BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
2.2.1 ARSITEKTUR WIRELESS LAN INTERFERENSI JANGKAUAN DESAIN WIRELESS LAN KEAMANAN WIRELESS LAN...

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN JARINGAN LOKAL PT. SVW BERBASISKAN TEKNOLOGI WIRELESS LAN

SEKILAS WIRELESS LAN

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Security Policy Development Life Cycle (SPDLC)

BAB III PEDOMAN-PEDOMAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ad-Hoc. Dalam segi keamanan, jaringan ad-hoc dapat di konfigurasi tanpa password (open) atau menggunakan 2 metode yaitu WEP dan WPA.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

A I S Y A T U L K A R I M A

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Jaringan Sekolah

IEEE n. Mariza Azhar, Gotama Edo Priambodo, Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Pengenalan Teknologi Wireless

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Jaringan Wireless. Komponen utama pembangun jaringan wireless. 1. PC Personal Computer)

WIRELESS SECURITY. Oleh: M. RUDYANTO ARIEF 1

Jaringan Wireless memiliki lebih banyak kelemahan dibandingkan dengan jaringan kabel.

PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Pengantar Teknologi SIA 1. Henny Medyawati Program Sarmag Universitas Gunadarma

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

Wireless Access Management

Dukungan yang diberikan

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. 4.1 Perancangan WLAN di Dinas Pariwisata. penempatan access point dipilih di tempat-tempat yang memang membutuhkan

Diagram skematik dari dua aplikasi pada wireless LAN dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini :

KARYA ILMIYAH TENTANG WIRELESS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VIII. Keamanan Wireless

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. terhadap hasil konfigurasi yang telah diimplementasikan. Adapun evaluasi yang

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL AD HOC MODE WLAN

BAB 1 PENDAHULUAN. internet wireless yang dapat diakses melalui notebook, PDA maupun

Pengertian Access Point Apa Fungsi Access Point?

Arsitektur untuk Mengamankan Jaringan Nirkabel

PERCOBAAN VII Komunikasi Data WLAN Indoor

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

LAPORAN PRAKTIKUM COMPUTER ARCHITECTURE AND ORGANIZATION. Konfigurasi Jaringan Peer to Peer dan Sharing Data / Folder Menggunakan Wireless Mode Ad Hoc

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 3 MEDIA KOMUNIKASI

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL

WLAN Devices & Infrastructures

Jaringan Wireless Ad Hoc

Bertukar Data dengan Wireless LAN

TEKNOLOGI JARINGAN TANPA KABEL (WIRELESS)

Otentikasi Jaringan Nirkabel Pada Frekuensi 2.4 GHz

BAB 4 KONFIGURASI DAN UJI COBA. jaringan dapat menerima IP address dari DHCP server pada PC router.

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tersebut. Adapun langkah-langkah implementasi sebagai berikut: 2. Instalasi dan konfigurasi perangkat lunak

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERINTAH MAGANG... SURAT KETERANGAN SELESAI MAGANG... INTISARI... ABSTRACT...

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC

BAB 4 IMPLEMENTASI Pemilihan Standarisasi Wireless

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

Fungsi Acces Point. 12:01 Network

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

BAB 2 LANDASAN TEORI. dapat menghubungkan dua komputer atau lebih untuk saling berkomunikasi

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH

Wireless Security. Certified Mikrotik Training Advance Wireless Class Organized by: Citraweb Nusa Infomedia (Mikrotik Certified Training Partner)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT)

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

Laporan Pratikum Instalasi Jaringan Komputer Jaringan Nirkabel

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

Protokol pada Wireshark

Analisis Kelemahan Keamanan pada Jaringan Wireless Aji Supriyanto

WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM

InSSIDer. Noviatur Rohmah Penegretian SSID dan inssider. Lisensi Dokumen:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dapat diketahui hasil sinyal Wi-Fi. 1. Pergerakan penumpang Terminal 3

Wireless LAN. Reesa akbar EEPIS-ITS

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

Ika Nur Khana

Pengamanan Jaringan Wireless Menggunakan PEAP Ms CHAP V2

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 SEKILAS JARINGAN DANA PENSIUN PERTAMINA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang II. Definisi Acces Point III. Fungsi Acces Point

STANDARISASI FREKUENSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

KEAMANAN WIRELESS. M. Salahuddien

Software Wireless Tool InSSIDer untuk Monitoring Sinyal Wireless

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

RESET MIKROTIK HARDWARE RB 133C. Cara ini biasanya digunakan ketika permasalah yang dihadapi cukup serius, misalnya:

Pengantar Wireless LAN. Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng PTIK UNIMA

BAB XIII. Wireless LAN dan Hotspot

Tinjauan Teknis Teknologi Perangkat Wireless dan Standar Keamanannya

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini untuk koneksi ke internet sudah bisa menggunakan wireless.

KONEKSI JARINGAN AD-HOC Oleh: Hanafi

Transkripsi:

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1 PERANCANGAN SISTEM 4.1.1 PEMILIHAN STANDARISASI WIRELESS Teknologi wireless yang akan digunakan disini adalah standarisasi internasional dari IEEE, yaitu standar 802.11. Standar ini terbagi lagi menjadi tiga, yaitu 802.11a, 802.11b, dan 802.11g. Pada perancangan ini akan digunakan standar 802.11g karena standar ini kompatibel dengan standar 802.11b. Ini berarti bahwa klien card 802.11b bisa bekerja dengan menggunakan access point 802.11g dan juga sebaliknya karena kedua standar ini sama-sama menggunakan jalur frekuensi 2,4 GHz. Standar 802.11g menawarkan kecepatan transfer data yang lebih cepat dari 802.11b, yaitu 54 Mbps. Lain halnya dengan standar 802.11a yang menggunakan jalur frekuensi 5 GHz. Standar ini tidak akan kompatibel dengan standar 802.11b maupun 802.11g karena menggunakan jalur frekuensi yang berbeda. Penggunaan standar 802.11a di Indonesia belum meluas seperti halnya 802.11b atau 802.11g sehingga akan susah dalam mendapatkan perangkat maupun layanan WLAN. 4.1.2 PEMILIHAN ANTENA Antena yang akan dipakai adalah antena omni-directional karena antena jenis ini memiliki coverage area ke segala arah (360 ). Antena ini bila diberikan gain yang besar akan memperluas coverage areanya secara horizontal dan memperkecil area vertikalnya. 77

78 Pola radiasi antena omni-directional dapat dianalogikan sebagai sebuah balon. Apabila bagian atas dan bawah balon itu ditekan maka balon yang semula bulat akan menjadi lonjong ke samping kiri kanan atau cakupan areanya meluas secara horisontal, dan bagian atas bawahnya menjadi mengecil. Dengan demikian antena omni-directional ini bisa memberikan cakupan area yang lebih luas dengan diberikannya gain yang besar sesuai dengan kebutuhan. Antena omni-directional dipandang cocok untuk diimplementasikan di dalam gedung karena hampir semua ruangan dan divisi membutuhkan akses ke jaringan wireless. Dengan demikian antena omni-directional memberikan solusi yang efektif dengan memancarkan sinyalnya ke segala arah (360 ). Lain halnya dengan antena directional, antena ini hanya akan memancarkan sinyalnya ke suatu arah tertentu saja. Antena jenis ini lebih cocok digunakan untuk koneksi point-to-point. 4.1.3 PEMILIHAN PROTOKOL KEAMANAN JARINGAN Masalah keamanan jaringan dalam media wireless terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian hak akses dan bagian keamanan informasi atau data. Keamanan hak akses dalam jaringan berfungsi membatasi user-user mana saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk mengakses sumber daya jaringan. Dengan demikian hanya user yang memiliki otoritas yang diperkenankan mengakses jaringan dan menggunakan sumber daya jaringan yang tersedia. Dalam media wireless, akses ke sebuah jaringan tidak dapat dibatasi seperti halnya media kabel. Selama sinyalnya masih bisa dijangkau, maka user yang tidak memiliki otoritas bisa masuk ke dalam jaringan. Untuk mengatasi hal tersebut

79 diperlukan otentikasi user supaya user yang masuk benar-benar user yang memiliki hak akses. Keamanan data berhubungan dengan bagaimana caranya mengamankan data agar data-data penting tidak jatuh ke tangan hacker. Hacker bisa saja menyadap datadata yang dikirim dan memodifikasi data-data itu untuk kepentingannya sendiri, bahkan bisa saja digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu diperlukan enkripsi untuk mengamankan data-data tersebut. Pada perancangan ini akan digunakan protokol Wi-fi Protected Access (WPA). WPA merupakan gabungan dari enkripsi dan otentikasi sehingga diharapkan bisa memberikan keamanan bagi jaringan wireless baik dari sisi hak akses maupun keamanan informasi atau data. Enkripsi yang dipakai pada WPA ini adalah enkripsi Temporal Key Integrity Protocol (TKIP). Sedangkan otentikasi yang digunakan adalah Extensible Authentication Protocol (EAP). TKIP merupakan perbaikan enkripsi Wired Equivalent Privacy (WEP), metode enkripsi terdahulu yang banyak ditemui celah keamanannya. Dengan TKIP, semua celah keamanan WEP telah diperbaiki dan bahkan ditambahkan fitur seperti Message Integrity Check (MIC) yang berfungsi memeriksa keutuhan paket. EAP memiliki banyak varian seperti EAP with Transport Layer Security (EAP- TLS), Lightweight EAP (LEAP), EAP-MD5 dan Protected EAP (PEAP). Dalam perancangan ini akan digunakan PEAP karena beberapa alasan berikut ini: 1. PEAP mengatasi kompleksitas EAP-TLS yang menggunakan digital certificate di sisi server dan klien. PEAP hanya membutuhkan digital certificate di sisi server saja, jadi tidak perlu adanya penginstalan digital certificate di setiap klien atau user.

80 2. PEAP memanfaatkan username dan password yang ada pada user database sebagai pengganti digital certificate di sisi klien. 3. PEAP jauh lebih aman dibanding dengan protokol EAP seperti LEAP dan EAP- MD5. 4.1.4 PERANCANGAN PENEMPATAN ACCESS POINT Penempatan access point dirancang berdasarkan kebutuhan perusahaan seperti ruangan mana yang harus dijangkau oleh sinyal radio, seberapa besar bandwidth yang dibutuhkan, dan adanya fitur roaming. Berdasarkan informasi dari perusahaan, terdapat beberapa ruangan yang harus dijangkau oleh sinyal radio, antara lain : a. Ruang rapat besar, ruang rapat kecil, ruang PSSE dan R&D di lantai I (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Target Ruangan di lantai I 81

82 b. Ruang sales & marketing, ruang HRD, administrasi, ruang FAPG di lantai II(Gambar 4.2). Gambar 4.2 Target Ruangan di lantai II

83 c. Ruang system engineer di lantai III(Gambar 4.3). Gambar 4.3 Target Ruangan di lantai III Bandwidth yang dibutuhkan adalah bandwidth maksimal dari standar 802.11g yaitu 54 Mbps. Penggunaan bandwidth yang besar ini dimaksudkan agar user dapat mengakses jaringan dengan cepat dan lancar. Besarnya data rate pada media wireless berbanding terbalik dengan jangkauan sinyal yang dihasilkan. Semakin besar data rate maka jangkauan sinyal yang dihasilkan akan semakin kecil. Ini juga merupakan salah satu alasan penggunaan bandwidth 54 Mbps pada PT. SVW. Bila data rate pada access point misalnya diset untuk memungkinkan menghasilkan 1 Mbps, maka jangkauan sinyal dapat mencapai jarak yang cukup jauh, yaitu 125 m yang enam kali lebih panjang dari gedung PT. SVW. Tidak menutup kemungkinan orang yang berada di luar gedung dengan perangkat

84 wireless-nya dapat mendeteksi keberadaan sinyal tadi. Ini merupakan perancangan yang harus dihindari. Untuk menjaga agar koneksi antara user dan access point tidak terputus, digunakan pula bandwidth 48 Mbps. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan apabila client card tidak mendapatkan bandwidth 54 Mbps dari access point, maka koneksi tidak akan langsung terputus. Client card akan menurunkan bandwidth menjadi 48 Mbps untuk menjaga koneksi yang terjadi. Manfaat roaming adalah client card dapat berasosiasi dari satu access point ke access point lain karena kualitas sinyal access point yang baru lebih baik dari yang lama. Misalnya ada user yang berpindah lantai atau ruang, dan kualitas sinyal semakin menurun maka client card akan mencari access point baru dengan kualitas sinyal yang jauh lebih baik. Pada akhirnya client card akan melakukan asosiasi dengan access point baru ini. Access point dengan access point berikutnya harus saling overlap, supaya koneksi user tidak terputus sewaktu berpindah access point. Berikut adalah rancangan penempatan access point pada gedung PT. SVW berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah dijelaskan di atas. a. Lantai I Di lantai I, access point akan diletakkan di meja dengan kode face plate T69- D69. Access point ditempatkan dekat ruang rapat besar supaya sinyal radio bisa menembus dan memberikan kualitas sinyal yang memadai. Penempatan access point bisa dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini. Penempatan access point diharapkan bisa menjangkau ruang rapat besar yang terletak di sebelah kiri meja, ruang rapat kecil yang berada di depan, ruang PSSE dan R&D, dan juga lab. Penempatan pada posisi ini juga bermaksud agar sinyal tidak

85 tembus keluar gedung yang memungkinkan pihak luar mendeteksi keberadaan sinyal. Gambar 4.4 Penempatan access point di lantai I

86 b. Lantai II Di lantai II ini access point akan diletakkan di meja dengan kode face plate T42- D42. Penempatan access point ini berada di tengah ruang dengan harapan dapat menjangkau semua ruangan yang disebutkan di atas. Gambar 4.5 di bawah menunjukkan letak access point pada meja dengan kode T42-D42. Gambar 4.5 Penempatan access point di lantai II

87 c. Lantai III Di lantai III ini access point akan diletakkan di meja ruang tengah dan akan dihubungkan ke face plate T15-D15. Penempatan access point ini ada di tengah ruangan dengan harapan bisa menjangkau seluruh lantai III. Gambar 4.6 di bawah menunjukkan letak access point pada meja dengan kode T15-D15. Gambar 4.6 Penempatan access point di lantai III 4.2 IMPLEMENTASI 4.2.1 SPESIFIKASI SISTEM Akan digunakan perangkat keras berupa access point, antena, notebook yang dilengkapi dengan fasilitas wireless, dan perangkat lunak berupa sistem operasi yang dapat dikonfigurasi melalui web browser maupun program HyperTerminal, perangkat

88 lunak client utility, dan RADIUS server. Detil spesifikasi perangkat yang digunakan dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini. 4.2.1.1 PERANGKAT KERAS a. Spesifikasi access point Tabel 4.1 Spesifikasi Access Point Standar IEEE 802.11g, 802.11a, 802.3, Wi-fi Certified Port (1) 10/100Base-T Ethernet, RJ-45 (2) manajemen port, console Input Power 90 240 V AC Manajemen jaringan Telnet, SSH, console, melalui web browser Frekuensi 2.412-2.462 GHz; 11 channels, DSSS & OFDM Data rate (Mbps) 1, 2, 5.5, 6, 9, 11, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps Keamanan data Enkripsi: TKIP (MIC), WEP 64 bit & 128 bit Otentikasi: IEEE 802.1x & MAC address authentication LED indikator Ethernet status Access point status Radio activity status Jenis antena External antena Jangkauan Indoor: 27m (54 Mbps) 125m (1 Mbps) Outdoor: 34m (54 Mbps) 213m (1 Mbps) b. Spesifikasi Antena Tabel 4.2 Spesifikasi Antena Jenis Antena Frekuensi Gain Azimuth Standar dipole 2,4 2,484 GHz 2,2dBi Omni directional

89 Elevasi Jangkauan 70 derajat 30m (54 Mbps) 117m (1 Mbps) c. Spesifikasi Fasilitas Wireless pada Notebook Tabel 4.3 Spesifikasi Fasilitas Wireless pada Notebook Jenis Prosesor Intel PROSet/Wireless 2200BG Network Connection Operating Systems Windows XP Wi-Fi Alliance Wi-Fi certification for 802.11b, certification 802.11g, 802.11a WLAN Standard IEEE 802.11g, 802.11b, 802.11a Architecture Infrastructure or ad hoc (peer-topeer) operating modes Security WPA, WPA-Enterprise, AES 128-bit, WEP 128-bit and 64-bit.Cisco Compatible Extensions v2.0, 802.1x Wireless Medium 2.4 GHz ISM: Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Data Rates 54, 48, 36, 24, 18, 12, 11, 9, 6, 5.5, 2, 1 Mbps 4.2.1.2 PERANGKAT LUNAK a. Perangkat lunak pada access point Perangkat lunak yang digunakan pada access point adalah berupa sistem operasi yang berfungsi mengatur semua komponen dan kinerja access point. Sistem operasi ini dapat dikonfigurasi melalui web browser (gambar 4.7) yang didukung oleh javascript dan program HyperTerminal (gambar 4.8).

90 Gambar 4.7 Konfigurasi melalui web browser Gambar 4.8 Konfigurasi melalui HyperTerminal

91 b. Perangkat lunak pada user Ada tiga perangkat lunak yang digunakan pada user, yaitu Windows Network Connection (Gambar 4.9), IBM Access Connection (Gambar 4.10), dan command line pada Windows (Gambar 4.11). Windows Network Connection adalah perangkat lunak milik sistem operasi Windows yang digunakan untuk mengkonfigurasi koneksi ke jaringan, baik jaringan kabel maupun wireless. Melalui perangkat lunak ini, paramater wireless seperti SSID, jenis protokol keamanan, jenis koneksi wireless yang diinginkan, alamat IP dari user, semuanya bisa dikonfigurasi disini. Gambar 4.9 Windows Network Connection Seperti Windows Network Connection, IBM Access Connection juga merupakan perangkat lunak khusus bawaan notebook IBM untuk mengkonfigurasi jaringan.

92 Parameter yang digunakan kurang lebih sama dengan Windows Network Connection, kecuali indikator kekuatan sinyal yang ditampilkan di sini lebih akurat karena diukur dalam persentase. Perangkat lunak inilah yang akan digunakan pada pengujian penempatan access point. Gambar 4.10 IBM Access Connection Command line pada Windows digunakan untuk mengecek konektivitas antara notebook dengan server. Perintah yang digunakan adalah ping.

93 Gambar 4.11 Command line Windows c. Perangkat lunak pada server Cisco Secure Access Control Server (ACS) (Gambar 4.12) adalah RADIUS server milik Cisco Systems. ACS server ini berfungsi mengatur authentication, authorization, accounting (AAA) pada setiap user yang ingin menggunakan sumber daya jaringan. Pada perancangan ini ACS berfungsi menentukan apakah user yang ingin menggunakan media wireless benar-benar user yang memiliki otoritas. Jadi setiap permintaan koneksi dari user ke access point akan diblok sampai ACS mengirimkan pesan otentikasi sukses.

94 Gambar 4.12 Cisco Secure ACS 4.2.2 PENGUJIAN Pengujian terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengujian untuk penempatan access point, dan penggunaan protokol keamanan jaringan wireless. Kegiatan pengujian ini perlu dipisah dengan tujuan bila terjadi error atau permasalahan akan lebih mudah dianalisa dan dipecahkan. Di bawah adalah rangkaian pengujian yang akan dilakukan. 4.2.2.1 PENEMPATAN ACCESS POINT 4.2.2.1.1 INSTALASI Sebelum pengujian, akan dilakukan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. Berikut adalah penjelasan bagaimana perangkat-perangkat tersebut dapat mendukung proses pengujian:

95 1. Instalasi perangkat keras Perangkat keras yang disediakan terdiri dari server, notebook, dan access point. Server yang digunakan adalah backup server. Pada pengujian ini hanya akan digunakan masing-masing satu perangkat keras karena diasumsikan satu perangkat keras sudah bisa mewakili perangkat lainnya. Server dan access point akan dihubungkan ke jaringan kabel, sedangkan notebook pada jaringan wireless. Instalasi ini berlaku untuk setiap lantai. Gambar 4.13 merupakan instalasi perangkat keras yang akan diujicobakan. Gambar 4.13 Instalasi Perangkat Keras 2. Instalasi Perangkat Lunak Instalasi perangkat lunak akan dilakukan pada access point dan notebook. Dalam pengujian penempatan access point ini, backup server tidak perlu dikonfigurasi lebih lanjut lagi karena fungsi server sudah terkonfigurasi sebelumnya. Berikut adalah uraiannya:

96 a. Instalasi pada access point Pada pengujian penempatan access point ini,terdapat beberapa konfigurasi yang harus dilakukan, antara lain: Pengalamatan IP dan SSID Alamat IP yang diberikan pada access point adalah 192.168.1.241. Sedangkan SSID-nya adalah tes. Konfigurasi power transmisi Untuk mengetahui seberapa jauh jangkauan sinyal antena yang dipancarkan, akan diberikan power transmisi maksimal dari antena, yaitu 20dBm. Channel frekuensi yang digunakan Standar 802.11g memiliki tiga channel non-overlapping, yaitu channel 1, 6, dan 11. Disini akan digunakan channel 1 untuk pengetesan. Data Rate Sedangkan alasan penggunaan data transfer 54 Mbps dan 48 Mbps adalah agar user bisa menggunakan kapasitas bandwidth yang lega. Access point mode Yang terakhir adalah mengkonfigurasi access point ke mode root karena access point akan dihubungkan ke jaringan kabel. Ringkasan konfigurasi pada access point dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah. Tabel 4.4 Ringkasan Konfigurasi pada access point Alamat IP 192.168.1.241 Power transmisi 20 dbm

97 SSID Tes Radio channel channel 1 Data rate Access point mode 54 Mbps dan 48 Mbps root mode b. Instalasi pada notebook Instalasi pada notebook hampir mirip dengan yang ada pada access point. Perangkat lunak yang digunakan adalah IBM Access Connection. Konfigurasinya antara lain: Pengalamatan IP dan SSID Seperti halnya access point, notebook sebagai wireless client juga perlu diberikan alamat IP (192.168.1.250) dan SSID (tes). Tipe jaringan wireless Tipe jaringan wireless yang digunakan adalah infrastruktur karena wireless client akan berkomunikasi dengan perangkat jaringan lain melalui access point. Bisa dikatakan semua komunikasi wireless client diatur oleh access point. Data rate dan radio channel tidak perlu dikonfigurasi karena akan disesuaikan dengan access point. Ringkasan konfigurasi pada wireless client bisa dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

98 Tabel 4.5 Ringkasan Konfigurasi pada Notebook Alamat IP 192.168.1.250 SSID Tipe jaringan wireless Tes infrastruktur 4.2.2.1.2 PARAMETER PENGUKURAN Terdapat beberapa paramater yang akan diukur. Parameter ini bisa dilihat pada program IBM Access Connection. Parameter tersebut adalah: Kekuatan sinyal Kekuatan sinyal menunjukkan kuatnya sinyal yang diterima oleh klien card. Parameter ini diukur dalam angka persentase. Kekuatan sinyal yang baik adalah antara angka 75 persen - 100 persen. Kualitas sinyal Kualitas sinyal menunjukkan seberapa bagus sinyal yang dihasilkan oleh access point. Indikator kualitas sinyal ini adalah excellent, good, fair, dan poor. Pada pengujian ini akan digunakan kualitas sinyal yang excellent karena sinyal yang dihasilkan adalah optimal dan paket data yang error sangat jarang terjadi. Data rate Data rate merupakan besarnya kapasitas transmisi data yang didukung oleh access point. Parameter ini diukur dalam satuan Mbps. Disini akan digunakan data rate minimal 48 Mbps dan maksimal 54 Mbps.

99 4.2.2.1.3 METODE PENGUKURAN Akan disurvei setiap meja pada semua ruangan yang membutuhkan jangkauan sinyal radio perlantai, dengan menggunakan notebook yang sudah diinstal IBM Access Connection. Dari situ bisa diketahui apakah ruang tersebut sudah terlingkupi areanya oleh sinyal radio, berdasarkan parameter kekuatan sinyal, kualitas sinyal, dan data rate yang telah dijelaskan diatas (lihat subbab 4.2.2.1.2). 4.2.2.1.4 HASIL PENGUJIAN PENEMPATAN ACCESS POINT Parameter hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di lampiran. Di bawah adalah gambar hasil pengujian sinyal radio pada lantai I, lantai II, dan lantai III berdasarkan data rate dan ruang yang membutuhkan jangkauan sinyal :

100 a. Access Point di Lantai I Gambar 4.14 Hasil Pengujian Access Point lantai I di lantai I

101 Gambar 4.15 Hasil Pengujian Access Point lantai I di lantai II

102 Gambar 4.16 Hasil Pengujian Access Point lantai I di lantai III Hasil pengujian di lantai I (gambar 4.14) menunjukkan jangkauan sinyal yang dipancarkan oleh antena access point. Hampir semua ruangan terlingkupi dengan sinyal radio, kecuali ruang GM PSSE dan R&D, dan gudang yang memang tidak dites karena tidak membutuhkan media wireless. Ruang rapat besar, ruang rapat kecil, ruang PSSE dan R&D semuanya memiliki data rate 54 Mbps. Sedangkan data rate 48 Mbps terdapat di sebagian ruang lab, sebagian tangga ke lantai II, dan sebagian halaman depan. Access

103 point yang diletakkan di lantai I ini tidak mampu memberikan akses ke ruangan yang berada di lantai II (gambar 4.15) dan lantai III (gambar 4.16). b. Access Point di Lantai II Gambar 4.17 Hasil pengujian Access Point lantai II di lantai II

104 Gambar 4.18 Hasil pengujian Access Point lantai II di lantai I

105 Gambar 4.19 Hasil pengujian Access Point lantai II di lantai III Pengujian pada lantai II juga memberikan hasil yang kurang lebih sama dengan pengujian pada lantai I. Hampir semua ruangan bisa dijangkau oleh sinyal radio, kecuali ruang direktur FAPG, ruang direktur utama, dan ruang server yang memang tidak membutuhkan media wireless (lihat gambar 4.17). Data rate yang dihasilkan access point adalah 54 Mbps untuk ruangan yang membutuhkan media wireless, dan data rate 48 Mbps hanya ada di sebagian tangga menuju lantai I dan sebagian ke lantai III. Access

106 point ini tidak mampu menjangkau ruangan di lantai I (gambar 4.18) maupun lantai III (gambar 4.19). c. Access Point di Lantai III Gambar 4.20 Hasil pengujian Access Point lantai III di lantai III

107 Gambar 4.21 Hasil pengujian Access Point lantai III di lantai II

108 Gambar 4.22 Hasil pengujian Access Point lantai III di lantai I

109 Access point di lantai III mampu melingkupi semua ruangan di lantai III (lihat gambar 4.20), kecuali ruang GM system engineer, ruang device maintenance, dan gudang yang memang tidak membutuhkan koneksi ke jaringan menggunakan media wireless. Data rate 54 Mbps dihasilkan untuk ruang system engineer, dan data rate 48 Mbps hanya dihasilkan di sebagian tangga menuju lantai II. Access point di lantai III ini tidak mampu menjangkau ruangan di lantai II (gambar 4.21) maupun di lantai I (gambar 4.22). 4.2.2.1.5 PENGUJIAN ROAMING Setelah pengujian penempatan access point akan dilakukan pengujian terhadap fitur roaming. Dari hasil pengujian di atas telah diketahui bahwa masing-masing access point hanya mampu memberikan jangkauan sinyal perlantai, paling jauh hanya sampai tangga. Pada pengujian roaming ini akan digunakan tiga buah access point, masingmasing satu perlantainya. Sebagai contoh access point pada lantai I memberikan jangkauan sinyal dengan data rate 54 Mbps pada beberapa ruangan yang memang membutuhkan media wireless, dan hanya sampai sebagian dari tangga ke lantai II, sebagiannya lagi 48 Mbps, dan sinyal radio tidak mampu memberikan koneksi pada lantai II dan lantai III. Karena masing-masing access point mampu mencapai tangga, maka dari situ bisa digunakan sinyal tersebut untuk fitur roaming. Metode yang digunakan untuk menguji roaming ini adalah menggunakan wireless klien yang sedang berasosiasi dengan salah satu access point, kemudian dilakukan ping ke backup server sambil jalan menuju ke lantai lain. Supaya tidak terjadi interferensi antara access point yang satu dengan yang lain, maka digunakan channel 1, channel 6, dan channel 11. Berikut adalah

110 contoh tampilan asosiasi dan reasosiasi wireless klien pada access point dari lantai I ke lantai II: a. Asosiasi wireless klien pada access point lantai I Gambar 4.23 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai I Gambar 4.24 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai II

111 Gambar 4.25 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai III b. Reasosiasi wireless klien pada access point lantai II Gambar 4.26 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai I

112 Gambar 4.27 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai II Gambar 4.28 Tampilan Halaman Asosiasi pada Access Point lantai III

113 Gambar 4.29 Ping ke server 192.168.1.5 Gambar 4.23 menunjukkan tampilan asosiasi access point di lantai I. Dari situ bisa dilihat adanya asosiasi dari wireless klien. Gambar 4.24 dan gambar 4.25 masingmasing menunjukkan tampilan asosiasi dari access point lantai II dan III. Tidak ada wireless klien yang berasosiasi dengan kedua access point tersebut. Kemudian wireless klien akan berpindah tempat ke lantai II. Disini akan diketahui apakah fitur roaming berhasil dilakukan. Pada gambar 4.27 terlihat bahwa wireless klien sukses melakukan reasosiasi dengan access point di lantai II. Dari situ juga kelihatan ping hanya terputus sebentar dan kemudian kembali lagi mengirimkan paketnya ke backup server (gambar 4.29). Asosiasi wireless klien pada access point di lantai I sudah tidak terlihat lagi (lihat gambar 4.26). Tampilan asosiasi access point di lantai III tetap kosong (lihat gambar 4.28).

114 4.2.2.1.6 EVALUASI HASIL PENGUKURAN PENEMPATAN ACCESS POINT Perancangan penempatan access point ternyata memberikan hasil seperti yang diinginkan. Semua ruangan yang membutuhkan media wireless mendapat sinyal dengan kekuatan sinyal rata-rata 90 persen - 100 persen (lihat di lampiran). Kualitas sinyal yang didapat adalah excellent dan data rate 54 Mbps. Akan tetapi sinyal radio yang dihasilkan mampu menembus sebagian halaman depan gedung. Upaya pengecilan power transmisi dapat berdampak pada mengecilnya coverage area pada access point lantai I sehingga sinyal radio yang dihasilkan pun sudah tidak maksimal lagi. Sinyal radio ini akan dibiarkan apa adanya dengan pertimbangan masih terdapat pagar sebelum halaman depan gedung, dan memang media wireless ini nantinya akan dipasang protokol keamanan. Untuk mencegah terjadinya interferensi antar channel, akan digunakan tiga buah channel frekuensi yang non-overlapping karena access point yang digunakan adalah sebanyak tiga. Channel yang digunakan adalah channel 1, channel 6, dan channel 11. Access point lantai I akan menggunakan channel 1, access point lantai II menggunakan channel 6, dan access point di lantai III menggunakan channel 11. Ringkasannya bisa dilihat pada tabel dibawah. Tabel 4.6 Channel Frekuensi pada Access Point Access Point Channel Frekuensi Lantai I 1 Lantai II 6 Lantai III 11

115 4.2.2.2 PENGGUNAAN PROTOKOL WPA 4.2.2.2.1 INSTALASI Setelah pengujian penempatan access point selesai dilakukan, sekarang akan dipasang protokol keamanan jaringan wireless. Berikut adalah instalasi perangkat keras dan perangkat lunak: 1. Instalasi Perangkat Keras Instalasi perangkat keras pada pemasangan WPA ini sama seperti halnya skenario instalasi perangkat keras pada penempatan access point. Tidak ada penambahan maupun pengurangan perangkat keras. Skenario instalasi perangkat keras bisa dilihat pada gambar 4.13 di atas. 2. Instalasi Perangkat Lunak Terdapat beberapa konfigurasi tambahan selain konfigurasi dasar pada subbab 4.2.2.1.1 untuk mengaktifkan protokol WPA. Konfigurasi dan instalasi akan ditambahkan di access point, notebook sebagai wireless klien, dan server. Di bawah adalah rangkaian instalasi perangkat lunak pada access point, notebook, dan server. a. Instalasi pada access point Beberapa konfigurasi awal seperti pengalamatan IP, power transmisi, SSID, radio channel, data rate, dan mode access point sudah dibahas di subbab 4.2.2.1.1. Sekarang akan ditambahkan beberapa konfigurasi lagi pada access point untuk mengaktifkan WPA, seperti berikut ini: Menentukan alamat IP ACS Langkah pertama adalah memasukkan alamat IP dari ACS. Alamat IP ACS perlu dirujuk supaya access point tahu kemana harus melemparkan setiap permintaan otentikasi dari wireless klien. Karena ACS diinstal di dalam

116 backup server, maka alamat IP yang dimasukkan adalah alamat IP backup server, yaitu 192.168.1.5. Menentukan shared secret key Untuk memastikan bahwa server yang dituju adalah benar-benar server yang dimaksud, maka perlu adanya pertukaran key antara access point dengan ACS. Key yang dipakai di sini adalah server. Key ini bebas dalam penamaannya. Konfigurasi enkripsi dan jenis otentikasi Berikutnya adalah konfigurasi protokol keamanan yang digunakan. Dalam hal ini adalah WPA. Enkripsi yang digunakan adalah TKIP, sedangkan jenis otentikasinya adalah EAP. Access point tidak membedakan jenis EAP yang digunakan, yang membedakan hanyalah di sisi wireless klien dengan ACS. Di bawah adalah tabel ringkasan konfigurasi WPA pada access point. Tabel 4.7 Konfigurasi WPA pada Access Point Alamat IP ACS 192.168.1.5 Shared secret Enkripsi Otentikasi server TKIP EAP

117 b. Instalasi pada Server Instalasi perangkat lunak pada server terbagi menjadi dua bagian, yaitu penginstalan Microsoft Certificate Services sebagai Certification Authority (CA) dan ACS sebagai RADIUS server. Keduanya diinstal pada backup server (Windows 2003). Diasumsikan kedua perangkat lunak ini sudah terinstal. Yang akan dibahas di sini adalah konfigurasi kedua perangkat lunak ini dalam mendukung protokol keamanan WPA. Berikut penjelasannya: 1. Microsoft Certificate Services (CA) CA ini diberi nama tescert. Langkah awal adalah meminta digital certificate untuk ACS supaya ACS dapat dipercaya sebagai RADIUS server. Penamaan digital certificate adalah bebas. Sebagai contoh certificate akan diberi nama testingacs. Supaya user tahu harus kemana memeriksa keaslian digital certificate dari RADIUS, maka di Windows 2003 perlu dilakukan konfigurasi tambahan untuk memberitahukan CA yang dimilikinya. Konfigurasi yang harus diaktifkan adalah Automatic Certificate Request, kemudian pilih tescert. User yang masuk ke domain otomatis akan memperoleh CA tescert dalam daftar CA yang dipercaya, dari situ user bisa memilih CA tescert untuk memeriksa certificate milik RADIUS. 2. ACS Langkah berikutnya adalah: Menentukan CA yang benar-benar bisa dipercaya

118 ACS harus bisa menentukan CA mana saja yang bisa dipercaya untuk menerbitkan digital certificate. Pada pengujian akan dipakai CA tescert sebagai CA yang dipercaya. Menginstal digital certificate ke ACS Certificate yang telah diterbitkan oleh CA tescert akan diinstal di ACS. Tinggal dirujuk saja nama certificate yang akan diinstal, yaitu testingacs. Konfigurasi PEAP pada ACS Aktifkan EAP-MSCHAPv2 supaya ACS dapat menjalankan PEAP. Menentukan dan mengkonfigurasi access point sebagai klien dari ACS Masukkan nama access point, alamat IP, shared secret yang akan dipertukarkan dengan access point, dan jenis access point yang digunakan (Cisco Aironet). Menentukan jenis user database yang akan digunakan Masukkan network domain, yaitu HEI ke domain list. Kemudian pilih Windows database sebagai user database yang digunakan. Di bawah adalah tabel ringkasan konfigurasi ACS. Tabel 4.8 Konfigurasi ACS CA yang dipercaya Digital certificate PEAP Access point I tescert testingacs EAP-MSCHAPv2 Hostname : ap1

119 Alamat IP : 192.168.1.241 Shared secret : server Jenis AP : Cisco Aironet Access point II Hostname : ap2 Alamat IP : 192.168.1.242 Shared secret : server Jenis AP : Cisco Aironet Access point III Hostname : ap3 Alamat IP : 192.168.1.243 Shared secret : server Jenis AP : Cisco Aironet Domain User Database HEI Windows Database c. Instalasi pada Notebook Perangkat lunak yang dipakai adalah Windows Access Connection, karena lebih mudah digunakan, selain itu semua user menggunakan sistem operasi Windows XP, dan tidak semua user menggunakan notebook IBM. Konfigurasi yang harus diaktifkan adalah protokol WPA, TKIP, dan PEAP. Khususnya PEAP terdapat beberapa konfigurasi tambahan, yaitu validasi digital certificate dari RADIUS, dan pilih CA yang dipercaya (tescert).

120 4.2.2.2.2 METODE PENGUJIAN INSTALASI PROTOKOL WPA Di sini hanya akan diuji apakah hasil instalasi dan konfigurasi protokol WPA pada semua perangkat sudah beroperasi dengan benar atau tidak. Metode yang dipakai adalah login ke jaringan wireless dengan menggunakan username dan password. Bila username dan password yang dimasukkan ternyata cocok dengan yang ada di user database, maka akses ke jaringan pun dapat dilakukan. Sebaliknya bila tidak terdapat username dan password di user database maka akses ke jaringan gagal. Akan dicoba akses ke jaringan wireless dengan menggunakan username dan password asli dan yang palsu. Username pertama (user asli) adalah hehe1 dengan password ABCd1234, sedangkan username kedua (user palsu) adalah hehe2 dengan password abcd1234. 4.2.2.2.3 HASIL PENGUJIAN INSTALASI PROTOKOL WPA Dari metode yang sudah dijelaskan di atas, user pertama berhasil melakukan otetikasi dan akhirnya melakukan asosiasi dengan access point. Keberhasilan login user pertama bisa dilihat pada gambar 4.30 dan gambar 4.31 di bawah ini. Sedangkan user kedua yang username dan password-nya memang tidak terdapat di user database, gagal masuk ke jaringan.

121 Gambar 4.30 Status Koneksi User Pertama Gambar 4.31 Status Asosiasi User Pertama

122 4.2.2.2.4 EVALUASI PENGUJIAN PROTOKOL WPA Dari hasil pengujian instalasi protokol WPA, bisa dikatakan instalasi pada semua perangkat sudah berjalan dengan baik. User yang memang memiliki hak akses dapat masuk ke jaringan dan mengakses sumber daya yang ada, sedangkan user yang tidak memiliki hak akses akan ditolak sewaktu proses otentikasi sehingga user tersebut tidak dapat masuk ke jaringan internal perusahaan. Dengan berhasilnya user melakukan otentikasi, maka RADIUS dan wireless klien akan menggunakan session key yang dinamik untuk enkripsi dan dekripsi data. Jadi komunikasi yang terjadi antara wireless klien dan access point aman. Walaupun protokol WPA memberikan jaminan keamanan akses dan informasi, terdapat perbedaan waktu yang cukup signifikan antara digunakannya WPA ini dengan tanpa protokol keamanan seperti pada saat pengujian penempatan access point. Waktu yang dibutuhkan wireless klien untuk berasosiasi dengan access point relatif lebih lama jika dibanding dengan tanpa menggunakan protokol keamanan. Ini diduga proses dari otentikasi wireless klien dengan RADIUS yang cukup kompleks. 4.3 PERANCANGAN AKHIR JARINGAN Access point yang dibutuhkan untuk memberikan akses kepada user adalah sebanyak tiga (lihat subbab 4.2.2.1.6). Access point ini nantinya akan dihubungkan ke face plate T69-D69 di lantai I, face plate T42-D42 di lantai II, dan face plate T15-D15 di lantai III (lihat subbab 4.1.4 gambar 4.4, 4.5, 4.6). Dengan demikian topologi secara logikal jaringan kabel beserta jaringan wireless bisa digambarkan sebagai berikut:

123 Gambar 4.32 Logical Topologi Jaringan Kabel dan Jaringan Wireless 4.4 BIAYA AKHIR Biaya yang akan dikeluarkan adalah biaya dari tiga access point sesuai dengan hasil pengujian. Biaya satu access point beserta antena yang digunakan adalah sebesar Rp. 9.463.700,00 (lihat bab 3 tabel 3.7). Jadi biaya untuk tiga buah access point adalah 3 x Rp. 9.463.700,00 = Rp. 28.391.100,00.