRP mendukung Ethernet, Fastethernet, Bridge Group Virtual Interface (BVI), Gigabit Ethernet interfaces dan pada Multiprotocol Label Switching (MPLS), Virtual Private Networks (VPNs). Mekanisme kerja dari protokol ini terimplemetasikan dalam sebuah Virtual router atau VRRP group. Virtual router merupakan sekumpulan router yang difungsikan untuk kebutuhan redundancy. Jumlah router yang dapat diaplikasikan bisa lebih dari satu untuk membentuk sebuah virtual router atau lebih. Pada VRRP akan ada sebuah router yang berperan sebagai master dan ada satu atau beberapa router yang berperan sebagai backup. High Availability sistem akan terjaga dengan aplikasi VRRP ini pada sebuah jaringan. Hal ini bisa terjadi karena ketika main-link mengalami down maka paket data masih tetap akan bisa dilewatkan melalui link lainnya. 5

Gambar 2.1 Gambaran umum VRRP 2.1.1 Cara Kerja VRRP Proses kerja pada VRRP melibatkan tiga state. State adalah kondisi yang dilalui oleh sistem VRRP ketika mekanisme sistemnya berjalan. State tersebut antara lain : a. Init State Tujuan dari state ini adalah untuk menunggu perubahan yang terjadi pada advertisement priority yang dikirimkan oleh router master kepada router backup. Jika nilai priority adalah 255 maka akan dikirim advertisement kepada router master untuk menjalankan fungsinya atau sistem akan menuju master state, selain itu juga dikirim paket ARP ke dalam jaringan VRRP. Namun jika nilai priority tidak sama dengan 255 maka state akan beralih menuju backup state. b. Backup State Ketika berada dalam backup state, router backup tidak merespon permintaan ARP dari client. dan tidak melakukan pengolahan traffic dari alamat IP yang berhubungan langsung dengan sistem VRRP. Tugas utama router ketika berada dalam state ini adalah menerima paket advertisement dari router master dan melakukan pengecekan apakah router master masih bekerja dengan baik. c. Master State Ketika berada dalam state ini, router VRRP merespon terhadap permintaan ARP dari client dan melakukan forwarding paket terhadap IP yang terkoneksi langsung. Router master secara berkala mengirimkan paket advertisement 6

terhadap router backup untuk menjaga hubungan koneksivitas jaringan VRRP. Ketika paket berhenti dikirimkan berarti router master mengalami down dan kinerjanya langsung dialihkan kepada router backup. Keuntungan dari VRRP : a) Redudancy : VRRP memungkinkan untuk mengkonfigurasi beberapa router sebagai default gateway router, yang mengurangi kemungkinan satu titik kegagalan dalam sebuah jaringan b) Load Sharing : VRRP dapat dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga lalu lintas ke dan dari klien LAN dapat digunakan bersama oleh beberapa router, sehingga dapat membagi beban lalu lintas yang tersedia secara lebih merata di antara router. c) Multiple Virtual Router : VRRP mendukung hingga 255 virtual router (VRRP group) pada sebuah router physical interface.beberapa dukungan router virtual memungkinkan untuk melaksanakan redudancy dan load sharing dalam topologi LAN. d) Multiple IP Addresses : Virtual Router dapat mengelola beberapa IP address, termasuk secondary ip address. Oleh karena itu, jika memiliki beberapa subnet yang dikonfigurasi pada Ethernet interface, VRRP dapat dikonfigurasikan pada setiap subnet. e) Preemption : Skema redundansi dari VRRP memungkinkan untuk membuat terlebih dahulu virtual router cadangan yang telah mengambil alih virtual router master yang gagal dengan prioritas yang lebih tinggi dari virtual router cadangan yang tersedia. f) Authentication : Pesan VRRP digest 5 (MD5) algoritma otentikasi melindungi VRRP-spoofing terhadap perangkat lunak dan menggunakan standar industri algoritma MD5 untuk meningkatkan kehandalan dan keamanan. g) Advertisement Protokol : VRRP menggunakan Internet Assigned Numbers Authority (IANA) dengan standard multicast address-nya (224.0.0.18). Skema pengalamatan ini meminimalkan jumlah router yang harus melayani multicasts dan memungkinkan peralatan tes untuk mengidentifikasi secara akurat paket VRRP pada segmen. 7

h) VRRP Object Tracking : VRRP Object Tracking menyediakan cara untuk memastikan router virtual master terbaik dari router VRRP untuk VRRP group dengan mengubah prioritas ke status Object Tracking seperti interface atau IP route states 2.1.2 Komponen VRRP Jaringan VRRP memerlukan beberapa komponen untuk melakukan mekanisme kerjanya. Komponen ini harus dikonfigurasi secara manual oleh seorang admin jaringan. Adapun komponen VRRP adalah sebagai berikut : a. Virtual Router (VR) Sebuah virtual router (VR) terdiri dari sebuah router owner atau router master dan satu atau lebih router backup. Keduanya akan berada di dalam satu jaringan yang sama dan terkonfigurasi dengan parameter di bawah ini : 1. Memiliki VRID (Virtual Router ID) yang sama 2. Memiliki konfigurasi virtual IP yang sama untuk tiap-tiap router 3. Router owner dan router backup terkoneksi dalam sebuah VR yang sama b. Virtual MAC address Karena sifat VRRP adalah virtual maka MAC address-nya pun juga virtual. RFC2338 menstandarisasi penggunaan MAC address untuk VRRP adalah 00:00:5E:00:01. Oktet terakhir dari MAC address tersebut adalah nilai integer VRID, sehingga apabila VRID sebuah sistem VRRP adalah 49 maka MAC address virtualnya akan menjadi 00:00:5E:00:31. Alamat MAC virtual ini tidak bisa dirubah secara manual karena telah menjadi standar internasional. c. Virtual IP address Virtual IP yang berada dalam jaringan VRRP harus sama. Pada router master alamat IP virtual harus sama degan alamat IP fisik. Sebagai contoh alamat IP virtual dan fisik pada router master adalah 192.168.1.1, sedangkan pada router backup alamat IP virtual adalah 192.168.1.1 tetapi alamat IP fisiknya adalah 192.168.1.2. 8

d. ARP (Address Resolution Protocol) ARP adalah protokol yang digunakan untuk pemetaan alamat MAC menuju alamat IP. ARP bertanggung jawab terhadap letak sebuah node VRRP pada jaringan. ARP berhubungan langsung dengan alamat virtual MAC dalam jaringan dan proses ARP request ini semuanya dilakukan oleh router master. e. Owner Owner dalam jaringan VRRP adalah sebuah router master yang bekerja di bawah sebuah virtual router. Owner harus diset priority-nya dengan nilai 255. Router master adalah komponen utama yang bekerja kita jaringan VRRP berfungsi. Router master atau owner ini memberikan paket advertisement terus menerus kepada router backup untuk menjaga stabilitas koneksinya. Paket advertisement ini dikirim melalui alamat IP multicast yang sudah distandarisasi dalam RFC-2338 yaitu 224.0.0.18 dan melalui protokol nomor 112. f. Backup Sebuah sistem VRRP sekurang-kurangnya harus terdiri dari sebuah router backup. Router backup harus dikonfigurasi dengan alamat IP virtual yang sama dengan router master. Nilai default dari priority router backup adalah 100. Ketika router master mengalami kegagalan, maka router backup dengan nilai priority tertinggilah yang akan mengambil-alih tugas dari router master. 2.2 Video Streaming Video streaming mengalirkan sebuah data video dari suatu transmitter ke sebuah atau beberapa komputer yang berfungsi sebagai receiver. Jadi receiver menerima video tersebut secara real-time dan receiver tidak dapat mengulang stream yang didapatnya. Video streaming biasanya digunakan pada kelas virtual atau konferensi video. Tapi tidak menutup kemungkinan juga video streaming dilakukan untuk mentransmit suatu video clip ataupun film ke client yang menjadi receiver. Secara umum metode streaming video sangatlah sederhana, yaitu dengan membagi video dalam beberapa bagian paket yang dienkode sebelum dikirim, 9

selanjutnya pada resicivier, oktet tersebut akan didekode agar bisa diputar. kegiatan seperti ini akan terus dilakukan sampai paket video telah terkirim sepenuhnya. Streaming sebenarnya adalah proses pengiriman data kontinu alias terusmenerus yang dilakukan secara broadcast melalui Internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada PC (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah dikompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui jaringan. Dulu, sebelum teknologi streaming semaju saat ini, client perlu men- download file streaming sampai habis (utuh) ke dalam komputer untuk bisa menonton atau mendengarkannya. Bayangkan berapa banyak waktu yang harus client buang untuk mengunduh file tersebut. Sekarang client semakin merasakan perkembangan teknologi streaming. Melakukan streaming audio atau bahkan video bisa dilakukan dengan mudah, tak perlu membuang banyak waktu untuk menunggu di depan komputer karena aplikasi di klien akan langsung menampilkan suara tanpa menunggu keseluruhan data selesai diambil. Client hanya perlu mengklik di satu link di situs yang memang menyediakan fasilitas streaming, menunggu sebentar proses loading dan buffering, dan siaran hiburan atau berita pun muncul di layar client. Tapi perlu diingat, diperlukan spesifikasi sistem yang sesuai untuk bisa cepat melakukan streaming 2.3 NDLC (Network Development Life Cycle) Menurut Goldman dan Rawles (2001:470) Network Development Life Cycle (NDLC) menggunakan pendekatan proses dalam komunikasi data dan menggambarkan siklus awal dan akhir dalam membangun sebuah jaringan komputer. 10

Gambar 2.2 Metodologi Network Development Life Cycle (NDLC) (Sumber : Applied Data Communications, A business-oriented Approach, James E. Goldman, Philips T. Rawles, Third Edition, 2001, John Wiley & Sons : 470) Adapun tahapan yang terdapat dalam metodologi NDLC adalah sebagai berikut : 1. Analysis Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan yang muncul, analisa keinginan user, dan analisa topologi / jaringan yang sudah ada saat ini. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini diantaranya ; a. Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait melibatkan dari struktur manajemen atas sampai ke level bawah / operator agar mendapatkan data yang konkrit dan lengkap. pada kasus di Computer Engineering biasanya juga melakukan brainstorming juga dari pihak vendor untuk solusi yang ditawarkan dari vendor tersebut karena setiap mempunyai karakteristik yang berbeda b. Survey langsung kelapangan, pada tahap analisis juga biasanya dilakukan survey langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil sesungguhnya dan gambaran seutuhnya sebelum masuk ke tahap design, survey biasa dilengkapi dengan alat ukur seperti GPS dan alat lain sesuai kebutuhan untuk mengetahui detail yang dilakukan. 11

c. Membaca manual atau blueprint dokumentasi, pada analysis awal ini juga dilakukan dengan mencari informasi dari manualmanual atau blueprint dokumentasi yang mungkin pernah dibuat sebelumnya. Sudah menjadi keharusan dalam setiap pengembangan suatu sistem dokumentasi menjadi pendukung akhir dari pengembangan tersebut, begitu juga pada project network, dokumentasi menjadi syarat mutlak setelah sistem selesai dibangun. 2. Design Dari data data yang didapatkan sebelumnya, tahapan design ini akan membuat gambar design topology jaringan interkoneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Design bisa berupa design struktur topology, design akses data, design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran jelas tentang project yang akan dibangun. Biasanya hasil dari design berupa ; 1. Gambar-gambar topology (server farm, firewall, datacenter, storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan sebagainya) 2. Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada 3. Simulation Prototype : Pada tahap ini beberapa pengembang jaringan akan membuat rancangan dalam bentuk simulasi dengan bantuan Tools khusus di bidang network seperti BOSON, PACKET TRACERT, NETSIM, dan sebagainya, hal ini dimaksudkan untuk melihat kinerja awal dari network yang akan dibangun dan sebagai bahan presentasi. 4. Implementation : Dalam tahapan ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan sebelumnya. Dalam implementasi para pengembang jaringan akan 12

menerapkan semua yang telah direncanakan dan di design sebelumnya. Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari berhasil / gagalnya project yang akan dibangun dan ditahap inilah Team Work akan diuji dilapangan untuk menyelesaikan masalah teknis dan non teknis. Ada beberapa Masalah-masalah yang sering muncul pada tahapan ini, diantaranya ; 1. Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat, 2. Masalah dana / anggaran dan perubahan kebijakan 3. Team work yang tidak solid 4. Peralatan pendukung dari vendor Maka dari itu dibutuhkan manajemen project dan manajemen resiko untuk menimalkan sekecil mungkin hambatan-hambatan yang ada. 5. Monitoring : Setelah implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan yang penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Monitoring bisa berupa melakukan pengamatan pada ; 1. Infrastruktur hardware : dengan mengamati kondisi reliability / kehandalan sistem yang telah dibangun (reliability = performance + availability + security), 2. Memperhatikan jalannya packet data di jaringan ( pewaktuan, latency, peektime, troughput) 3. Metode yang digunakan untuk mengamati kesehatan jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau tersebar 13

Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah pendekatan Network Management, dengan pendekatan ini banyak perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat di monitor secara utuh. 6. Management : Di dalam manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah masalah Policy, kebijakan perlu dibuat untuk membuat / mengatur agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur Reliability terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis perusahaan tersebut. IT sebisa mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan strategi bisnis perusahaan. 2.4 QOS Quality of service atau QoS adalah kemampuan dari suatu Jaringan IP untuk memberikan layanan lebih bagus untuk suatu tipe data/traffic tertentu (biasanya yang penting), tentu saja dengan mengorbankan layanan untuk tipe data/traffic yang tidak terlalu penting. QoS didesain untuk membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. QoS merupakan suatu tantangan yang besar dalam jaringan berbasis IP dan internet secara keseluruhan. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang sama. QoS menawarkan kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan yang disediakan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 2.4.1 Parameter QoS Performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan kumpulan dari beberapa parameter besaran teknis, yaitu : 14

1. Bandwidth 2. Troughput 3. Delay 4. Jitter 5. Packet Loss 2.4.1.1. Delay Waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari suatu titik ke titik lain yang menjadi tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama (G. Almes, S. Kalidindi, S. M. Zekauskas, 1999). Perhitungan delay menggunakan persamaan berikut (Anjik. Rianto, 2008): Waktu tunda (t) = (Tr Ts) Keterangan : Tr : Waktu penerimaan paket (detik) Ts : Waktu pengiriman paket (detik) T : Waktu Simulasi (detik) t : Waktu pengambilan sampel (detik) Menurut versi TIPHON (Telecomunications and internet protocol harmonization over networks) parameter delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 2.1 QoS Delay Kategori Delay Sangat Bagus Bagus Jelek Sangat Jelek Besar Delay <150 ms <250 ms <350 ms >450 ms (Sumber : Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service DTR/TIPHON-05006.1999) 15

2.4.1.2 Jitter Jitter merupakan variasi kedatangan paket, hal ini diakibatkan oleh variasivariasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay, yang menunjukkan banyaknya variasi delay pada taransmisi data di jaringan (Demichelis. C, 2002). Cara perhitungan jitter dapat menggunakan rumus berikut : (Clark, Alan. 2003): Keterangan : jitter = Xi : Jumlah delay sesi ke-i (Xi + 1 Xi) N N : Banyaknya jitter yang terjadi Kategori kinerja jaringan berbasis IP dalam jitter versi TIPHON (Telecomunications and internet protocol harmonization over networks), mengelompokkan menjadi empat kategori penurunan kinerja jaringan berdasarkan nilai jitter seperti pada tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 QoS Jitter Kategori Jitter Sangat Bagus Bagus Sedang Jelek Besar Jitter 0 ms 75 ms 125 ms 225 ms (Sumber : Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service DTR/TIPHON-05006.1999) 2.4.1.3 Throughput Kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses dari sebuah channel komunikasi (Bradner, S,1991). Proses penghitungan parameter throughput menggunakan rumus sebagai berikut (Constantine, B, 2011) : 16

Throughput RWIN RTT Keterangan : RWIN : TCP Receive Window (jumlah data TCP yang diterima) RTT : Rount-Trip Time (total waktu pengiriman data) 2.4.1.4 Packet Loss Didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu terjadinya overload trafik di dalam jaringan, tabrakan (congestion) dalam jaringan, error yang terjadi pada media fisik (Almes, G. Kalidindi, S. Zekauskas, M, 1999). Penghitungan packet loss didapatkan dengan menggunakan fungsi yang sudah ada pada aplikasi wireshark yaitu dengan menggunakan command tcp.analysis.flags &&!tcp.analysis.window_update jika terdapat paket tcp yang jelek atau rusak seperti paket TCP retransmission maka packet tersebut lah yang kemudian dijumlahkan kemudian di rata rata kan. Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan dengan versi TIPHON (Telecomunications and internet protocol harmonization over networks, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.3 Qos Throughput Kategori Packet Loss Packet Loss Sangat Bagus 0 Bagus 3 Sedang 15 Jelek 25 (Sumber : Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service DTR/TIPHON-05006.1999) 17