2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

yang sesuai standar, serta target pembelajaran dan deadline terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Neneng Anisah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami fenomena alam. Kegiatan tersebut bisa berupa percobaan, video simulasi dan lain-lain. Pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2008) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap kondisi tertentu. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal, bukan hanya menuntut peserta didik sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Sains adalah tubuh pengetahuan yang menggambarkan urutan dalam alam dan penyebab urutan itu. Sains adalah aktivitas manusia yang berkelanjutan yang merupakan upaya kolektif, temuan, dan kebijaksanaan dari umat manusia, suatu kegiatan yang didedikasikan untuk mengumpulkan pengetahuan tentang dunia dan mengaturnya menjadi hukum dan teori-teori yang teruji. Selain itu, fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja 1

2 tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa proses pembelajaran IPA ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui serangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah. Dalam hal ini peserta didik harus mampu mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, menyusun dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen, menguji hipotesis melalui eksperimen, mengumpulkan data, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen. Dengan proses pembelajaran tersebut diharapkan hasil belajar peserta didik dapat memenuhi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan (Depdiknas, 2007). Namun, berdasarkan hasil observasi penulis di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung menunjukkan bahwa proses belajar mengajar fisika di kelas lebih dominan kepada proses menghafalkan fakta, prinsip atau teori. Selain itu, peserta didik lebih banyak mempelajari suatu konsep dengan cara mendengar informasi tanpa disertai dengan melakukan sendiri. Akhir-akhir ini pembelajaran baik di sekolah menengah tingkat pertama SMP maupun di sekolah menengah tingkat atas SMA hanya mengejar nilai Ujian Nasional setinggi mungkin tanpa memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang benar. Sebagian mata pelajaran dan aspek-aspek pembelajaran diabaikan dan hanya diarahkan pada penyelesaian soal-soal secara paksa, atau dengan kata lain para peserta didik di drill (Kardiawarman:1999). Di samping itu laboratorium IPA sering difungsikan untuk membuktikan rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang terlebih dahulu telah diajarkan melalui ceramah di kelas. Akibatnya, para guru merasa terbebani dengan harus adanya kegiatan praktikum IPA di Sekolah dan proses penerapan pola berpikir yang baik tidak pernah terjadi. Selain itu berdasarkan pengalaman peneliti yang telah melakukan studi pendahuluan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung melalui wawancara terhadap beberapa peserta didik ditemukan bahwa tidak semua peserta didik menyukai perhitungan, sehingga banyak peserta didik yang tidak bisa mengikuti

3 pembelajaran dengan baik dan fisika dipandang sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan sulit. Selain itu dalam pembelajarannya peserta didik tidak pernah melakukan eksperimen untuk mencari kebenaran konsep fisika sehingga peserta didik tidak terlatih mentalnya untuk menemukan konsep fisika dari percobaan. Oleh karena itu, perlu pendekatan lain yang bisa memberikan sudut pandang bahwa fisika itu bermakna dalam hidup. Kebermaknaan belajar tergantung bagaimana cara belajar (Madnesen, 1983). Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90% dari materi pembelajaran yang guru sampaikan. Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan pendekatan yang lebih aplikatif bagi peserta didik, yang bisa menjadikan peserta didik memiliki kemampuan ber-sains. Pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) diharapkan dan dipercaya bisa menjadi jawaban bagi permasalahan di atas, guna memberikan sudut pandang lain bagi peserta didik bahwa fisika bukanlah matematika. Fisika adalah suatu fenomena yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan mereka bisa ber-sains dalam kehidupannya untuk merasakan kebermaknaan dalam hidup. Pada Discovery Learning, peserta didik belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: hal 43). Penemuan konsep terjadi bila konsep tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan dengan model discovery learning peserta didik mampu mengorganisasi sendiri konsep yang diterimanya. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery bisa dilakukan dengan beberapa cara yakni: observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan

4 inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Sund dalam Malik, 2001: hal 219). Selain itu, discovery learning merupakan salah satu pendekatan sainstifik dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013. Dengan kata lain, proses pembelajaran yang berorientasi penemuan (discovery learning) merupakan ruh pada proses pembelajaran kurikulum 2013 yang diharapkan dan dipercaya dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek keterampilan dan hasil belajar, salah satunya prestasi belajar. Prestasi belajar menjadi salah satu aspek kemampuan yang harus dicapai peserta didik karena prestasi belajar menunjukkan tingkat penguasaan materi fisika yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti proses pembelajaran fisika berorientasi penemuan dan dampaknya terhadap prestasi belajar peserta didik. Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pembelajaran Fisika Berorientasi Penemuan Terhadap Prestasi Belajar Fisika Peserta Didik SMP Kelas VIII Pada Topik Hukum Newton.

5 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana prestasi belajar peserta didik SMP setelah diterapkan pembelajaran fisika berorientasi penemuan pada materi Hukum Newton? C. BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif menurut Benjamin S. Bloom, yang meliputi mengingat (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah memperoleh informasi terkait prestasi belajar peserta didik setelah diterapkan Pembelajaran Fisika Berorientasi Penemuan. E. MANFAAT PENELITIAN Bagi Guru, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembelajaran yang tepat agar hasil belajar peserta didik lebih baik dan mampu memahami konsep fisika. Bagi Peserta didik, penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep fisika dan menumbuhkan jiwa ilmiah dengan dilatihnya peserta didik untuk bisa menemukan konsep fisika sendiri serta menunjukan bahwa fisika ada dalam keseharian. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran berorientasi penemuan.

6 F. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan skripsi pada bagian ini akan dikemukakan sistematika penulisan yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh para mahasiswa di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Urutan yang tercantum dalam sistematika di bawah ini merupakan keterangan minimal yang harus dibahas. Dengan kata lain, suatu bab dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, misalnya bab tentang hasil-hasil penelitian yang relevan diuraikan berdasarkan sub topik yang diteliti. Sistematika penulisan karya ilmiah ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan kajian pustaka yang berisikan konsep-konsep mengenai pendekatan pembelajaran, pembelajaran berorientasi penemuan, langkah persiapan pembelajaran berorientasi penemuan, tahapan pembelajaran berorientasi penemuan, pendapat para pakar mengenai pembelajaran berorientasi penemuan, kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran berorientasi penemuan, prestasi belajar, taksonomi Bloom dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Bab III merupakan metode penelitian yang berisikan metode dan desain penelitian, subyek penelitian, instrument penelitian dan teknik pengumpulan data, prosedur penelitian dan alur penelitian, teknik analisis instrument penelitian, hasil uji coba instrument tes prestasi belajar, serta teknik pengolahan data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan sedangkan Bab V berisi mengenai kesimpulan dan saran.

7 Sistematika penulisan karya ilmiah ini dibuat untuk memberi gambaran perihal susunan dan rencana isi tiap bab yang akan disusun. Hal ini dikarenakan bab I (pendahuluan) merupakan bab awal yang harus diajukan ke ujian proposal sebelum bab yang lain dibuat. Dengan demikian, dosen yang memeriksa/menguji kelayakan rencana penelitian akan lebih jelas melihat arah penelitian. Dan biasanya, walaupun karya ilmiah telah selesai dilakukan dan diujikan sub bab ini tetap ada di mana isinya disesuaikan dengan perkembangan penulisan penelitian. Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi maka akan dijelaskan beberapa istilah yang menjadi variabel penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Fisika yaitu rancangan suatu tahapan pembelajaran sebagai acuan bagi guru dalam mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini berbasis pada pendekatan discovery atau penemuan. Sehingga dalam model pembelajaran ini peserta didik melakukan percobaan mengenai Hukum Newton. 2. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar peserta didik pada ranah kognitif yang diukur melalui pretest dan posttest berbentuk pilihan ganda terhadap pokok bahasan yang dipelajari, meliputi jenjang mengingat (Recall/C1), pemahaman (Comprehension/C2), dan penerapan (Application/C3).