BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa. untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara Indonesia diperoleh dari penerimaan dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sumber pendapatan pemerintah berasal dari pendapatan pajak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. yang mandiri, pemerintah harus mengoptimalkan sumber dana dalam negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dibuat oleh pemerintah untuk mencapai target penerimaan pajak. Kebijakan ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang awalnya official assessment system menjadi self assessment system. Self

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Pajak (DJP) terus bertambah dari tahun ketahun. Penambahan wajib

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan pajak. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengamatan perpajakan Center Taxation analysis (CITA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar negara di dunia memiliki sistem perpajakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BABl PENDAHULUAN. Kelangsungan suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN KONTROL KEPERILAKUAN YANG DIPERSEPSIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha di Indonesia. Pajak merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan terbesar negara ini untuk membiayai segala pengeluaran yang dikeluarkan oleh negara ataupun pemerintahan. Sektor perpajakan memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak. Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Negara (Dalam satuan Triliun) Tahun Penerimaan Penerimaan Negara Pajak Bukan Pajak Total 2007 491 215,1 706,1 2008 658,7 320,6 979,3 2009 619,9 227,2 847,1 2010 723,3 268,9 992,2 2011 878,6 286,5 1165,1 2012 1019,3 272,7 129,2 2013 1192,9 332,2 1525,1 Sumber : www.bps.go.id Pemerintah Indonesia memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajaknya untuk melakukan perhitungan, pembayaran dan penyetoran untuk melaporkan pajaknya kepada negara melalui surat pemberitahuan (SPT). Sistem ini dikenal sebagai sistem self assessment yang pertama kali diterapkan pada tahun 1988. Sistem ini menerapkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran dan kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Kepatuhan pajak 1

2 yang dimaksud adalah terkait dengan bagaimana melaporkan semua informasi yang diperlukan tepat pada waktunya, mengisi secara benar jumlah pajak terutang, dan membayar pajak pada waktunya. Kepatuhan perpajakan pada prinsipnya adalah tindakan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara, Siahaan ( 2005). Landasan hukum Pajak Penghasilan di Indonesia adalah undang-undang ditambah peratutanperaturan yang mendukung di bawahnya, antara lain: Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan (KMK), Peraturan Menteri Keuangan (PMK), K eputusan/peraturan Ditjen Pajak, dan Surat Edaran Ditjen Pajak (SE). Undang-undang yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia adalah Undang- Undang No 7 Tahun 1983. Undang-Undang tersebut telah beberapa kali diubah, yaitu dengan Undang-Undang No 7 Tahun 1991, kemudian Undang-Undang No 10 tahun 1994, dan Undangundang No 17 Tahun 2000 berlaku efektif mulai 1 Januari 2001. terakhir direvisi pada tahun 2008 dan aktif digunakan pada tahun 2009. Predikat Wajib Pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan Wajib Pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, karena tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Dengan demikian, pembayar pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak patuh, karena meskipun Wajib Pajak memberikan kontribusi

3 besar pada negara jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat Wajib Pajak patuh. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pegawai pajak diadili karena korupsi. Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Direktorat Jenderal Pajak menjadi salah satu institusi yang banyak menyumbang transaksi mencurigakan, Kompas.com (25/10/13). Hal ini membuat berkurangnya kepercayaan Wajb Pajak kepada oknum pajak yang jelek hanya karena beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu pemicu masyarakat menjadi tidak patuh terhadap kewajiban pajaknya. Akibatnya adalah akan timbul dalam diri mereka rasa takut dan sia-sia untuk membayar pajak karena mungkin pajak yang mereka bayarkan tidak akan sampai ke negara melainkan dikorupsi oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Atau mungkin akan timbul perasaan cemas akan berkurangnya pendapatan atau profit usaha yang diperoleh jika harus membayar pajak ditengah kondisi tingginya biaya biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya operasional atau produksi yang akan memungkinkan menurunnya pendapatan karena ada persaingan usaha yang dapat menjual barang lebih murah. Tahun 2012 Direktorat Jendral Pajak mengeluhkan hingga akhir 2012 tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih sangat rendah, baru sekitar 25 juta Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang sudah membayar pajak dari sekitar 60 juta WPOP. Sementara, untuk Wajib Pajak Badan Usaha,

4 diperkirakan baru sekitar 520 ribu yang menyerahkan SPT. Jumlah tersebut adalah 10,4 persen dari sekitar 5 juta badan usaha yang seharusnya mampu membayar pajak, ujar Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas, Kismantoro Petrus melalui rilisnya yang diterima PelitaOnline, Minggu (30/12/2012). Penelitian Widi Hidayat dan Argo Adhi Nugroho (2010) tentang Study Empiris Theory Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib Pajak Orang pribadi menyimpulkan: 1. Sikap terhadap ketidakpatuhan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. 2. Norma subyektif berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. 3. Kewajiban moral berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. 4. Pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Kelima, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak 5. Niat seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak

5 Hasil penelitian Suryani Taher (2011) meneliti ketidakpatuhan Wajib Pajak UMKM di Kecamatan Cakung Jakarta: 1. Tingkat pendidikan formal tidak berpengaruh signifikan terhadap 2. Persepsi Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap 3. Lingkungan usaha berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. 4. Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap 5. Tarif pajak berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. 6. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. 7. Pemerikasaan pajak berpengaruh positif terhadap 8. Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap 9. Kondisi ekonomi berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. 10. Hukum yang berlaku berpengaruh positif terhadap

6 Tengku Septiani Tania (2012) meneliti tentang Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Dan Religiusitas Terhadap Niat Dan Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak menyimpulkan: 1. Keadilan sistem perpajakan berpengaruh terhadap niat 2. Religiusitas memengaruhi niat 3. Religiusitas berpengaruh terhadap perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak. 4. Niat berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap perilaku Penelitian Yessi Mutia dkk (2012) meneliti tentang Studi Ketidakpatuhan Pajak : Faktor Yang Mempengaruhinya dengan menggunakan Theory Planned behavior yang dikembangkan oleh Ajzen dalam Yessi Mutia dkk, (1991) dengan menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi di Pekanbaru menyimpulkan: 1. Keadilan pajak berpengaruh positif terhadap niat dan ketidakpatuhan Wajib Pajak 2. Norma sosial tidak berpengaruh terhadap niat untuk berprilaku tidak patuh dalam membayar pajak sedangkan norma moral berpengaruh positif terhadap niat tidak patuh wajib pajak dalam membayar pajak.

7 3. Resiko terdeksinya kecurangan berpengaruh positif terhadap niat untuk berprilaku tidak patuh dan perilaku untuk tidak patuh. 4. Besarnya sanksi tidak berpengaruh terhadap niat berperilaku tidak patuh sedangkan pengaruh sanksi berpengaruh terhadap perilaku tidak patuh. 5. Religiusitas tidak berpengaruh terhadap niat untuk tidak patuh namun, berpengaruh terhadap perilaku tidak patuh. 6. Niat berprilaku tidak patuh berpengaruh terhadap perilaku tidak patuh. Mustikasari (2007) dalam penelitiannya tentang KAJIAN EMPIRIS TENTANG KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN menyimpulkan bahwa 1. Sikap Tax Profesional bepengaruh positif terhadap ketidakpatuhan dan niat ketidakpatuhan tinggi 2. Pengaruh orang sekitar yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh. 3. Tax Professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya. 4. Semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professional berniat patuh. 5. semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh

8 dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya. 6. tax professional yang memiliki niat ketidakpatuhan pajak rendah, ketidakpatuhan pajaknya rendah. 7. jika tax professional mempunyai persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka tax professional akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang dia wakili. 8. jika tax professional mempunyai persepsi bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan tinggi atau mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah Perbedaan mendasar dari penelitian ini dengan penelitian Yessi Mutia dkk (2012) dan Elia Mustikasari (2007) adalah variabel yang digunakan yaitu (1) Persepsi terhadap keadilan pajak (2) Religiusitas (3) Resiko Deteksi (4) Kondisi ekonomi (5) profitabilitas dengan variabel dependen (1) Niat Untuk Berprilaku Tidak Patuh dan (2) Perilaku Tidak Patuh. Penelitian ini dilakukan pada tahu 2013 dengan mengambil sampel Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) Usaha Keci l Mikro Menengah (UMKM) di Yogyakarta. Peneliti mengambil populasi UMKM karena UMKM memiliki peranan penting dalam pembangunan, hal ini ditunjukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN tahun 2005-2025. Untuk memperkuat daya saing bangsa, salah satu kebijakan pembangunan jangka

9 panjang adalah memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan masing-masing wilayah menuju keunggulan kompetitif. Perwujutan kebijakan ini salah satunya melalui pengembangan UMKM. Selain itu, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), menunjukkan makin kuatnya posisi UMKM dalam kebijakan pembangunan nasional, Rahmana dalam Nurina, (2009). PP nomor 46 tahun 2013 bersifat final yang mulai dilaksanakan pada 1 Juli 2013. Ini adalah upaya untuk mendorong pemenuhan hak bagi setiap warga negara termasuk pengusaha UMKM untuk ikut berpartisipasi membayar pajak, dan untuk memberikan kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final dengan tarif 1% atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak tidak melebihi Rp 4,8 miliar. Menurut Junaidi Eko Widodo dan Ni Luh Putu Argiyanti, Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan Penyuluhan Ditjen Pajak dalam wawancaranya di TV lokal Surabaya (dalam pajak.go.id/news,23/10/13) menjelaskan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup besar dalam perekonomian nasional.

10 Berdasarkan data Produksi Domestik Bruto (PDB) UMKM mempunyai kontribusi kurang lebih 57% dari total PDB. Namun demikian apabila dibandingkan dengan kontribusi UMKM terhadap penerimaan pajak, masih sangat rendah hanya 0.7% dari total penerimaan pajak. Sedangkan jika dilihat dari jumlah UMKM di seluruh Indonesia saat ini sekitar 50-60 juta dibandingkan dengan jumlah seluruh Wajib Pajak sebesar 20 juta, menunjukkan kontribusi UMKM terhadap penerimaan pajak masih rendah. Penelitian ini juga menggunakan Theory Planned Behavior yang dikembang oleh Azjen dalam Mustikasari (1991). Teori ini menjelaskan bahwa adanya niat untuk berperilaku dapat menimbulkan perilaku yang ditampilkan oleh individu. Sedangkan niat untuk berperilaku itu muncul karena ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: (1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation), (2) normatif beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). B. Batasan Penelitian 1. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap niat tidak patuh wajib pajak dalam membayar adalah: Persepsi terhadap Keadilan Sistem

11 Perpajakan, Resiko Deteksi, Religiusitas, Kondisi Ekonomi, Profitabilitas. 2. Populasi penelitian ini adalah UMKM yang berada di kota Yogyakarta. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalaha sebagai berikut : 1. Apakah persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak patuh. 2. Apakah resiko deteksi berupa sanksi legal berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak patuh. 3. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak Patuh. 4. Apakah kondisi ekonomi berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pajak 5. Apakah profitabilias Wajib Pajak berpengaruh terhadap niat ketidakpatuhan pajak. 6. Apakah niat berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap ketidakpatuhaan pajak. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis apakah persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak patuh.

12 2. Untuk menganalisis apakah resiko deteksi berupa sanksi legal berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak patuh. 3. Untuk menganalisis apakah religiusitas berpengaruh terhadap niat untuk berperilaku tidak patuh. 4. Untuk menganalisi apakah kondisi ekonomi berpengaruh terhadap niat ketidakpatuhan pajak. 5. Untuk menganalisi apakah profitabilitas Wajib Pajak berpengaruh terhadap niat ketidakpatuhan pajak. 6. Untuk menganalisis apakah niat berperilaku tidak patuh berpengaruh terhadap ketidak patuhaan pajak. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa: Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak tidak patuh terhadap kewajibannya. 2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta: Dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil Kantor Pelayan Pajak Pratama Yogyakarta guna mengetahui penyebab ketidakpatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. 3. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Sebagai tambahan literatur dan bukti penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap kewajibannya. 4. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi: Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dalam membayar kewajiban pajaknya.