BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

FARMASI USD Mei Oleh : Yoga Wirantara ( ) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

JAMBU BIJI BAB. I. (Psidium guajava L.) Gambar 1.1. Macam-Macam Warna Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita (Jawetz dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

COCCIDIOIDES IMMITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl.

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Proses Pembuatan Madu

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

PENGARUH EKSTRAK TANAMAN CEREMAI, DELIMA PUTIH, JATI BELANDA, KECOMBRANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut : 13,14

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen) dan bertekstur kasar (Rochani N, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang. Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri coccobacilli golongan gram negatif, sering terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tawas dapat digunakan sebagai pengering / pengawet, juga membersihkan

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

SIMPLISIA dari SELURUH TANAMAN MENIRAN (I)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Khamir. Karakteristik Khamir

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans 1. Klasifikasi Kerajaan Filum Upafilum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Saccharomycotina : Saccharomycetes : Saccharomycetales : Saccharomycetaceae : Candida : Candida albicans ( Dian, 2008 ) 2. Morfologi Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ ( Tauryska, 2011 ). 5

6 C. albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ ( Tauryska, 2011 ). C. albicans dapat tumbuh pada variasi ph yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada ph antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28 o C - 37 o C. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO 2 dan H 2 O dalam suasana aerob ( Tauryska, 2011 ). Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau etanol dan CO 2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi, karbohidrat dipakai oleh C. albicans

7 sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel ( Hendrawati, 2008 ). C. albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon (Hendrawati, 2008). Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan pada glukosa, maltosa dan sukrosa namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa (Hendrawati, 2008 ). Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponenkomponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel C. albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda (Hendrawati, 2008 ).

8 3. Patogenitas Bagian Tubuh yang Mungkin Terinfeksi Candida albicans Pada manusia C. albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. C. albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan (Jawetz et al, 2005). Kandidiasis superficial (kulit atau mukosa) ditandai oleh penambahan cacah lokal Candida dan kerusakan kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal oleh ragi dan pseudohifa. Histologi lokal lesi kulit atau mukokutan ditandai oleh reaksi peradangan yang bervariasi dari abses pyogenik sampai granuloma kronis. Lesi ini mengandung pseudohifa dan sel ragi bertunas yang berlimpah-limpah (Jawetz et al, 2005). 4. Gambaran klinik Faktor-faktor predisposisi utama infeksi C. albicans adalah : diabetes mellitus, imunodefisiensi, kateter intra vena atau kateter air kemih yang terpasang terus-menerus, penyalahgunaan narkotika intravena, pemberian antimikroba (yang mengubah flora bakteri normal), dan kortikosteroid. a. Mulut Infeksi mulut(sariawan), terutama pada bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian

9 besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang berkelupas, dan terdapat erosi yang minimal pada selaput. Pertumbuhan candida didalam mulut akan lebih subur bila disertai kortikosteroid, antibiotika, kadar glukosa tinggi, dan imunodefisiensi ( Jawets et al, 2005 ). b. Genitalia wanita Vulvovaginitis terjadi menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat, dan pengeluaran secret. Hilangnya Ph asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis kandida. Dalam keadaan normal Ph yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina. Diabetes, kehamilan, progesterone, atau pengobatan antibiotika merupakan predisposisi penyakit ini ( Jawets et al, 2005 ) c. Kulit Jamur ini sering ditemukan di daerah lipatan, misalnya ketiak, di bawah payudara, lipat paha, lipat pantat dan sela jari kaki. Kulit yang terinfeksi tampak kemerahan, agak basah, bersisik halus dan berbatas tegas. Gejala utama adalah rasa gatal dan rasa nyeri bila terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman ( Jawetz et al, 2005). d. Kuku Kuku yang terinfeksi tampak tidak mengkilat, berwarna seperti susu, kehijauan atau kecoklatan. Kadang-kadang permukaan kuku menimbul dan tidak rata. Di bawah permukaan yang keras terdapat bahan rapuh

10 yang mengandung jamur. Kelainan ini dapat mengenai satu/beberapa atau seluruh jari tangan dan kaki (Jawetz et al,2005). e. Saluran Pencernaan Stomatitis dapat terjadi bila khamir menginfeksi rongga mulut. Gambaran klinisnya khas berupa bercak-bercak putih kekuningan, yang menimbul pada dasar selaput lendir yang merah. Hampir seluruh selaput lendir mulut, termasuk lidah dapat terkena. Gejala yang ditimbulkannya adalah rasa nyeri, terutama bila tersentuh makanan (Jawetz et al, 2005). 5. Imunitas Dasar resistensi terhadap candidiasis adalah rumit dan belum dipahami dengan sempurna. Respon imun cell-mediated, terutama sel-sel CD4, penting dalam mengendalikan candidiasis mukokutan ( Jawetz et al, 2005). Serum manusia sering mengandung antibody IgG yang menggumpalkan candida in vitro dan mungkin bersifat kandidasial ( Jawetz et al, 2005 ). 6. Struktur antigen Test aglutinasi dengan serum yang terabsorbsi menunjukkan bahwa semua strain C. albicans termasuk dalam dua kelompok besar serologik A dan B. Kelompok A mencakup C tropicalis. Ekstrak Candida untuk serologi dan kulit terdiri atas campuran antigen. Antibodi dapat diketahui melalui presipitasi, imunodifusi, aglutinasi lateks dan tes-tes lainnya (Simatupang, 2008).

11 B. Delima 1. Deskripsi Buah delima (Punica granatum L) merupakan tanaman semak atau perdu yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 5-8 m. Tanaman ini berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di selatan India. Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Tanaman tersebut sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam (Susanto,2012). Batang tanaman delima berbentuk kayu dengan ranting yang bersegi, dan percabangan banyak tetapi lemah. Pada ketiak daunnya, terdapat duri. Ketika masih muda, warnanya cokelat, dan berubah menjadi hijau kotor setelah tua. Daunnya tunggal dengan tangkai yang pendek, dan letaknya berkelompok. Daun delima memiliki bentuk yang lonjong dengan pangkal yang lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, dan permukaan mengkilap. Panjang daun bisa mencapai 1-9 cm dengan lebar 0,5-2,5 cm (Susanto, 2012). Delima bisa berbunga sepanjang tahun. Bunganya tunggal dengan tangkai pendek, serta keluar di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas. Biasanya, terdapat satu sampai lima bunga, dengan warna merah, putih, atau ungu. Warna bunga ini juga menentukan warna buahnya. Bunga yang berwarna merah akan menghasilkan buah yang berwarna merah, bunga yang

12 berwarna putih akan menghasilkan buah yang berwarna putih, sedangkan bunga yang berwarna ungu juga akan menghasilkan buah yang berwarna ungu (Araiitum, 2012). Di Indonesia, buah delima dikelompokkan sesuai dengan warnanya, yaitu delima merah, putih, dan ungu. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm. Terkadang, pada buah tersebut terdapat bercak-bercak yang agak menonjol dan berwarna lebih tua. Selain itu, buah ini juga mudah dikenali dengan adanya calyx atau mahkota yang menjadi ciri khasnya (Araiitum, 2012). Di dalam buah sudah matang, terdapat butiran-butiran biji berwarna putih yang terbungkus oleh daging buah. Daging buah delima memiliki warna sesuai dengan jenis warna buahnya. Bijinya banyak, kecil-kecil, bentuknya bulat panjang bersegi dan agak pipih, keras, serta tersusun secara tidak beraturan (Araiitum, 2012). 2. Klasifikasi Delima Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae

13 Ordo Famili Genus : Myrtales : Punicaceae : Punica Spesies : Punica granatum L. (Khalida, 2012). Gambar 1 : pohon dan buah delima 3. Kandungan kimia Kulit buah mengandung alkaloid pelletierene; flavonoid, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin(tanin), resin, triterpenoid, kalsium oksalat dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5-1 % senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletierine (C 8 H 14 N0), pseudopelletierine (C 9 H 15 N0), metilpelletierine (C 8 H 14 NO.CH 3 ), isopelletierine (C 8 H 15 N0), dan metilisopellettierine (C 9 H 12 N0).

14 Daun mengandung alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa, fruktosa, maltose, vitamin (A,C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, natrium dan kalium) dan tannin. Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing kremi. Kulit buah dan kulit kayu juga astrigen kuat sehingga digunakan untuk pengobatan diare ( Natalegawa, 2010). 4. Khasiat Kulit buah rasanya asam, pahit, sifatnya hangat, astrigen, beracun (toksik). Berkhasiat menghentikan pendarahan (hemostatis), peluruh cacing usus (vermifuga), antidiare, dan antivirus. Kulit buah dan bunganya merupakan astrigen kuat. Rebusan keduanya biasanya menghentikan perdarahan. Kulit akar dan kulit kayu mempunyai bau lemah dan rasa asam, berkhasiat sebagai peluruh dahak, vermifuga, pencahar dan astrigen usus. Daunnya berkhasiat sebagai peluruh haid. Daging buah (daging pembungkus biji) berkhasiat penyejuk, peluruh kentut. Biji sifatnya sejuk, tidak beracun, berkhasiat pereda demam, antitoksik, melumas paru, dan meredakan batuk. Kulit akar berkhasiat peluruh cacing usus. Kulit buah menghambat pertumbuhan basil typhoid. Kulit buah dapat mengendalikan penyebaran infeksi virus polio, virus herpes simpleks, dan virus HIV (Nasil, 2010). Selain itu juga mempuyai kandungan alkaloid, flavonoid dan tannin yang mempunyai aktifitas mikroba terhadap Candida albicans ( Nauli,2010).

15 C. Infusum Infusum adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisa dengan air pada suhu 90 0 C selama 15 menit. Infusum merupakan proses penyari kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati ( Anief, 1994). D. Mekanisme Kerja Kulit Buah Delima Menghambat C. albicans Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30% elligatannin (tanin), triterpenoid, dan 0,5-1 % alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang sangat toksik atau beracun, methylpelletierine, flavonoid, dan pseudopelletierine. Mekanisme antifungi yang dimiliki adalah senyawa kimia fenolik, salah satunya tanin karena kemampuannya menghambat sintesis chitin yang digunakan untuk pembentukan dinding sel pada jamur. Kemampuan inhibisi sintesis chitin yang dimiliki oleh tanin ini disebabkan karena besarnya daya polimerasi yang terdapat pada gugus hyroxyl di cicin B dalam struktur kimia tanin ( Nauli,2010 ). E. Kerangka konsep Infusum delima putih (Punica granatum L.) kering dan basah dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak. Terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans Variabel bebas Variabel terikat

16