ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia teknologi telekomunikasi dan informasi sejalan dengan kebutuhan akan kecepatan dan

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana 1, 2,

EVALUASI DAYA TERIMA SINYAL 3G PADA DAERAH SUB URBAN DI BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL PROPAGASI WALFISCH-IKEGAMI

PERHITUNGAN LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI GSM DI DAERAH URBAN CLUSTER CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), RESIDENCES, DAN PERKANTORAN

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

ANALISIS KUALITAS DAYA PANCAR ANTENA Tongyu TDQ DE-65F PADA BTS FLEXI MULTIRADIO (FMR) NOKIA SIEMENS NETWORKS (NSN)

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

Analisa Unjuk Kerja Layanan 3G di Surabaya

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto



Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

ANALISIS PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI NILAI LEVEL DAYA TERIMA PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA PONTIANAK

SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

BAB II TEORI DASAR. Public Switched Telephone Network (PSTN). Untuk menambah kapasitas daerah

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK

PENENTUAN CAKUPAN DAN KAPASITAS SEL JARINGAN UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS)

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

III. METODE PENELITIAN

ANALISA PERENCANAAN LAYANAN DATA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) INDOOR PADA TERMINAL 3 KEBERANGKATAN ULTIMATE BANDARA SOEKARNO-HATTA

Radio Propagation. 2

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

ANALISIS KUALITAS VOICE CALL PADA JARINGAN WCDMA DENGAN DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEMS INVESTIGATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL

BAB II LANDASAN TEORI

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ANALISIS LAYANAN VOICE CALL DAN DATA PACKET PADA OPERATOR TELEPON SELULER DI WILAYAH BALI INNER CITY

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet

HALAMAN PERNYATAAN. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Perencanaan Cell Plan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Menggunakan Software Mapinfo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN PARAMETER JARAK E Node-B TERHADAP MOBILE STATION DI BALIKPAPAN

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

OPTIMASI KUALITAS PENERIMAAN SINYAL DARI ANTENA NODE B PADA SISTEM UMTS 3G DENGAN PHYSICAL TUNING ABSTRAK

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

ANALISIS RATA-RATA LINTASAN REDAMAN MODEL PROPAGASI PADA LAYANAN BASE TRANSEIVER STATION

ABSTRAK. Kata kunci : LTE-Advanced, signal level, CINR, parameter, dense urban, urban, sub urban, Atoll. ABSTRACT

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

ANALISIS KUALITAS JARINGAN INTERNET BERBASIS HIGH SPEED DOWNLINK PACKET ACCESS (HSDPA) PADA WILAYAH URBAN DI KOTA MALANG DENGAN METODE DRIVE TEST

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

Rekayasa Elektrika. Unjuk Kerja Jaringan Seluler 2G dan 3G PT. XL Axiata di Area Jawa Tengah Bagian Utara setelah Proyek Swap dan Modernisasi

DAFTAR SINGKATAN. xiv

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Proses. Pengolahan. Pembuatan Peta. Analisa. Kesimpulan

Analisis Pengaruh Penempatan Femtocell Terhadap Sel Makro Jaringan UMTS

Transkripsi:

Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG Agnes Estuning Tyas 1, Aisah 2, Mochammad Junus 3 Jaringan Telekomunikasi Digital, Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang 1 atyas4@gmail.com, 2 aisahzahra@gmail.com, 3 moch.junus@polinema.ac.id Abstrak Dalam sistem komunikasi seluler di Indonesia yang masih berada di teknologi HSDPA dan HSUPA, maka parameter pengukuran kualitas sinyal yang diterima oleh user seperti RSCP (Received Signal Code Power) dibutuhkan guna mengetahui kualitas jaringan yang telah dibangun. Untuk mengetahui nilai dari parameter RSCP maka dilakukan pengukuran dan perhitungan. Pada pengukuran dapat menggunakan drive test. Dan pada perhitungan dapat dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu nilai path loss setiap nodeb. Dengan menggunakan 2 model perhitungan path loss yaitu Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan EIRP dan perhitungan RSCP. Sehingga hasil dari pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dapat dibandingkan dengan hasil perhitungan parameter RSCP. Adanya analisis parameter RSCP berguna untuk mengetahui dampak dari jarak jangkauan sebuah nodeb dan path loss dari nodeb tersebut sehingga sinyal dapat diterima oleh user dengan baik. Dari 13 nodeb tersebut diperoleh nilai parameter RSCP pada perhitungan RSCP menunjukkan semakin jauh jangkauan cell maka nilai path loss akan semakin tinggi dan nilai RSCP yang dihasilkan akan semakin rendah, sehingga area layanan yang jaraknya jauh dari nodeb tidak terlayani dengan baik. Nilai parameter RSCP dengan perhitungan menggunakan path loss Walfisch Ikegami menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan menggunakan path loss Cost 231 Hata. Dan hasil Pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test menunjukkan nilai yang mendekati dengan perhitungan menggunakan path loss Cost 231 Hata. 1. Pendahuluan Kata kunci : RSCP, HSDPA, HSUPA, Path Loss, Walfisch Ikegami, Cost 231 Hata Teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) sebagai bagian dari standarisasi 3GPP Release 5 dengan spesifikasi versi pertama pada Maret 22. Sedangkan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) bagian dari 3GPP Release 6 dengan versi pertama pada Desember 24. HSDPA dan HSUPA bersama sama disebut HSPA (High Speed Packet Access). Pada sistem komunikasi seluler, parameter RSCP (Receive Signal Code Power) berguna sebagai evaluasi downlink, uplink dan untuk estimasi path loss. Sehingga parameter RSCP digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mencapai kinerja terbaik teknologi HSDPA dan HSUPA. Tujuan adanya analisis RSCP pada teknologi HSDPA dan HSUPA ini guna mengetahui hubungan RSCP dengan jarak jangkauan sebuah nodeb dan hubungannya dengan path loss. Serta mengetahui perbedaan dari hasil perhitungan nilai parameter RSCP dengan model Walfisch Ikegami maupun Cost 231 Hata. Dan mengetahui perbedaan antara hasil pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dan hasil perhitungan parameter RSCP. Dengan pengukuran menggunakan drive test dapat memberikan informasi dari perspektif user D-6 yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja terbaik jaringan HSPA. Pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test dilakukan di wilayah Kota Malang tepatnya pada Kecamatan Lowokwaru dengan menggunakan 13 nodeb. 2. Dasar Teori 2.1 RSCP Suatu mobile terminal terdapat tipe pengukuran pada Common Pilot Channel (CPICH) yaitu Received Signal Code Power (RSCP), digunakan untuk evaluasi downlink (DL), uplink (UL) dan untuk estimasi path loss. Persamaan 1 digunakan untuk perhitungan RSCP. RSCP = EIRP - Path Loss - Σ( Handover+ Fading Margin) (1) Tabel 1. Rentang Nilai RSCP Warna Rentang Nilai (dbm) Golongan Hijau Tua -75 to Sangat Bagus Hijau Muda -85 to -75 Bagus Kuning -95 to -85 Buruk Merah -12 to -95 Sangat Buruk (Sumber : Huawei Tech.)

Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 2.2 Drive Test Drive test merupakan sumber informasi yang sangat baik tentang nilai dari signal strength. Digunakan perangkat yang dilengkapi dengan GPS. Perangkat ini mampu mengukur kekuatan dari tiap base station, mengidentifikasi sumber dan menyediakan log dari pengukuran dengan waktu dan lokasi. 2.3 Walfisch Ikegami Pada model ini dianggap penggunaannya untuk microcell ketika antena pemancar lebih rendah ketinggiannya dibanding dengan bangunan disekitarnya. L= L bf + L rts + L msd (2) L rts =-16,9-1 log(ω s [m]) +1 log(f[mhz]) + 2 log(δh Rf [m])+l ori (3) L bf = 32,44 + 2 log(d tot [km]) + 2 log f[mhz] (4) L msd = L bsh + k a +k d log(d tot [km]) + k f log(f[mhz]) -9 log(d s [m]) (5) 2.4 Cost 231 Hata Model path loss ini dihitung berdasarkan perhitungan dengan faktor empirical attenuation correction untuk area urban sebagai fungsi dari jarak antara BS dan MS dan frekuensi. Faktor tersebut ditambahkan ke Free Space Loss (FSL). Hasilnya kemudian dikoreksi dengan faktor dari ketinggian antena BS dan ketinggian antena MS. Faktor koreksi lainnya yaitu orientasi jalan, sub urban, open area dan irregular terrain. Perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata memiliki persamaan 6 dan 7. L = 46,3 + 33,9 log f 13,82 log h b a(h m ) EIRP = TX Power-(Cable&connector)+TX Antenna Gain (8) 3. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1 dimana informasi dari 13 nodeb yang terletak di Kecamatan Lowokwaru digunakan dalam perhitungan RSCP dan digunakan untuk mengetahui letak nodeb saat pengukuran dengan drive test. Sedangkan Gambar 2 menunjukkan pengukuran drive test menggunakan kendaraan mobil yang dilengkapi dengan GPS tracker, modem Huawei E22 dan software TEMS Investigation versi 8 yang berada pada sebuah laptop. Titik awal pengukuran dimulai dari Politeknik Negeri Malang yang berada di jalan Soekarno Hatta menuju ke Jalan Panjaitan lalu melintasi Jalan Bandung diteruskan ke Jalan Veteran, kemudian menuju Jalan MT Haryono dan berakhir di Politeknik Negeri Malang lagi. Model Walfisch Ikegami Studi Pustaka Informasi 13 nodeb di Kec. Lowokwaru (koordinat, tinggi antena sektoral, tipe antena sektoral) Perhitungan path loss Perhitungan EIRP Perhitungan RSCP Model Cost 231 Hata Analisa dan Kesimpulan Pengukuran dengan drive test untuk parameter RSCP Pemetaan hasil drive test dengan MapInfo Nilai parameter RSCP Gambar 1. Tahapan penelitian (44,9 6,55 log h b ) log d (6) a(h m ) = (1,1 log f,7)h m (1,56 log f,8) (7) Keterangan : f = frekuensi (MHz) h b = tinggi antena BS (meter) d = jarak BS dan MS (km) h m = tinggi antena MS (meter) a(h m ) = mobile antenna gain fuction (db) GPS Tracker Modem 2.5 EIRP EIRP merupakan daya efektif yang berasal dari base station, setelah kenaikan variabel dan redaman, dapat dihitung dengan rumus berikut : Software Gambar 2. Pengukuran drive test 4. Pembahasan 4.1 Hasil Pengukuran RSCP Dengan Drive Test D-61

L (db) Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 Hasil pengukuran drive test untuk parameter RSCP terbagi menjadi 2 kali pengukuran. Hasil pengukuran tersebut di analisa menggunakan bantuan software MapInfo. Tabel 4. Data pengukuran kedua RSCP Rentang RSCP Titik % Kategori (dbm) pengukuran -75 to 7175 28 SBa -85 to -75 12239 48 Ba -95 to -85 585 23 Bu -12 to -95 23 SBu Jumlah 25242 99 Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran kedua untuk parameter RSCP persentase sebesar 48% mendominasi pengukuran kedua dari 25.242 titik pengukuran dengan kuat sinyal sangat bagus. Sedangkan persentase 23% dalam kuat sinyal buruk. Gambar 3. Plotting pengukuran pertama dengan drive test Tabel 2. Data pengukuran pertama RSCP Rentang RSCP Titik (dbm) pengukuran % Kategori -75 to 43387 9 SBa -85 to -75 3375 7 Ba -95 to -85 973 2 Bu -12 to -95 SBu Jumlah 47735 99 Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran pertama untuk parameter RSCP dengan persentase sebesar 9% kuat sinyal sangat bagus mendominasi pengukuran pertama. Dan sebesar 2% dari pengukuran dengan kuat sinyal buruk. Tabel 3. Rata rata RSCP pengukuran pertama Kelurahan Rata - Rata RSCP (dbm) Kategori Jatimulyo -73 Sangat Bagus Dinoyo -73 Sangat Bagus Penanggungan -77,5 Bagus Ketawanggede -67 Sangat Bagus Samaan -73 Sangat Bagus Sumbersari -77,5 Bagus Tlogomas -73 Sangat Bagus 4.2 Hasil Perhitungan RSCP 4.2.1 Perhitungan Path Loss Walfisch Ikegami Hasil dari perhitungan path loss menggunakan model Walfisch Ikegami pada frekuensi downlink HSDPA 2147,2 MHz [6], pada radius cell,1 km hingga,5 km ditunjukkan pada Tabel 5. Dan pada frekuensi uplink HSUPA 1957,2 MHz [6], ditunjukkan pada Tabel 6. Dari nilai parameter jarak nodeb dengan penerima (dtot) dengan hasil perhitungan path loss model WI pada frekuensi downlink HSDPA dan pada frekuensi uplink HSUPA di radius,1 km hingga,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 1 untuk nodeb Vinolia sektor 3. 14 12 1 8 6 4 2 Path Loss Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell Frek Downlink Frek Uplink Grafik 1. Path loss WI nodeb Vinolia sektor 3 Path loss nodeb Vinolia sektor 3 dengan tinggi antenna sektoral 5 meter, menggunakan model Walfish Ikegami menunjukkan nilai terendah dibandingkan nodeb lainnya disetiap kenaikan radius antara nodeb dengan user. Gambar 4. Plotting pengukuran kedua dengan drive test D-62

L (db) L (db) L (db) Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 16 14 12 1 8 6 4 2 Grafik 2. Path loss WI nodeb Ketawanggede Sedangkan path loss nodeb Ketawanggede dengan tinggi antena sektoral 17,5 meter, menggunakan model Walfish Ikegami menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan nodeb lainnya disetiap kenaikan radius antara nodeb dengan user. Hal tersebut menunjukkan ketinggian antena sektoral yang semakin tinggi akan menurunkan path loss dari nodeb tersebut. Dan akan mempengaruhi daya yang diterima oleh user. 4.2.2 Perhitungan Path Loss Cost 231 Hata Hasil dari perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA 2147,2 MHz ditunjukkan pada Tabel 4.3. Dan pada frekuensi uplink HSUPA 1957,2 MHz ditunjukkan pada Tabel 4.4. Dari nilai parameter jarak BS dan MS (d) dengan hasil perhitungan path loss Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA dan pada frekuensi uplink HSUPA di radius,1 km hingga,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 4.3 untuk nodeb Vinolia sektor 3 dan Grafik 4.4 untuk nodeb Ketawanggede. 14 12 1 8 6 4 2 Path Loss Ketawanggede Terhadap Radius Cell Frek Downlink Frek Uplink Path Loss Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell Frek Downlink Frek Uplink Grafik 3. Path loss Cost 231 Hata nodeb Vinolia sektor 3 14 12 1 8 6 4 2 Path Loss Ketawanggede Terhadap Radius Cell Grafik 4. Path loss Cost 231 Hata nodeb Ketawanggede Dari Grafik 3 diketahui bahwa pada nodeb Vinolia sektor 3 dengan ketinggian antena sektoral 5 meter path loss tertinggi dihasilkan dari frekuensi downlink yaitu HSDPA. Radius antar nodeb dengan user yang semakin jauh akan meningkatkan path loss yang terjadi oleh nodeb tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada nodeb Ketawanggede dengan ketinggian antena sektoral 17,5 meter seperti Grafik 4. 4.2.3 Perhitungan EIRP Dari WCDMA for UMTS Radio Access for Third Generation Mobile Communications dengan nilai TX power sebesar 43 dbm dan loss pada cable dan connector bernilai 3 db maka hasil perhitungan EIRP di 13 nodeb ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4. Hasil perhitungan EIRP Ketawanggede Sumbersari Samaan Malang Gadingkasri Gajayana Malang Tlogo Mas Malang Dinoyo Relocation EIRP (dbm) 57 Sri Gading 58 Soekarno Hatta Malang Pisang Kipas Dinoyo Mejosari Malang Telogo Mas Vinolia Malang Frek Downlink Frek Uplink Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai EIRP dipengaruhi oleh gain antena sektoral yang digunakan pada sebuah nodeb. Semakin tinggi nilai gain antena sektoral yang digunakan maka daya yang dipancarkan oleh antena ke user semakin tinggi. Hal ini akan mempengaruhi RSCP yang diterima user. 57 4.2.4 Perhitungan RSCP D-63

RSCP (dbm) RSCp (dbm) Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 Dari persamaan (2.2) maka untuk nilai perhitungan parameter RSCP pada sisi downlink HSDPA di model path loss WI ditunjukkan pada Tabel 4.6. Dan untuk uplink HSUPA di model path loss WI ditunjukkan pada Tabel 4.7. Dari nilai parameter hasil perhitungan path loss WI pada frekuensi downlink HSDPA dan frekuensi uplink HSUPA pada nodeb Vinolia sektor 3 dengan radius,1 km hingga,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 5. -1-2 -3-4 -5-6 -7-8 -9 RSCP Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell Frek Downlink Frek Uplink Grafik 5. RSCP nodeb Vinolia sektor 3 terhadap radius cell untuk path loss WI Dari persamaan (2.6) maka untuk nilai perhitungan parameter RSCP pada sisi downlink HSDPA di model path loss Cost 231 Hata ditunjukkan pada Tabel 4.8. Dan di sisi uplink HSUPA di model path loss Cost 231 Hata ditunjukkan pada Tabel 4.9. Dari nilai parameter hasil perhitungan path loss Cost 231 Hata pada frekuensi downlink HSDPA frekuensi uplink HSUPA pada nodeb Vinolia sektor 3 dengan radius,1 km hingga,5 km dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada Grafik 6. 2147,2 MHz menggunakan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata di radius,1 km hingga,5 km.. 14 12 1 8 6 4 2 Grafik 7. Perbandingan 2 model path loss HSDPA Grafik 8 menunjukkan perbedaan hasil perhitungan path loss untuk frekuensi HSUPA 1957,2 MHz menggunakan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata di radius,1 km hingga,5 km. Nilai perhitungan path loss menggunakan model Cost 231 Hata lebih rendah dibandingkan menggunakan model Walfisch Ikegami. Baik dalam sisi HSDPA maupun HSUPA. Dikarenakan pada model Walfisch Ikegami parameter yang digunakan seperti ketinggian bangunan disekitar nodeb, lebar jalan, jarak antar bangunan dan orientasi sudut dengan jalan, lebih dipertimbangkan di model ini. Sedangkan parameter tersebut tidak diperhitungkan pada model Cost 231 Hata. 14 12 1 8 6 4 Perbandingan 2 Model Path Loss HSDPA Cost 231 Hata Walfisch Ikegami Perbandingan 2 Model Path Loss HSUPA -1-2 RSCP Vinolia Sektor 3 Terhadap Radius Cell 2 Cost 231 Hata Walfisch Ikegami Grafik 8. Perbandingan 2 model path loss HSUPA -3-4 -5-6 -7-8 -9 Frek Downlink Frek Uplink Grafik 6. RSCP nodeb Vinolia sektor 3 terhadap radius cell untuk path loss Cost 231 Pada Grafik 8 menunjukkan hasil perbandingan parameter RSCP untuk HSDPA dari perhitungan path loss dengan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Pada Grafik 9 menunjukkan hasil perbandingan RSCP untuk HSUPA dari perhitungan path loss dengan model WI dan Cost 231 Hata. 4.2.5 Perbandingan 2 Model Path Loss Pada perbandingan 2 model path loss ini guna menunjukkan perbedaan dari hasil perhitungan path loss berdasarkan model Walfisch Ikegami dan Cost 231 Hata. Grafik 7 menunjukkan perbedaan hasil perhitungan path loss untuk frekuensi HSDPA D-64

RSCP (dbm) RSCp (dbm) Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 -1-2 Perbandingan RSCP HSDPA Dari 2 Model Path Loss 3. Hasil pengukuran parameter RSCP menggunakan drive test menunjukkan nilai yang mendekati yaitu dengan perhitungan menggunakan path loss model cost 231 Hata. -3-4 -5-6 -7-8 -9 Cost 231 Hata Walfisch Ikegami Grafik 9. Perbandingan RSCP HSDPA dari 2 model path loss 5.2 Saran Perbandingan model path loss dapat ditambahkan model lain seperti model Ray Tracing. Daftar Pustaka : A.Wacker and J.Laiho,editors. (26): Radio Network Planning and Optimisation for UMTS 2 nd Edition, England: John Wiley & Sons. Ltd. -1-2 -3-4 -5-6 -7-8 -9 Perbandingan RSCP HSUPA Dari 2 Model Path Loss Cost 231 Hata Walfisch Ikegami H.Holma dan A.Toskala. (26): HSDPA/HSUPA for UMTS High Speed Radio Access for Mobile Communications, England:John Wiley & Sons Ltd. Siswandari, Syaikhuddin dan Wijayanti. (212): Analisa Unjuk Kerja Layanan 3G di Surabaya, EEPIS, Indonesia, Oktober 24,212. Lingyang Song dan Jia Shen. (211): Evolved Cellular Network Planning and Optimization for UMTS and LTE. USA: CRC Press. Grafik 1. Perbandingan RSCP HSUPA dari 2 model path loss Sehingga pada hasil perhitungan RSCP di frekuensi HSDPA 2147,2 MHz dan frekuensi HSUPA 1957,2 MHz menunjukkan perbedaan pula. Dimana nilai RSCP untuk model Walfisch Ikegami lebih rendah dibandingkan model Cost 231 Hata. Kemudian dibandingkan dengan Tabel 2.2 yang menunjukkan nilai rata rata pengukuran pertama dengan drive test untuk parameter RSCP. Dapat diketahui bahwa nilai RSCP menggunakan perhitungan path loss Cost 231 Hata lebih mendekati dengan hasil pengukuran pertama drive test yang dilakukan. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari 13 nodeb yang berada di Kec. Lowokwaru, menunjukkan hubungan RSCP dengan jarang jangkauan dan path loss. Dimana nilai parameter RSCP menunjukkan semakin jauh jangkauan cell maka nilai path loss akan semakin tinggi dan RSCP yang dihasilkan akan semakin rendah, sehingga area layanan yang jaraknya jauh dari nodeb tidak terlayani dengan baik. 2. Dari 13 nodeb yang berada di Kec. Lowokwaru menunjukkan perbedaan hasil perhitungan dengan 2 model path loss. Dimana nilai parameter RSCP dengan perhitungan menggunakan path loss WI menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan menggunakan Cost 231 Hata. D-65 Siomina, I. (27): Radio Network Planning and Resource Optimization. Sweden:LiU-Tryck. Tanaka, Ishii, Sao, Iizuka dan Nakamori. HSDPA Throughput Performances Using an Experimental HSDPA Transmission System. (NTT DoCoMo Technical Journal Vol. 6 No.4) Lampiran Tabel 5. Perhitungan path loss model WI untuk HSDPA Vinolia Malang sektor 3 12,84 114,29 12,98 125,73 129,41 Telogo Mas 16,2 117,65 124,33 129,8 132,76 Mejosari Malang 17,8 118,53 125,22 129,97 133,65 Pisang Kipas Dinoyo 17,8 118,85 125,54 13,29 133,97 Vinolia Malang sektor 1 17,74 119,18 125,87 13,62 134,31 Vinolia Malang sektor 2 17,74 119,18 125,87 13,62 134,31 Dinoyo Relocation 17,74 119,18 125,87 13,62 134,31 Sri Gading 17,74 119,18 125,87 13,62 134,31 Soekarno Hatta Malang 17,74 119,18 125,87 13,62 134,31 Tlogo Mas Malang 18,45 119,9 126,58 131,33 135,1 Gajayana Malang 19,23 12,67 127,36 132,11 135,8 Gadingkasri 19,23 12,67 127,36 132,11 135,8 Samaan Malang 11,1 121,54 128,23 132,98 136,66 Sumbersari 11,57 122,2 128,71 133,45 137,13 Ketawanggede 113,87 125,31 132,8 136,74 14,43

Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 Tabel 6. Perhitungan path loss model WI untuk HSUPA Vinolia Malang sektor 3 1,7 112,14 118,83 123,58 127,27 Telogo Mas 14,6 115,5 122,19 126,94 13,62 Mejosari Malang 14,94 116,38 123,7 127,82 131,5 Pisang Kipas Dinoyo 15,26 116,7 123,39 128,14 131,82 Vinolia Malang sektor 1 15,6 117,3 123,73 128,47 132,16 Vinolia Malang sektor 2 15,6 117,3 123,73 128,47 132,16 Dinoyo Relocation 15,6 117,3 123,73 128,47 132,16 Tlogo Mas Malang 12,41 113,8 119,31 123,74 127,17 Gajayana Malang 12,65 113,37 119,65 124,1 127,55 Gadingkasri 12,65 113,37 119,65 124,1 127,55 Samaan Malang 12,9 113,7 12,1 124,49 127,97 Sumbersari 13,4 113,87 12,2 124,7 128,18 Ketawanggede 13,9 114,96 121,44 126,3 129,59 Tabel 9. Nilai RSCP model path loss WI untuk HSDPA Sri Gading 15,6 117,3 123,73 128,47 132,16 Soekarno Hatta Malang 15,6 117,3 123,73 128,47 132,16 Tlogo Mas Malang 16,31 117,75 124,44 129,18 132,87 Gajayana Malang 17,9 118,53 125,22 129,97 133,65 Gadingkasri 17,9 118,53 125,22 129,97 133,65 Samaan Malang 17,96 119,4 126,9 13,84 134,52 Sumbersari 18,43 119,87 126,56 131,31 134,99 Ketawanggede 111,73 123,16 129,86 134,6 138,29 Vinolia Malang sektor 3-68,87-8,31-87,8-91,74-95,43 Telogo Mas -65,57-77,2-83,71-88,45-92,13 Mejosari Malang -65,1-76,54-83,23-87,98-91,66 Pisang Kipas Dinoyo -64,23-75,67-82,36-87,11-9,8 Vinolia Malang sektor 1-64,23-75,67-82,36-87,11-9,8 Vinolia Malang sektor 2-63,45-74,89-81,58-86,33-9,1 Dinoyo Relocation -62,74-74,18-8,87-85,62-89,31 Sri Gading -62,74-74,18-8,87-85,62-89,31 Soekarno Hatta Malang -62,74-74,18-8,87-85,62-89,31 Tabel 7. Perhitungan path loss HSDPA model Cost 231 Hata Vinolia Malang sektor 3 11,94 112,11 118,6 122,28 125,55 Telogo Mas 13,7 113,54 119,67 124,1 127,38 Mejosari Malang 13,35 113,9 12,7 124,45 127,85 Pisang Kipas Dinoyo 13,45 114,3 12,22 124,6 128,1 Vinolia Malang sektor 1 13,56 114,16 12,36 124,76 128,18 Vinolia Malang sektor 2 13,56 114,16 12,36 124,76 128,18 Dinoyo Relocation 13,56 114,16 12,36 124,76 128,18 Tlogo Mas Malang -62,74-74,18-8,87-85,62-89,31 Gajayana Malang -62,8-73,85-8,54-85,29-88,97 Gadingkasri -62,8-73,53-8,22-84,97-88,65 Samaan Malang -61,74-73,18-79,87-84,62-88,31 Sumbersari -61,2-72,64-79,33-84,8-87,76 Ketawanggede -57,84-69,29-75,98-8,73-84,41 Tabel 9. Nilai RSCP model path loss WI untuk HSUPA Vinolia Malang sektor 3-66,73-78,16-84,86-89,6-93,29 Sri Gading 13,56 114,16 12,36 124,76 128,18 Soekarno Hatta Malang 13,56 114,16 12,36 124,76 128,18 Tlogo Mas Malang 13,77 114,44 12,67 125,1 128,53 Gajayana Malang 14,1 114,74 121,1 125,46 128,91 Gadingkasri 14,1 114,74 121,1 125,46 128,91 Samaan Malang 14,26 115,6 121,37 125,85 129,33 Telogo Mas -63,43-74,87-81,56-86,31-89,99 Mejosari Malang -62,96-74,4-81,9-85,84-89,52 Pisang Kipas Dinoyo -62,9-73,53-8,22-84,97-88,65 Vinolia Malang sektor 1-62,9-73,53-8,22-84,97-88,65 Vinolia Malang sektor 2-61,31-72,75-79,44-84,18-87,87 Dinoyo Relocation -6,6-72,3-78,73-83,47-87,16 Sumbersari 14,4 115,23 121,56 126,6 129,55 Ketawanggede 15,26 116,32 122,8 127,39 13,95 Tabel 8. Perhitungan path loss HSUPA model Cost 231 Hata Vinolia Malang sektor 3 1,58 11,75 116,7 12,92 124,19 Telogo Mas 11,71 112,18 118,31 122,65 126,2 Mejosari Malang 11,99 112,54 118,71 123,9 126,49 Pisang Kipas Dinoyo 12,9 112,67 118,86 123,24 126,65 Sri Gading -6,6-72,3-78,73-83,47-87,16 Soekarno Hatta Malang -6,6-72,3-78,73-83,47-87,16 Tlogo Mas Malang -6,6-72,3-78,73-83,47-87,16 Gajayana Malang -6,6-72,3-78,73-83,47-87,16 Gadingkasri -59,94-71,38-78,7-82,82-86,5 Samaan Malang -59,6-71,3-77,73-82,47-86,16 Sumbersari -59,6-7,5-77,19-81,94-85,62 Ketawanggede -55,7-67,14-73,83-78,58-82,27 Vinolia Malang sektor 1 12,2 112,8 119, 123,4 126,82 Vinolia Malang sektor 2 12,2 112,8 119, 123,4 126,82 Dinoyo Relocation 12,2 112,8 119, 123,4 126,82 Sri Gading 12,2 112,8 119, 123,4 126,82 Soekarno Hatta Malang 12,2 112,8 119, 123,4 126,82 Tabel 1. Nilai RSCP model path loss HSDPA Cost 231 Hata Vinolia Malang sektor 3-6,26-71,32-77,8-82,39-85,95 Telogo Mas -59,4-7,23-77,8-81,6-84,55 D-66

Prosiding SENTIA 216 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: 285-2347 Mejosari Malang -59,26-7,6-76,37-8,85-84,33 Pisang Kipas Dinoyo -59,1-69,74-76,1-8,46-83,91 Vinolia Malang sektor 1-59,1-69,74-76,1-8,46-83,91 Vinolia Malang sektor 2-58,77-69,44-75,67-8,1-83,53 Dinoyo Relocation -58,56-69,16-75,36-79,76-83,18 Sri Gading -58,56-69,16-75,36-79,76-83,18 Soekarno Hatta Malang -58,56-69,16-75,36-79,76-83,18 Vinolia Malang sektor 3-58,9-69,96-76,44-81,3-84,59 Telogo Mas -58,4-68,87-75,2-79,7-83,18 Mejosari Malang -57,9-68,7-75,1-79,49-82,97 Pisang Kipas Dinoyo -57,65-68,37-74,65-79,1-82,55 Vinolia Malang sektor 1-57,65-68,37-74,65-79,1-82,55 Vinolia Malang sektor 2-57,41-68,8-74,31-78,74-82,17 Dinoyo Relocation -57,2-67,8-74 -78,4-81,82 Tlogo Mas Malang -58,56-69,16-75,36-79,76-83,18 Gajayana Malang -58,45-69,3-75,22-79,6-83,1 Gadingkasri -58,35-68,9-75,7-79,45-82,85 Samaan Malang -57,56-68,16-74,36-78,76-82,18 Sumbersari -58,7-68,54-74,67-79,1-82,38 Ketawanggede -56,94-67,11-73,6-77,28-8,55 Tabel 11. Nilai RSCP model path loss HSUPA Cost 231 Hata Sri Gading -57,2-67,8-74 -78,4-81,82 Soekarno Hatta Malang -57,2-67,8-74 -78,4-81,82 Tlogo Mas Malang -57,2-67,8-74 -78,4-81,82 Gajayana Malang -57,9-67,67-73,86-78,24-81,65 Gadingkasri -56,99-67,54-73,71-78,9-81,49 Samaan Malang -56,2-66,8-73 -77,4-8,82 Sumbersari -56,71-67,18-73,31-77,65-81,2 Ketawanggede -55,58-65,75-71,7-75,92-79,19 D-67