Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L.

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Pengaruh Bahan Pengikat Hpmc Dan CMC-Na terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Kulit Kayu Cangkring (Erythrina Fusca Lour.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SUKROSA-LAKTOSA-ASPARTAM

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam pengobatan berdasarkan pengalaman empirik secara turun temurun. Seiring

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(apigenin, apiin, isoquercitrin), furanocoumarins (apigravin, apiumetin, apiumoside, bergapten, selerin, selereosid, isoimperatorin, isopimpinellin,

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

UJI PERBANDINGAN SIFAT FISIK OBAT CETIRIZINE GENERIK ANTARA PRODUKSI PABRIK A, B, DAN C

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penetapan Kadar Sari

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

FORMULASI TABLET EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) DENGAN VARIASI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET EKSTRAKDAUNMAJA (aeglemarmelos l. Correa) DENGANMETODEGRANULASIBASAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk keanekaragaman buah tropisnya.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Transkripsi:

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang Mengandung Ekstrak Air dan Etanol Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) 1 Iis Susilawati, 2 Embit Kartadarma, 3 G.C.Eka Darma 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 iis_soesilawaty@ymail.com, 2 embitkartadarma@yahoo.com 3 g.c.ekadarma@gmail.com Abstrak Pengaruh pengikat amylum tritici dan CMC-Na terhadap sediaan tablet yang mengandung ekstrak air dan ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella sativa L.) telah diteliti. Ekstrak biji jintan hitam ini dibuat dengan cara soxhletasi dengan penyari etanol 70% dan cara dekokta dengan penyari air. Tablet dibuat dengan metoda granulasi basah menggunakan pengikat 3, 6, dan 9% amylum tritici dan pengikat CMC-Na dengan konsentrasi 1, 2, dan 3%. Hasilnya menunjukan bahwa tablet yang dibuat dengan pengikat CMC-Na 2% dan 3% baik, sedangkan yang menggunakan pengikat amylum tritici tidak menunjukan hasil yang baik. Kata kunci: Biji jintan hitam, natrium CMC, amylum tritici, tablet A. Pendahuluan Jintan hitam yang memiliki nama latin Nigella sativa L. merupakan tanaman herba berbunga tahunan. Jintan hitam telah digunakan sejak dahulu, awalnya digunakan oleh orang-orang Parsi dan Yahudi dalam masakan dan pengobatan. Bagian yang banyak digunakan dan dimanfaatkan adalah bagian biji. Pada saat ini orang telah banyak mengetahui tentang manfaat biji jintan hitam, selain telah disebutkan dalam Al-Qur an dan Hadist pada saat ini pula telah banyak dilakukan penelitian terhadap biji jintan hitam yang menunjang kebenaran akan khasiat yang dimiliki oleh biji jintan hitam. Beberapa khasiat dan kegunaan yang dimiliki oleh biji jintan hitam tersebut diantaranya adalah untuk mengobati diabetes, asma, infeksi saluran pernafasan, batuk, sakit punggung, rematik, infeksi kulit, afrodiksiak, antiinflamasi, meningkatkan sistem imun, antihistamin, antibakteri, dan masih banyak yang lainnya. Biasanya masyarakat awam mengkonsumsi secara langsung biji jintan hitam dengan cara menggilingnya hingga berbentuk serbuk halus kemudian dimasukkan kedalam kapsul, agar lebih nyaman dan memudahkan dalam penggunaannya makajintan hitam diekstraksi dan dibuat dalam bentuk sediaan tablet. Proses pembuatan tablet memiliki beberapa metode yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Metode pembuatan tablet yang dipilih adalah metode granulasi basah dimana dalam granulasi basah, terjadi proses aglomerasi bahan aktif dan eksipien dengan tujuan meningkatkan sifat aliran serbuk. Keberhasilan metode granulasi basah dapat dicapai dengan menggunakan eksipien yang memiliki sifat mengikat. Amylum tritici dan Natrium CMC merupakan beberapa contoh pengikat yang lazim digunakan dalam sediaan tablet sehingga akan dilihat pengaruh pengikat amylum tritici dan Natrium CMC terhadap sediaan tablet yang mengandung ekstrak etanol dan ekstrak air biji jintan hitam (Nigella sativa L.). Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan meliputi penentuan formulasi tablet mengandung ekstrak biji jintan hitam dengan terpenuhinya persyaratan farmasetika yang baik, serta 171

172 Iis Susilawati, et al. mengetahui pengaruh penambahan pengikat amylum tritici dannatrium CMC terhadap sediaan tablet tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi sediaan tablet dengan perbandingan konsentrasi pengikat yang berbeda yaitu amylum tritici dan Natrium CMC terhadap karakteristik sediaan tablet yang baik. Penentuan parameter tablet berkarakteristik baik dilihat dari hasil evaluasi tablet berdasarkan Farmakope Indonesia. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi perkembangan ilmu farmasi dan meningkatkan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia untuk dijadikan sediaan farmasi. B. Landasan Teori Gambar 1. Biji jintan hitam Jintan hitam (Nigella sativa L.) kaya akan kandungan nutrisi monosakarida yang dengan mudah dapat diserap oleh tubuh sebagai sumber energi, juga mengandung nonstarch polisakarida yang berfungsi sebagai sumber serat. Tidak hanya serat, tetapi jintan hitam juga mengandung asam lemak tak jenuh dan saponin (El Tahir et al, 2006:1-19). Dalam ekstrak biji jintan hitam, thymoquinone menjadi komponen kandungan yang utama. Selain itu juga mengandung p-cymene, α-pinene, dithymoquinone, carvacrol, crystalline nigellone, dan thymohidroquinone. Selain itu, jintan hitam juga mengandung kalsium, potassium, zat besi, arginin, magnesium, selenium, vitamin A, B1, B2, B3, B6, C, dan E (Hendrik, 2007:90). Jintan hitam adalah tanaman obat yang dikenal memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Berikut beberapa manfaat jintan hitam bagi kesehatan yaitu: 1) Jintan hitam sebagai antioksidan Jintan hitam mengandung senyawa thymoquinone yang memiliki sifat antioksidan yang menangkal kerusakan sel akibat radikal bebas. 2) Jintan hitam sebagai antiradang Senyawa thymoquinone memiliki sifat anti-inflamasi sehingga efektif digunakan sebagai obat oles untuk mengobati jerawat yang meradang dan menghaluskan kulit. 3) Meningkatkan bioaktivitas hormon Hormon merupakan zat aktif yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah. Jintan hitam mengandung sterol yang berperan aktif dalam sintesis dan bioaktivitas hormon. 4) Anti alergi Histamin adalah zat yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi alergi. Crystalline nigellone yang terdapat dalam jintan hitam mengandung protein kinase C, zat yang dikenal menghambat pelepasan histamin. Mengkonsumsi jintan Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang... 173 hitam bisa mengurangi reaksi alergi pada penderita asma, bronkhitis, dan penyakit alergi lainnya tanpa efek samping. 5) Suplemen nutrisi Jintan hitam mengandung 15 macam asam amino termasuk 9 jenis asam amino esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dipenuhi dari suplemen seperti jintan hitam. Jintan hitam juga mengandung kalsium, potassium, zat besi, arginine, magnesium, selenium, vitamin A, B1, B2, B6, C, E dan niasin. (Hutapea, 1991:163). Metode granulasi basah merupakan proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi (Ansel, 1989:261). C. Metodologi Penelitian Gambar 2. Proses tableting granulasi basah Pada penelitian ini dilakukan pembuatan tablet yang mengandung ekstrak air dan etanol biji jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan menggunakan bahan pengikat Natrium CMC dan amylum tritici Tahap awal penelitian dilakukan penyiapan bahan yaitu biji jintan hitam sebagai zat aktif sediaan tablet, dilanjutkan dengan proses ekstraksi, penetapan parameter standar ekstrak, penapisan fitokimia, optimasi, formulasi tablet, evaluasi granul, pembuatan tablet, dan evaluasi tablet. Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi bahan, dan pembuatan simplisia. Pembuatan simplisia yang dilakukan dimulai dari proses pemanenan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, dan sortasi kering. Dilanjutkan dengan penetapan parameter standar meliputi parameter spesifik yaitu pengamatan organoleptik, kadar sari larut air dan etanol. Parameter non-spesifik terdiri dari kadar air, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan golongan alkaloid, polifenolat, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid dan triterpenoid, monoterpen dan seskuiterpen. Proses ekstraksi dilakukan dengan dua metode yaitu soxhletasi dan dekok. Metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 70% dan metode dekok menggunakan pelarut air. Kemudian dilakukan optimasi penambahan zat pengering untuk didapat ekstrak kering. Setelah itu, dilakukan evaluasi granul yang terdiri dari kadar air, kecepatan alir, sudut baring, bobot jenis, dan granulometri. Sedangkan evaluasi tablet terdiri dari organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan tablet, friksibilitas dan friabilitas serta uji waktu hancur tablet. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

174 Iis Susilawati, et al. D. Hasil Penelitian Tabel 1. si tablet ekstrak air biji jintan hitam Bahan 1 2 3 Fase dalam (92% ) Fase luar (8% ) biji jintan hitam 144 mg 144 mg 144 mg Natrium CMC 1% 2% 3% Amprotab 10% 10% 10% Laktosa q.s q.s q.s Amprotab 5% 5% 5% Mg stearat 1% 1% 1% Talk 2% 2% 2% Bahan 4 5 6 Fase dalam (92% ) Fase luar (8% ) biji jintan hitam 144 mg 144 mg 144 mg Amylum tritici 3% 6% 9% Amprotab 10% 10% 10% Laktosa q.s q.s q.s Amprotab 5% 5% 5% Mg stearat 1% 1% 1% Talk 2% 2% 2% Tabel 2. si tablet ekstrak etanol biji jintan hitam Bahan 1 2 3 Fase dalam (92% ) Fase luar (8% ) biji jintan hitam 153 mg 153 mg 153 mg Natrium CMC 1% 2% 3% Amprotab 10% 10% 10% Laktosa q.s q.s q.s Amprotab 5% 5% 5% Mg stearat 1% 1% 1% Talk 2% 2% 2% Bahan 4 5 6 Fase dalam (92% ) Fase luar (8% ) biji jintan hitam 153 mg 153 mg 153 mg Amylum tritici 3% 6% 9% Amprotab 10% 10% 10% Laktosa q.s q.s q.s Amprotab 5% 5% 5% Mg stearat 1% 1% 1% Talk 2% 2% 2% Tabel 3. Hasil pengujian keseragaman ukuran d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) 1 0,81 0,448 0,81 0,442 2 0,81 0,448 0,81 0,421 3 0,81 0,445 0,81 0,442 4 0,81 0,436 0,81 0,441 5 0,81 0,431 0,81 0,441 6 0,81 0,438 0,81 0,441 Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang... 175 Tabel 4. Hasil pengujian keseragaman bobot Keseragaman bobot (gram) 1 286,67 256,83 2 290 254,67 3 290,8 257 4 266,83 255,67 5 263,17 255 6 266,33 255,33 Tabel 5. Hasil pengujian kekerasan Kekerasa (kg/cm²) 1 4,183 3,69 2 4,317 3,925 3 4,717 4,117 4 3,083 3,617 5 3,617 3,908 6 3,675 3,908 Tabel 6. Hasil pengujian friabilitas dan friksibilitas Friabilitas (% ) Friksibilitas (% ) Friabilitas (% ) Friksibilitas (% ) 1 0,0253 1,067 0,5 0,819 2 0,9036 0,1 0,409 0,253 3 0,206 0,154 0,663 0,195 4 6,863 7,763 0,936 1,517 5 6,03 4,63 0,496 0,31 6 2,93 3,14 0,383 0,126 Tabel 7. Hasil uji waktu hancur Waktu hancur (menit) 1 9,33 14,67 2 10,33 18,667 3 12,33 24,33 4 4,33 8,33 5 8,33 10,33 6 12,33 12,67 Pembahasan Tablet yang diperoleh kemudian dievaluasi. Evaluasi meliputi organoleptis, keseragaman ukuran, bobot, kekerasan, friabilitas dan friksibilitas, serta uji waktu hancur. 1. Organoleptis Tablet yang dibuat masing-masing terbuat dari ekstrak air dan ekstrak etanol. Untuk tablet dengan bahan aktif ekstrak air memiliki warna coklat gelap dengan bau yang sangat khas, sedangkan tablet dengan ekstrak etanol berwarna coklat pucat dengan bau khas yang sedikit lebih menyengat. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

176 Iis Susilawati, et al. 2. Keseragaman ukuran Pada evaluasi ini pengujian yang dilakukan meliputi keseragaman tabal dan keseragaman diameter. Pengamatan dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari masing-masing formula baik yang mengandung ekstrak air maupun ekstrak etanol. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Hasil menunjukan bahwa ukuran tablet seragam dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik untuk tablet yang mengandung ekstrak air maupun yang mengandung ekstrak etanol, ditunjukan dengan rara-rata dari seluruh formula memiliki ketebalan 0,4 cm dan diameter 0,81 cm. Keseragaman ukuran dapat mempengaruhi efek farmakologis yang diinginkan, jika setiap tablet memiliki ukuran yang berbeda maka akan memiliki kandungan bahan aktif yang berbeda pula. 3. Keseragaman bobot Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari setiap masing-masing formula. Pengujian dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah dilakukan perhitungan dan ditentukan rata-ratanya didapatkan hasil bahwa seluruh tablet baik yang mengandung ekstrak air maupun ekstrak etanol memenuhi persyaratan. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya rata-rata bobot tablet yang menyimpang dari kolom A lebih dari 2, dan tidak ada tablet yang menyimpang dari kolom B. Keseragaman bobot ini penting dilakukan untuk menjamin keseragaman kandungan yang terdapat dalam setiap tablet sehingga tidak akan mempengaruhi efek farmakologis yang diinginkan 4. Kekerasan Tablet dengan zat aktif berupa bahan alam umumnya bersifat higroskopis sehingga akan berpengaruh pada kekerasan tablet apabila pengujian dilakukan sedikit lama pengerjaannya. Alat yang digunakan untuk uji kekerasan adalah Hardness tester. Pengujian dilakukan dengan mengambil sebanyak 20 tablet secara acak dari masingmasing formula. Hasil menunjukan bahwa pada formula 1 sampai formula 3 pada ekstrak air dengan pengikat natrium CMC, kekerasan sudah memenuhi persyaratan yaitu memiliki rata-rata 4 Kg/cm³ akan tetapi pada formula 4 sampai 6 dengan pengikat amylum ternyata tidak memenuhi persyaratan karena tablet sangat rapuh dan memiliki nilai rata-rata dibawah 4 Kg/cm³ yaitu hanya sebesar 3 Kg/cm³. Pada tablet yang mengandung ekstrak etanol, formula 1 dan formula 2 dengan pengikat natrium CMC 1% dan 2% tidak memenuhi persyaratan dikarenakan nilai rata-rata dibawah 4 Kg/cm³, namun pada formula 3 kekerasan sudah memenuhi persyaratan dan pada formula 4 sampai formula 6 tidak memenuhi persyaratan. Penambahan jenis pengikat dengan berbagai konsentrasi dan metode ekstraksi yang dipakai ternyata dapat mempengaruhi kekerasan pada tablet yang diperoleh. 5. Friabilitas dan Friksibilitas Friabilitas dan friksibilitas merupakan pengujian ketahanan tablet atau kerapuhan tablet akibat adanya gerakan mekanik. Friabilitas yaitu ketahan tablet bergesekan dengan alat sedangkan friksibiltas ketahan tablet bergesekan dengan tablet yang lain. Hal ini perlu dilakukan agar diketahui berapa besar kemampuan atau ketahanan tablet pada saat pengemasan dan pengiriman karena akan berhubungan dengan keseragaman kandungan atau dosis pada setiap tablet. Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari setiap formula. Persyaratan friabilitas dan friksibilitas tidak boleh lebih dari 1%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tablet pada formula 1 dengan ekstrak air tidak memenuhi persyaratan dikarenakan bobot tablet sesudah pengujian justru menjadi bertambah sehingga menghasilkan nilai friabilitas Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Pengaruh Bahan Pengikat Amylum Tritici dan Cma-Na terhadap Sediaan Tablet yang... 177 yang minus. Hal tersebut terjadi karena sediaan tablet yang mengandung ekstrak bahan alam sangat higroskopis, sehingga tidak dapat disimpan dalam ruang terbuka terlalu lama. Sedangkan pengujian friabilitas dan friksibilitas memakan waktu kurang lebih 4 menit untuk 100 putaran yang membuat tablet langsung menyerap lembab. Akan tetapi pada formula 2 dan 3 sudah memenuhi persyaratan. Pada formula 4 sampai 6 pada tablet yang mengandung ekstrak air dengan pengikat amylum tritici juga tidak memenuhi persyaratan friabilitas maupun friksibilitas dikarenakan nilai yang didapat lebih dari 1%, tablet yang mengandung ekstrak air dengan pengikat amylum tritici sangatlah rapuh. Pada saat pengujian ada beberapa tablet yang hancur. Berbeda halnya dengan tablet yang mengandung ekstrak air, tablet yang mengandung ekstrak etanol cenderung lebih sedikit stabil. Untuk pengujian friabilitas seluruh formula memenuhi persyaratan dengan didapatnya nilai yang kurang dari 1%. Sedangkan untuk pengujian friksibilitas hanya formula 4 yang tidak memenuhi persyaratan dengan nilai lebih dari 1%. 6. Uji waktu hancur Uji waktu hancur merupakan pengujian yang dilakukan untuk memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan tablet untuk dapat hancur didalam tubuh. Syarat waktu hancur yaitu tidak lebih dari 15 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pelarut air dengan suhu 38 C. Dapat dilihat bahwa waktu hancur paling cepat yaitu formula 4 yang mengandung ekstrak air dengan amylum tritici yang membutuhkan waktu hancur untuk 6 tablet yaitu selama 4 menit. Kemudian waktu terlama yaitu pada formula 3 yang mengandung ekstrak etanol dengan pengikat natrium CMC 3% yaitu membutuhkan waktu lebih dari 15 menit untuk 6 tablet. 4 merupakan tablet dengan ekstrak air sehingga senyawa yang tertarik cenderung lebih banyak yang polar, kemudian pelarut yang digunakan juga air sehingga waktu hancur lebih cepat. Selain itu, amylum tritici juga memiliki sifat yang higroskopis sehingga akan mudah terbasahi. Sedangkan formula 3 yang mengandung ekstrak etanol dengan pengikat natrium CMC 3% mengandung senyawa polar dan non-polar sehingga hanya sebagian senyawa yang terlarut dalam air yaitu hanya senyawa polar, selain itu natrium CMC memiliki daya ikat yang lebih kuat dibandingkan dengan amylum tritici. Sediaan tablet bahan alam cenderung bersifat higroskopis dan memiliki ronggarongga pada permukaannya, hal tersebut yang membuat tablet sediaan bahan alam seharusnya lebih mudah hancur dibandingkan dengan obat modern yang kerapatannya lebih tinggi. E. Kesimpulan dan ekstrak etanol dari biji jintan hitam dapat dibuat menjadi sediaan tablet, dengan formula 2 (CMC-Na 2%) dan formula 3 (CMC-Na 3%) dari ekstrak air yang memenuhi persyaratan farmasetika yang baik, sedangkan tablet dengan pengikat amylum tritici tidak menunjukan hasil yang baik. Daftar Pustaka Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi. Terjemahan Ibrahim dan Farida. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 261, 269, 271, 255. Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

178 Iis Susilawati, et al. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid kelima. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid keenam. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi kesatu. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Goeswin, A. (2006). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Penerbit ITB : Bandung. Hendrik. (2007). Habbatussauda Thibun Nabawiy Dalam Menangani Berbagai Penyakit dan Memelihara Kesehatan Tubuh. Surakarta: Pustaka Al-Ummat. Hutapea, J.R. dan Syamsuhidayat, S.S., (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (Jilid I). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Katzer, Gernot. (2004). Nigella (Nigella sativa). http://www.uni-graz.at/%7ekatzer/spice-icon.ico (diakses pada tanggal 12 desember 2014). Lachman, L., H.A. Lieberman dan J.L. Kanig. (1989). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ogata. Y. et al (Committe Members). 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia (Second Edition) PT. Esai Indonesia, Jakarta.pp.16 Parhizkar S, Latiff LA, Rahman SA, Hanachi P, Dollah MA. Metabollc impact of Nigella sativa extracts on experimental menopause induced rats. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2011; 01 (09): 38-4 Rifai, M.A. (1976). Sendi-sendi Botani Sistematika. Bogor: Lembaga Biologi Nasional- LIPI Rowe, R.C. et Al. (2002). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6 th Ed, The Pharmaceutical Press, London. Setyaningrum, F.A. (2007). Nigella sativa (Jintan Hitam Pahit). http://toiusd.multiply.com/journal/ilem/nigella_sativa_jintan_hitam. (diakses pada tanggal 15 Desember 2014). Sirait, M., et al (Ketua). 1997. Materia Medika Indonesia Jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 112-117. Siregar, C.J.P. dan Witarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasar Praktis. Jakarta: ECG. Van, S.C.G.G.J. (1992). Flora. Terjemahan: M. Soeryowinoto, dkk. Cetakan 5. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Voigt, Rudolf. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. WHO. (2011). Quality control for Herbal Materials. World Health Organization. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)