budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

PUBLIKASI ILMIAH. oleh: YESI SERVIANA A

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULIUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara yang maju seperti Amerika, Jepang, atau Korea menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mempercepat modernisasi segala bidang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa. Perkembangan di segala aspek sangat kita harapkan. depan apalagi di Era Globalisasi seperti sekarang ini.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mutu peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu, untuk membentuk kepribadian individu yang cakap dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu bersaing. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan tujuan inti ialah memanusiakan manusia. Pendidikan dapat mendewasakan dan mengubah perilaku manusia menjadi lebih baik. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha mencerdaskan bangsa sebagimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Marsudi, dkk (2011: 31) yang berbunyi : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa maka pendidikan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian. Pendidikan yang bermutu sangatlah diperlukan guna mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan serta dapat bersaing. Pendidikan yang kita kenal tidak hanya berlangsung disekolah-sekolah melainkan bisa berlangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat. Tujuan dari setiap jenjang pendidikan adalah memberikan bekal kepada setiap peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi, mengembangkan kehidupannya, dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Begitu juga dengan tujuan sekolah menengah yang tertera dalam PP No. 29 Tahun 1990 yaitu meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan bimbal balik dengan lingkungan sosial, 1

2 budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tehnologi dan kesenian. Pendidikan adalah suatu sistem, karena didalamnya terdapat komponen-komponen yang saling mendukung dalam rangka pencapaian tujuan yang membentuk satu-kesatuan. Satu komponen menentukan keberhasilan komponen yang lain. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kerjasama serta manajemen yang baik agar tujuan yang dimaksud dapat terwujud. Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan dan setiap organisasi yang ada didalamnya disebut dengan sistem. Mudhoffir (1986) dalam Marsudi, dkk (2011: 52) menyebutkan ciri-ciri sistem yang dirinci sebagai: (1) Tujuan, (2) fungsi, (3) komponen, (4) interaksi atau saling hubungan, (5) penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, (6) proses transformasi, (7) umpan balik, (8) daerah batasan dan lingkungan. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang berkaitan dengan usaha-usaha anggota organissai dalam pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Manajemen memiliki peran yang besar dalam memberikan kepuasan kepada stake holder pendidikan yang salah satunya adalah peserta didik. Dalam dunia pendidikan, sekolah selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggannya baik pelanggan internal ataupun eksternal. Peserta didik adalah pelanggan yang sangat penting untuk dikelola dengan tujuan mendapatkan kepuasan. Handoko dan Asa ad mengartikan kepuasan adalah sebagai penilaian atau cerminan dari perasaan (Setiawan, 2012: 164). Kepuasan siswa merupakan suatu sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dan dibutuhkan dengan kenyataan yang diterima (Sopiatin, 2010: 33). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan belajar adalah sikap emosional yang bersifat menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diwujudkan dalam sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku kearah yang lebih baik karena harapannya

3 tercapai. Kepuasan belajar masing-masing peserta didik berbeda-beda, tergantung seberapa banyak aspek-aspek dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan keinginan mereka. Teori isi menekankan pentingnya pengertian akan faktor-faktor internal individu, kebutuhan atau motif, yang menyebabkan mereka memilih kegiatan, cara dan perilaku tertentu untuk memuaskan kebutuhan yang dirasakan (Handoko 2011: 256). Peserta didik memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu menerima pembelajaran dengan baik sebagaimana telah dijelaskan Sardiman (1996: 111). Sejalan dengan hal tersebut harapan dari setiap guru adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh peserta didik secara tuntas. Tuntas karena hasil belajar yang tinggi serta tuntas dalam memahami materi. Hal tersebut tentunya akan memberikan kepuasan belajar kepada peserta didik karena kepuasan mampu memberikan dorongan positif atau motivasi kepada peserta didik. Oleh karena itu motivasi sangatlah penting bagi siswa ataupun guru. Bagi siswa motivasi dapat menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan sebaya (Dimyati 2006: 85). Selain itu dengan motivasi siswa akan sadar kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. Kepuasan siswa sangat tergantung pada persepsi dan harapan mereka terhadap sekolah yang dipengaruhi oleh kebutuhan akan pendidikan dan keinginan untuk dapat berprestasi. Semakin ketatnya persaingan di era globalisasi dan tuntutan persaingan, maka tidak heran jika setiap lembaga pendidikan selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Ditambah dengan persaingan di dunia kerja maka peran SMK sangatlah membantu untuk mengurangi pengangguran. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan diri, baik melalui pendidikan formal, informal, atau nonformal. Diberikannya Mata Pelajaran Kewiausahaan diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada peserta didik untuk siap menjadi wirausahawan dengan pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil resiko untuk memulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba (Machfoedz, 2005: 9). Tujuan dari kewirausahaan adalah menuntut peserta didik agar mampu berfikir dan bertindak kreatif dan inovatif.

4 Mata pelajaran Kewirausahaan diharapkan dapat mencetak generasi-generasi yang kreatif dan inovatif agar mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya bahkan untuk orang lain. Rendahnya lapangan pekerjaan dan softkill yang dimiliki oleh sebagian orang tidak menuntut kemungkinan pengangguran akan banyak terjadi. Bertolak dari standar kompetensi lulusan satuan pendidikan SMK yang dirumuskan BSNP diantaranya adalah menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tingkat sesuai dengan kejuruannya (dalam Sanjaya, 2010: 77). Namun dengan materi yang begitu luas, terkadang peserta didik hanya memahami sekilas mengenai materi tersebut. Pembelajaran yang kurang bersahabat membuat peserta didik bertanya-tanya karena belum paham. Saat appersepsi, sebagian besar dari mereka belum mampu memaparkan materi yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Ditambah dengan hasil post test yang diberikan setelah proses pembelajar selesai yang menunjukkan bahwa hasil yang diharapkan kurang memuaskan. Dari observasi yang dilakukan terhadap beberapa siswa SMK Muhammadiyah 01 Sambi ketika peneliti dalam Program Pengenalan Lapangan (PPL), mereka menyebutkan bahwa pembelajaran yang berlangsung kurang bersahabat. Suasana pembelajaran yang kurang nyaman mempengaruhi tingkat kepuasan siswa untuk belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan. Selain itu, keaktifan siswa saat pembelajaran di kelas sangatlah minim karena mereka merasa bosan dengan pembelajaran yang berlangsung tanpa adanya strategi pembelajaran yang berbeda. Banyak dari mereka yang merasa kurang puas dengan suasana pembelajaran didalam kelas sehingga mereka kurang termotivasi untuk belajar. Sopiatin (2010: 36) mengemukakan bahwa kepuasan siswa dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yang dapat menimbulkan kepuasan belajar siswa antara lain prestasi tinggi, harapan, dan bakat siswa sedangkan untuk faktor ekstrinsik meliputi kualitas mengajar guru, budaya sekolah, dan iklim sekolah. Kepuasan belajar pada umumnya dilihat dari

5 hasil atau prestasi belajar yang telah dicapai. Namun prestasi belajar tidaklah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kepuasan belajar (Murtafiah, 2009). Kemampuan berkomunikasi guru memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik. Proses belajarmengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua pihak, yaitu penyampai pesan dan penerima pesan. Kegiatan yang dilakukan adalah menginteraksikan sesuatu yang disebut dengan pesan karena interaksi akan selalu berkaitan dengan komunikasi (Sardiman, 1996: 7). Komunikasi yang efektif adalah jika aliran informasi dari dua arah (antara komunikator dengan komunikan) mampu direspon oleh keduanya. Komunikasi yang efektif merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik karena dengan efektifnya komunikasi memungkinkan komunikator dan komunikan sama-sama mengetahui tentang pesan yang mereka bicarakan. Dengan demikian, kesalahan dalam menerima pesan dapat dihindari. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru adalah pemegang kendali karena tanggungjawab terjadinya komunikasi oleh kedua belah pihak dalam kelas terletak pada pengajar karena keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggungjawab dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam berkomunikasi (Majid 2014: 292). Selain kemampuan berkomunikasi guru, keaktifan siswapun juga tidak kalah penting. Prinsip belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku (Sardiman, 1996: 95), oleh karenanya belajar harus membawa suatu perubahan tingkah laku yang didapat dari serangkaian kegiatan. Dengan belajar, peserta didik akan memperoleh pengalaman baru yang berguna bagi kehidupan mereka di dalam masyarakat. Peran guru dalam menciptakan aktivitas didalam kelas sangatlah diperlukan. Guru harus mampu membuat peserta didik untuk lebih aktif agar mereka mampu memperoleh pengetahuan. Rousseau dalam Sardiman (1996) memberikan penjelaskan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui betapa pentingnya keaktifan siswa. Siswa dituntut untuk aktif mengembangkan pengetahuan yang

6 guru berikan dalam kegiatan pembelajaran, bukan hanya sekedar menghafal saja. Pengembangan dan pembentukan diri peserta didik adalah diri mereka sendiri. Untuk menjadikan siswa aktif, tentu peran strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa karena guru memiliki peran sebagai sumber belajar sekaligus pemimpin dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Aktivitas yang dimaksud bukan terbatas pada aktivitas fisik, tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU DAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP KEPUASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 01 SAMBI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan belajar siswa pada Mata Pelajaran Kewirausahaan, yaitu faktor internal (pretasi belajar tinggi, harapan, dan bakat) serta faktor eksternal (kualitas guru mengajar, budaya sekolah, dan iklim sekolah). Ketidaksesuaian antara harapan siswa dengan kenyataan yang mereka dapatkan baik yang berasal dari lingkungan sekolah ataupun diri mereka sendiri akan berdampak timbulnya ketidakpuasan. Ketidakpuasan itulah yang dapat mengurangi motivasi siswa dalam belajar karena kepuasan itu sendiri mampu memberikan dorongan positif. Seperti yang dialami oleh siswa-siswa kelas X SMK Muhammadiyah 01 yang memiliki tingkat kepuasan rendah terhadap proses pembelajaran didalam kelas. Hal tersebut terjadi karena penyampaian informasi yang berlangsung dalam proses belajar- mengajar dalam kelas masih kurang efektif. Hal tersebut membuat siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran dikelas. Materi yang dibicarakan masih bersifat global yang memungkinkan peserta didik sulit untuk menerimanya. Selain itu aktivitas dalam pembelajaran dikelas yang belum

7 maksimal. Hal tersebut terlihat dari keaktifan siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat yang kurang. Bagi siswa yang kurang aktif mereka lebih tertarik untuk menyuruh temannya bertanya dibanding dengan dia bertanya sendiri. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkung masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Kepuasan belajar dibatasi pada kepuasan belajar pada proses pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan yang dilihat dari apa yang mereka dapatkan saat mengikut pelajaran. 2. Kemampuan komunikasi guru dibatasi pada kemampuan guru dalam menyajikan materi dan cara guru berinteraksi dengan siswa didalam kelas saat proses belajar-mengajar. 3. Keaktifan siswa dibatasi pada partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran didalam kelas. 4. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas x SMK Muhammadiyah 01 Sambi tahun ajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan hubungan yang ada pada pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh kemampuan komunikasi guru dalam proses pembelajaran terhadap kepuasan belajar siswa? 2. Adakah pengaruh keaktifan siswa terhadap kepuasan belajar siswa? 3. Adakah pengaruh kemampuan komunikasi guru dan keaktifan siswa secara bersama terhadap kepuasan belajar siswa?

8 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumya, maka tujuan penelitian ini yakni : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan komunikasi guru dalam proses pembelajaran terhadap kepuasan belajar siswa. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keaktifan siswa terhadap kepuasan belajar siswa. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan komunikasi guru dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa secara bersama terhadap kepuasan belajar siswa. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Kelas Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam proses pembelajaran dan merangsang keaktifan siswa agar siswa lebih paham dalam menerima materi pembelajaran. b. Bagi Siswa Memberikan masukan siswa untuk menjalin komunikasi yang baik kepada guru dan meningkatkan keaktifan mereka dalam pembelajaran agar kepuasan belajar mereka dapatkan. c. Bagi Penulis Diharapkan mampu mengetahui kondisi sebenarnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan belajar siswa sekaligus sebagai bekal pengetahuan nanti saat peneliti terjun di dunia pendidikan.