HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 2 SEMARANG. Benyamin Obaja Ginting, Achmad Mujab Masykur* 1

dokumen-dokumen yang mirip
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CONCEPT WITH ASSERTIVENESS IN CLASS X STUDENTS KESATRIAN 2 SENIOR HIGH SCHOOL SEMARANG

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI. Abstrak

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

HUBUNGAN ANTARA KETERBUKAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCARI BANTUAN ADAPTIF DALAM PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

Abstract

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN TERHADAP IBU DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI GISIKDRONO 02 DAN 04 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN EMOTIONAL QUOTIENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 4 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

THE RELATIONSHIP BETWEEN ACADEMIC SELF EFFICACIES AND THE ASSERTIVITY ON THE 10 GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL 15

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

SELF ESTEEM DAN OPTIMISME RAIH KESUKSESAN KARIR PADA FRESH GRADUATE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA MARDISISWA SEMARANG

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI IPS

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI JUDI PADA KOMUNITAS FANS CLUB X INDONESIA REGIONAL SEMARANG

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BANTUL. Artikel Jurnal

Bella Risty Anggraini, Siswati*, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN MASTERY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA NEGERI I TAHUNAN DI KABUPATEN JEPARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 2 SEMARANG Benyamin Obaja Ginting, Achmad Mujab Masykur* 1 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Gk.rePot.Si@gmail.com ABSTRAK Asertivitas sangat diperlukan bagi siswa SMA untuk berinteraksi sosial dengan baik dan harmonis. Siswa SMA yang tidak mampu bersikap asertif akan mudah menerima pengaruh negatif, jika teman sebaya memiliki sifat-sifat yang negatif. Secara teori, asertivitas dipengaruhi oleh harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dengan menggunakan tabel Isaac & Michael (Sugiyono, 2009, h.87) dengan taraf kesalahan 5%, jumlah populasi sebesar 218 dapat diwakili sampel sebanyak 135. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling dan didapat sampel sebanyak 138 siswa. Metode penggalian data dengan menggunakan dua skala psikologi. Skala Asertivitas dengan 36 aitem valid (α = 0,922) dan Skala Harga Diri dengan 34 aitem valid (α = 0,932). Analisis data menggunakan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,582 dengan p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan positif antara harga diri dengan asertivitas, semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi asertivitas siswa, demikian pula sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin rendah asertivitas siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. Persamaan garis regresi pada hubungan kedua variabel tersebut adalah: Y = 58,336 + 0,518X. Sumbangan efektif harga diri terhadap asertivitas siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang sebesar 33,9% dan sisanya sebesar 66,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kata Kunci : Harga Diri, Asertivitas, Siswa SMA 1 Penulis penanggungjawab Beny_2014 i

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-ESTEEM AND ASSERTIVENESS AT STUDENT IN CLASS XI KESATRIAN 2 SEMARANG HIGH SCHOOL Faculty of Psychology Diponegoro University Benyamin Obaja Ginting, Achmad Mujab Masykur* 1 Gk.rePot.Si@gmail.com ABSTRACT Assertiveness is necessary for high school students to interact socially with a good and harmonious. High school students who can not be assertive will easily accept a negative influence, if peers have negative traits. In theory, assertiveness influenced by self-esteem. This study aims to empirically examine the relationship of self-esteem with assertiveness in kesatrian 2 Semarang high school student class XI. Determination of the number of samples in this study by using tables Isaac & Michael (Sugiyono, 2009, p.87) with a standard error of 5%, the number 218 can be represented by a population sample of 135. Samples in this study using cluster random sampling technique and obtained samples as many as 138 students. Data mining method using two scales of psychology. 36-item scale with a valid Asertivitas (α = 0.922) and the Self-Esteem Scale with a valid 34-item (α = 0.932). Data were analyzed using simple linear regression. The results showed a correlation coefficient rxy = 0.582 with p = 0.000 (p<0.05) which means that there is a positive relationship between self-esteem with assertiveness, the higher self-esteem so the higher assertiveness of students and vice versa, the lower self-esteem so the lower assertiveness of high school students in class XI Kesatrian 2 Semarang. The equation of the regression line on the relations between the two variables are: Y = 58,336 + 0,518X. Effective contribution self-esteem to assertiveness of high school students in class XI Kesatrian 2 Semarang by 33.9% and the remaining 66.1% is explained by other factors. Keywords: Self-Esteem, Assertiveness, High School Students 1 Penulis penanggungjawab Beny_2014 ii

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan modernisasi saat ini membawa berbagai perubahan yang sangat cepat bagi masyarakat Indonesia, salah satunya adalah dunia pendidikan. Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu lembaga pendidikan dituntut untuk dapat mencetak sumber daya manusia yang unggul, berkompetensi dan mampu menyesuaikan diri dalam era modern. Lembaga pendidikan SMA memiliki tanggung jawab penuh atas terselenggaranya proses pendidikan, yang mampu mengembangkan berbagai potensi kognitif maupun non kognitif. Proses pendidikan yang ada sekarang ini cenderung lebih mengutamakan aspek kognitif pada proses pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan prestasi akademis. Perhatian yang kurang terhadap pengembangan kemampuan non kognitif telah menimbulkan berbagai peristiwa yang memprihatinkan, seperti kurangnya sopan santun, perkelahian antar siswa, bullying, penyalahgunaan narkoba, hubungan seksual pranikah, dan berbagai kenakalan remaja yang menyerempet hukum (Widjaja dan Wulan, 1998, h.62). Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh salah satunya adalah lingkungan sekolah. Remaja menghabiskan lebih dari setengah waktunya setiap hari di sekolah, jadi tidak mengherankan jika pengaruh sekolah terhadap kepribadian remaja sangat besar. Pengaruh lingkungan pada tahap pertama diawali dengan pergaulan dengan teman. Ikatan emosi yang bertambah kuat pada usia remaja, memberi kesempatan dalam pengembangan kepribadian remaja. Berdasarkan hasil penelitian Arswendo (dalam Sarwono, 2013, h.161), kuatnya ikatan emosi di antara remaja menimbulkan dampak negatif. Sampai tahun 2000, gejala perkelahian antar siswa semakin meningkat dan berkembang menjadi perkelahian massal. Faktor paling kuat terjadinya perkelahian ternyata disebabkan oleh pengaruh dari teman sendiri. Pada gilirannya saat remaja dihadapkan pada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin dalam dirinya dan dapat menjerumuskan remaja ke dalam perilaku yang buruk, disinilah pentingnya asertivitas bagi siswa SMA. 1

Asertivitas adalah kemampuan individu untuk mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan langsung, terbuka, jujur dan jelas serta mampu bertahan di jalur yang benar, mempertahankan pendapat sekaligus tetap menghormati pendapat orang lain dan peka terhadap kebutuhan orang lain (Stein dan Book, 2002, h.19). Asertivitas memiliki dampak positif terhadap orang lain dan diri sendiri dalam proses belajar maupun dalam segala sisi kehidupan manusia. Terutama pada saat remaja berada di tingkat SMA, dimana remaja telah memiliki dorongan akan kebutuhan untuk menentukan masa depan yang lebih terasa, sehingga mendorong remaja menjadi lebih cenderung melihat ke masa depan dan mengantisipasi gaya hidup yang akan mereka jalani di masa yang akan datang. Hasil penelitian Rumondor (2007, h.66) menegaskan adanya hubungan positif antara asertivitas dengan aspirasi siswa SMA dalam perencanaan karier. Semakin tinggi asertivitas maka aspirasi siswa SMA dalam perencanaan karier semakin baik, demikian juga sebaliknya. Sumbangan efektif asertivitas bahkan jauh lebih besar dari inteligensi terhadap aspirasi siswa SMA dalam perencanaan karier. Fenomena yang terjadi justru banyak siswa, khususnya pada usia remaja sulit untuk mengembangkan perilaku asertif. Hal ini disebabkan karena siswa SMA takut ditolak oleh lingkungannya, terutama teman sebaya karena dianggap tidak sama dengan teman sebaya. Gozali (2012, h.188) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa konformitas teman sebaya yang berlebihan dapat menghambat perilaku asetif. Ditunjukan dengan rendahnya pencapaian semua aspek (tidak asertif), diurutkan dari yang paling rendah yaitu kemampuan untuk menyatakan keyakinan, kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi, kemampuan untuk memahami ketakutan dan keyakinan yang irasional, dan terakhir kemampuan untuk mengungapkan perasaan dan pikiran. Latifah (2006, h.1) berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan latihan asertif dalam menekan perilaku konformitas yang merugikan dalam proses penyesuaian diri remaja. Terkadang remaja mengalami kesulitan pada saat melakukan penyesuaian diri, mereka ingin diakui lingkungannya meskipun yang mereka lakukan tidak sesuai dengan keinginannya 2

serta tanpa memperdulikan hak-haknya sendiri. Disinilah diperlukan asertivitas dari remaja agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Fenomena kurang asertivitas juga ditemukan pada siswa SMA Kesatrian 2 Semarang, berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu tanggal 23 April 2014 pada salah seorang siswa, mengaku terdapat beberapa siswa yang merokok, bolos sekolah, dan main game akibat dari tidak bisa menolak ajakan teman. Sempat juga ada masalah pertengkaran beberapa siswa dengan sekolah lain yang hampir menjurus ke perkelahian, namun tidak sampai terlibat tawuran pelajar. Sebaliknya peneliti menemui perilaku asertif pada salah seorang murid perempuan dari kelas XI IPA 1 yang mengatakan bahwa dirinya bercerita kepada guru mengenai kesulitan yang berkaitan dengan pelajaran atau masalah pribadi. Siswa tersebut mengatakan bahwa teman-temannya juga banyak yang berani menceritakan kepada guru, kesulitan-kesulitan yang dialami selama mengikuti pelajaran atau masalah-masalah lainnya. Siswa perempuan tersebut juga mengatakan bahwa dirinya berani menolak teman yang mengajaknya membolos. Rosita (2007, h.12) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif yang sangat signifikan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri. Terjadinya hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada penelitian ini dapat terjadi karena adanya keuntungan bila individu berprilaku asertif, yaitu individu tersebut dapat menyampaikan kebutuhannya untuk dimengerti orang lain tanpa ada pihak yang tersakiti, dapat meminimalkan konflik, serta dapat mengendalikan hidupnya dan hal ini berdampak pada rasa percaya diri. Berdasarkan berbagai fenomena perilaku yang dilakukan remaja di atas, beberapa ciri remaja yang tidak dapat bersikap asertif disebabkan oleh tidak adanya kemandirian, tidak punya keyakinan diri, merasa dirinya tidak berharga, tidak percaya diri dan kepribadian yang lemah. Remaja tersebut merasa tidak mampu untuk mengutarakan apa yang dirasakan, diinginkan, takut penolakan, rendah diri, tidak menghargai haknya, dan menganggap kelompok pertemanan sebagai hal yang paling utama. Menurut penelitian Sipayung (2007, h.37) melalui pelatihan asertivitas dapat meningkatkan harga diri (self esteem), peningkatan 3

penghargaan diri menghasilkan rasa dan sikap percaya diri, rasa berharga kuat, perasaan mampu dan berguna. Harga diri memiliki peran bagi siswa SMA agar dapat berkembang sesuai dengan harapan-harapan sosial serta terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat. Penghargaan diri (self esteem) dalam perkembangan manusia pada fase remaja berperan dalam memunculkan sebuah perilaku terbuka atau perilaku asertif. Berdasarkan pentingnya harga diri pada siswa SMA dan manfaat asertivitas, maka dari uraian diatas peneliti tertarik mengetahui hubungan antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan informasi mengenai asertivitas yang ditinjau dari harga diri yang remaja, sehingga dapat menambah referensi ilmiah di bidang Psikologi Pendidikan dan Sosial. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk guru ataupun pihak-pihak terkait untuk memberikan informasi dan masukan yang berarti terhadap pentingnya asertivitas dan penghargaan terhadap remaja sebagai individu, agar siswa kelas XI di SMA Kesatrian 2 Semarang juga dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang hubungan antara harga diri dengan asertivitas, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindak lanjut sebagai prevensi terhadap masalah-masalah yang akan muncul. 4

TINJAUAN PUSTAKA A. Asertivitas Alberti dan Emmons (2002, h.36) mengungkapkan bahwa individu yang bertingkah laku asertif merupakan individu yang dapat melakukan sesuatu atas dasar keinginannya sendiri tanpa adanya paksaan dari individu lain, menegakkan hak-hak pribadi tanpa mengesampingkan hak-hak individu lain, serta mampu untuk mengekspresikan perasaan-perasaan secara nyaman. Keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Memperkuat pendapat tersebut. Stein dan Book (2002, h.19) mendefinisikan asertivitas sebagai kemampuan seseorang untuk sependapat dengan orang lain tanpa menggunakan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi orang lain secara emosional, serta mampu bertahan di jalur yang benar, mempertahankan pendapat sekaligus tetap menghormati pendapat orang lain dan peka terhadap kebutuhan mereka. B. Harga Diri Harga diri oleh Baron dan Byrne (2003, h.171) didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang mengarah pada dimensi positif dan negatif. Coopersmith (dalam Buss, 1995, h.178) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi diri yang akan memperlihatkan bagaimana remaja menilai dirinya sendiri, diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang dicapainya. Evaluasi yang dibuat remaja juga akan mengindikasikan seberapa besar kepercayaan diri remaja tersebut terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaannya. C. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. Artinya, semakin tinggi harga diri siswa maka semakin tinggi asertivitas pada siswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah harga diri siswa, maka akan semakin rendah pula asertivitas pada siswa tersebut. 5

METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel terikat : Asertivitas 2. Variabel bebas : Harga Diri B. Definisi Operasional 1. Asertivitas Kemampuan individu dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan secara langsung, jujur, jelas serta mampu mempertahankan hak-hak pribadi dan tetap menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. 2. Harga Diri Penilaian diri seseorang secara keseluruhan tentang rasa keberhargaannya yang kemudian diekspresikan dalam sikap penerimaan ataupun penolakkan yang menunjukkan sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil maupun berharga. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang yang berjumlah 218 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel Isaac & Michael dengan taraf kesalahan 5%, populasi sebesar 218 dapat diwakili sampel sebanyak 135 (Sugiyono, 2009, h.87). D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala yang dimodifikasi dari Skala Likert, dengan menyediakan empat alternatif respon, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dan terdiri dari pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung) terhadap objek sikap. E. Indeks Daya Beda, Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Batas daya beda aitem skala psikologi yaitu 0,30. Pengujian skala psikologi dengan teknik formulasi Alpha dari Cronbach. Proses perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 21.0. 6

F. Metode Analisi Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi (anareg) sederhana satu prediktor dengan bantuan program SPSS (Stastical Package for Social Science) versi 21.0. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dimulai setelah Skala Asertivitas dan Skala Harga Diri disusun kembali berdasarkan aitem-aitem valid dari hasil uji coba. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2014, melibatkan siswa SMA Kesatrian 2 Semarang sebanyak 138 subjek. Penelitian ini dilaksanakan dengan menemui semua subjek di kelas masing-masing. 2. Hasil Analisis Data dan Interpretasi a. Uji Asumsi 1) Uji Normalitas Tabel 1 Uji Normalitas Asertivitas dan Harga diri Variabel Kolmogorov Smirnov p (p>0,05) Bentuk Asertivitas 0,645 0,800 Normal Harga diri 0,879 0,423 Normal 2) Uji Linieritas b. Uji Hipotesis Koefisien Korelasi Tabel 2 Hasil Uji Linearitas Nilai F Signifikansi Keterangan (p<0,05) 69,793 0,000 Linier Tabel 3 Koefisien Determinasi Penelitian Koefisien Koefisien Nilai p determinasi determinasi biasa Perkiraan kesalahan 0,582 0,000 0,339 0,334 1,882 7

Tabel 4 Koefisien Persamaan Garis Regresi Harga Diri dengan Asertivitas Model Koefisien tidak standar Koefisien standar T Sig. B Standar kesalahan Beta Konstanta 58,336 6,574 8,878 0,000 Harga diri 0,518 0,062 0,582 8,354 0,000 PENUTUP A. Pembahasan Harga diri yang dapat meningkatkan asertivitas siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang meliputi tiga aspek (Coopersmith dalam Buss 1995, h.178) yaitu rasa diterima, rasa mampu dan rasa dibutuhkan. Dalam penelitian ini ditemukan 60,1% harga diri masuk kategori tinggi. Harga diri pada aspek penerimaan diri yang paling baik dalam meningkatkan asertivitas siswa adalah individu menyadari bahwa diri individu memiliki kelebihan dan kekurangan sama seperti orang lain dan individu menerima keadaan diri seperti apa adanya. Rasa diterima (penerimaan diri) adalah berarti individu merasa sebagai bagian dari suatu kelompok, dihargai dan diterima oleh anggota kelompok lainnya (Coopersmith dalam Buss 1995, h.178). Individu yang merasa memiliki harga diri tinggi akan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, dengan mengetahui kelebihan yang dimiliki, maka individu akan berusaha untuk meningkatkannya, sedangkan mengetahui kelemahan yang dimiliki maka individu akan berusaha untuk memperbaikinya. Individu yang mengetahui potensi-potensi pada diri, akan berusaha untuk mengoptimalkannya sehingga mencapai kesuksesan dalam pergaulan. Kesuksesan siswa dalam pergaulan di lingkungan sekolah ditandai dengan kemampuan bersikap asertif sebagaimana ditemukan dalam penelitian ini bahwa tingkat asertivitas siswa Kesatrian 2 Semarang tergolong tinggi sebesar 62,3%. B. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara harga diri dengan asertivitas pada siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 8

Semarang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,582 dengan tingkat signifikansi p = 0,000 (p<0,05). Sumbangan efektif sebesar 33,9%, jadi asertivitas siswa kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang dapat dijelaskan oleh harga diri sebesar 33,9% dan sisanya sebesar 66,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain meliputi kebudayaan, jenis kelamin, usia, pola asuh orang tua, tingkat pendidikan dan kepribadian. C. Saran 1. Saran bagi siswa SMA Kesatrian 2 Semarang agar meningkatkan harga diri karena terbukti mampu membuat asertivitas meningkat, siswa tidak mudah merasa jengkel ketika mendapat kritikan, siswa perlu meningkatkan kepercayaan diri bahwa diri berguna, siswa perlu meningkatkan kompetensi diri, serta lebih aktif untuk mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang diadakan di lingkungan sekolah, sehingga siswa lebih dikenal secara positif oleh guru dan teman-temannya. 2. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh guru, terkait dengan penerimaan positif kepada siswa adalah menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri siswa, tidak membeda-bedakan siswa satu dengan yang lainnya, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk kegiatan produktif, meskipun hasilnya kurang memuaskan. Sekolah juga diharapkan memperbanyak kegiatan baik kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler yang melibatkan lebih banyak siswa dalam kegiatan-kegiatan yang produktif. 3. Untuk peneliti selanjutnya peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian tentang asertivitas perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap asertivitas seperti budaya, jenis kelamin, usia, pola asuh orang tua, tingkat pendidikan dan tipe kepribadian. DAFTAR PUSTAKA Alberti, R. & Emmons, R. (2002). Your Perfect Right: Panduan Praktis Hidup Lebih Ekspresif dan Jujur pada Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo. 9

Azwar, S. (2011). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R.A. & Byrne, D. (2003). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Buss, A.H. (1995). Personality: temperament, social behavior, and the self. Boston: Allyn and Bacon. Gozali, T.S. (2012). Efektivitas assertive training dalam mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan. Skripsi (tidak diterbitkan). No panggil sppb goz e-2012. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. [On-Line]. Diambil dari: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skrip. Latifah, A. (2006). Pengaruh penggunaan latihan asertif terhadap perilaku konformitas pada siswa kelas VII-A SMP negeri 16 surabaya. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya: JPUNESA. [On-Line]. Diambil dari: http://www.digilibunesa.org/digilib/tugasakhir?datadigi_sort=no&thesis _page=6&skripsi_page=41&thesis_sort=title.desc&skripsi_sort=keywor d. Rosita, H. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma. Rumondor, E. (2007). Aspirasi remaja dalam perencanaan karier ditinjau dari asertivitas dan inteligensi. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. Sarwono, S.W. (2013). Psikologi remaja. Cetakan ke-16. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sipayung, M. (2007). Pengaruh pelatihan asertivitas terhadap peningkatan harga diri. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Vol.2(1). ISSN: 1907-7157. Medan: Universitas Negeri Medan. Stein, S.J. & Book, H.E. (2002). Ledakan EQ: 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Bandung: Kaifa. Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widjaja, P.D.C. dan Wulan, R. (1998). Hubungan antara asertivitas dan kematangan dengan kecenderungan neurotik pada remaja. Jurnal Psikologi 1998, No 2, 56 62. ISSN : 0215 8884. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 10