E- ISSN: , Print ISSN: ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 41-48

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ABANG I, KABUPATEN KARANGASEM TAHUN Wan Muhamad Azren 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI HIPERTENSI PADA PENDUDUK UMUR 30 TAHUN HINGGA 80 TAHUN DI KECAMATAN TEMBUKU BANGLI BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

Mengetahui Hipertensi secara Umum

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. 1

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

Transkripsi:

Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi terhadap Edukasi Penatalaksanaan Hipertensi oleh Petugas Kesehatan Puskesmas Abang I, Kabupaten Karangasem Bali Periode Januari-Desember 2013 Felix Harianto Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diterima: 4 Maret 2016. Disetujui: 28 Maret 2016. Diterbitkan: Juni 2016 ABSTRAK Hipertensi merupakan suatu penyakit yang memerlukan penatalaksanaan seumur hidup sehingga tekanan darah pasien hipertensi dapat terkontrol. Hal ini mengkibatkan kepatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan edukasi penatalaksanaan hipertensi menjadi krusial dalam proses penatalaksanaan hipertensi itu sendiri. Penelitian mengenai kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi oleh Kenny dan Karisma pada 2013 di Denpasar menunjukkan hanya 29% sampel yang memiliki kepatuhan minum obat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap edukasi mengenai penatalaksanaan hipertensi yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas Abang I, Kabupaten Karangasem periode Januari 2013 Desember 2013. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 79 pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Abang I periode Januari 2013 Desember 2013. Data didapatkan dengan menggunakan wawancara terstruktur menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya pasien yang tidak patuh terhadap edukasi mengenai konsumsi garam (29,1%), konsumsi alkohol (10,1%), merokok (21,5%), melakukan aktivitas fisik (60,8%), kontrol berobat (32,9%), dan minum obat (34,2%). Kata Kunci : Penatalaksanaan Hipertensi, Tingkat Kepatuhan, Edukasi STUDY OF HYPERTENSIVE PATIENTS COMPLIANCE TOWARDS HYPERTENSIVE MANAGEMENT ADVICE GIVEN BY MEDICAL STAFF IN ABANG I HEALTH CENTRE, KARANGASEM DISTRICT PERIOD JANUARY-DECEMBER 2013 ABSTRACT Hypertension is a disease which needs a life time management so that hypertensive patients blood pressure can be controlled. As a result, hypertensive patients compliance towards hypertensive management advice given to them becomes a crucial thing. A study by Kenny and Karisma in 2013 about hypertensive patients compliance in taking antihypertensive drugs in Denpasar shows only 29% of all samples has a good compliance. This study aims to make an overview of hypertensive patients compliance towards medical advice given by medical staff in Abang I health centre, Karangasem district, of January 2013 to December 2013. This is a quantitative descriptive study with a cross sectional approach with 79 samples. The samples are hypertensive patients in Abang I health centre s working area of January 2013 to December 2013. Data is obtained by a structured interview with questionnaires help. The result of this study shows there are patients that don t adhere towards medical advice about salt consumption (29,1%), alcohol consumption (10,1%), smoking 41

(21,5%), physical activity (60,8%), medical check-up (32,9%), and pharmacological medication consumption (34,2%). Keywords : Hypertension Management, Compliance, Education PENDAHULUAN Hipertensi telah menjadi suatu masalah global yang terlihat dari prevalensi yang terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung karena hipertensi tidak menimbulkan gejala atau bersifat asimtomatik. Pada umumnya, sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Oleh sebab itu, penyakit ini sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa penyakit lain. 1 Hampir di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Dalam kriteria tekanan darah menurut JNC 7 di bagi menjadi 4 kategori,yaitu normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2. 2,3 Hipertensi merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi di seluruh dunia. Di indonesia saat ini, angka kematian karena hipertensi sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. 4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. 5 Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. 3,4 Puskesmas Abang I merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Hipertensi ternyata juga menjadi masalah kesehatan utama di Puskesmas Abang I. Berdasarkan data kunjungan pada 2013, hipertensi termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Abang I, yakni menempati urutan ke lima dengan jumlah 836 kasus. Dari 836 kunjungan, pasien yang mengalami hipertensi berjumlah 230 orang, ini menandakan bahwa pasien berkunjung lebih dari satu kali. Dengan jumlah pasien - sebanyak 115 orang dan perempuan 115 orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sejak 2011 yang berdasarkan data yang tersedia di Puskesmas Abang I, pada 2011 terdapat 480 kasus yang berkunjung ke Puskesmas Abang I dan pada 2012 sebanyak 513 kasus yang berkunjung ke Puskesmas Abang I. Pada kedua tersebut, hipertensi tidak memasuki 10 penyakit terbanyak. 6 Hipertensi merupakan suatu penyakit yang memerlukan penatalaksanaan seumur hidup sehingga tekanan darah pasien dapat terkontrol. Secara garis besar, terdapat 2 metode penatalaksanaan hipertensi yakni melalui modifikasi gaya hidup serta farmakologi. 7,8 Mengingat penatalaksanaan hipertensi yang bersifat seumur hidup, maka kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan menjadi hal yang krusial dalam menjaga tekanan darah mereka tetap terkontrol. Penelitian mengenai kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi pernah dilakukan oleh Evadewi dan Sukmayanti pada 2013 di Denpasar. Hasil penelitian mereka menunjukkan hanya 29% sampel yang memiliki kepatuhan minum obat yang baik. 6,9,10 Tidak ada data mengenai tingkat kepatuhan pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Abang I serta berdasarkan hasil dari observasi serta wawancara beberapa pasien hipertensi poliklinik umum, pasien hipertensi hanya mendapatkan informasi penatalaksanaan hipertensi dari petugas puskesmas ketika mereka datang untuk kontrol berobat. Metode edukasi yang seperti ini memiliki kelemahan berupa lamanya waktu di antara kontrol berobat yang bisa berjarak seminggu bahkan sampai sebulan sehingga ketidakpatuhan terhadap edukasi sangatlah mungkin terjadi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran 42

tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap edukasi mengenai penatalaksanaan hipertensi yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas Abang I, Kabupaten Karangasem Periode Januari 2013 Desember 2013. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan satu kali pengumpulan data untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan penderita hipertensi terhadap edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas Abang I Karangasem periode Januari 2013 Desember 2013. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Abang I Karangasem pada tanggal 29 September 2014 sampai dengan 4 Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis hipertensi yang datang ke Puskesmas Abang I dari bulan Januari 2013 - Desember 2013. Populasi diambil berdasarkan data register pelayanan rawat jalan Puskesmas Abang I bulan Januari 2013 - Desember 2013. Sebagai sampel adalah pasien yang didiagnosis hipertensi di Puskesmas Abang 1 selama Januari 2013 - Desember 2013 yang masuk ke dalam kriteria inklusi dan tidak masuk kriteria ekslusi. Berdasarkan perhitungan rumus didapatkan sampel minimal sebanyak 79 orang. Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menetapkan menjadi 80 sampel. Pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: (1) Pada wilayah kerja Puskesmas Abang I terdapat 8 desa yaitu: Desa Abang, Desa Ababi, Desa Tiyingtali, Desa Pidpid, Desa Nawakerti, Desa Kesimpar, Desa Tista, dan Desa Tribuana. (2) Berdasarkan data register Puskesmas Abang I periode Januari-Desember 2013 didapatkan 230 pasien hipertensi sebagai sample frame. Kemudian dibuat daftar sample frame dan diberi nomor dari 1 sampai 230. (3) Dipilih secara acak angka dari 1 sampai 6 kemudian angka yang terpilih akan dijadikan interval daftar sample frame untuk pemilihan sampel, contohnya bila terpilih angka 5 maka akan dipilih sampel no 1 kemudian 6 kemudian 11 dan seterusnya sampai tercapai 79 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur melalui kuisioner dari rumah ke rumah. Sebelum wawancara dilakukan responden diminta persetujuan terlebih dahulu merujuk pada prinsip dan etika penelitian kedokteran. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan program komputer meliputiediting, coding, entry dan tabulasi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Penelitian dilakukan terhadap 79 sampel pasien hipertensi yang didiagnosis di Puskesmas Abang I selama periode Januari-Desember 2013. Sampel bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Abang I. Dari sejumlah responden yang terpilih, seluruhnya menyatakan bersedia untuk ikut serta di dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilaksanakan dari tanggal 30 September sampai 15 Oktober 2014. Wawancara dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dan dilakukan dengan mengunjungi rumah responden. Dari 79 responden yang telah diwawancarai, diperoleh karakteristik penduduk meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%) Umur 26 35 36 45 46 55 56 65 3 8,9 7 3,8 18 22,8 24 30,4 66 27 34,2 Jenis Laki 35 44,3 43

Kelamin 26 35 36 45 46 55 56 65 3 3,8 0 0 9 11,4 11 13,9 66 12 15,2 Dari data yang diperoleh, responden lebih banyak pada kelompok usia >65 (manula) sebanyak 27 orang (30,4%) dan lebih banyak berjenis kelamin perempuan (55,7%). Mayoritas pendidikan terakhir adalah tamat SD atau sederajat sejumlah 41 orang (51,9%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Garam Tabel 2. Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Garam Perempua n 44 55,7 Laki - Tingkat Pendidikan 26 35 36 45 46 55 56 65 0 0 7 8,9 9 11,4 13 16,5 66 15 19 Tidak sekolah Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat 7 8,9 41 51,9 12 15,2 16 20,3 Melebihi batas untuk pasien hipertensi 7 16 23 % 20 36,4 29,1 Dalam batas untuk pasien hipertensi 28 28 56 % 80 63,6 70,9 Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 23 responden atau 29,1% mengkonsumsi garam melebihi batas untuk pasien hipertensi, terdiri dari 7 (20%) dan 16 perempuan (36,4%). Sedangkan yang mengkonsumsi garam dalam batas untuk pasien hipertensi sebanyak 56 orang (70,9%), terdiri dari 28 orang - (80%) dan 28 orang perempuan (63,6%). Tamat Perguruan Tinggi 3 3,8 Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Alkohol 44

Tabel 3. Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Alkohol % 54,3 97,7 78,5 Laki - Melebihi batas untuk pasien hipertensi 8 0 8 % 22,9 0 10,1 Dalam batas untuk pasien hipertensi 27 44 71 % 77,1 100 89,9 Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 8 responden atau 10,1% mengkonsumsi alkohol melebihi batas untuk pasien hipertensi dimana semuanya terdiri dari (22,9%). Sedangkan yang mengkonsumsi alkohol dalam batas untuk pasien hipertensi sebanyak 71 orang (89,9%), terdiri dari 27 orang - (77,1%) dan 44 orang perempuan (100%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Merokok Pada Pasien Hipertensi Tabel 4. Distribusi Tingkat Kepatuhan Merokok Laki Merokok 16 1 17 Tidak merokok % 45,7 2,3 21,5 19 43 62 Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 17 responden atau 21,5% merokok terdiri dari 16 orang (45,7%) dan 1 (2,3%) orang perempuan. Sedangkan yang tidak merokok sebanyak 62 orang (78,5%), terdiri dari 19 orang - (54,3%) dan 43 orang perempuan (97,7%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Melakukan Aktivitas Fisik Tabel 5. Distribusi Tingkat Kepatuhan Melakukan Aktivitas Fisik Tidak melakukan aktivitas fisik Laki 15 33 48 % 42,9 75 60,8 Melakukan aktivitas fisik 20 11 31 % 57,1 25 39,2 Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 48 responden atau 60,8% tidak melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit terdiri dari 15 orang (42,9%) dan 33 orang perempuan (75%). Sedangkan yang melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sebanyak 31 orang (39,2%), terdiri dari 20 orang - (57,1%) dan 11 orang perempuan (25%). 45

Distribusi Tingkat Kepatuhan Kontrol Berobat Tabel 6. Distribusi Tingkat Kepatuhan Kontrol Berobat Rutin minum obat % 45,7 25 34,2 19 33 52 % 54,3 75 65,8 Laki Tidak rutin kontrol berobat Rutin kontrol berobat 15 11 26 % 42,9 25 32,9 20 33 53 % 57,1 75 67,1 Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 26 responden atau 32,9% tidak rutin kontrol berobat terdiri dari 15 orang (42,9%) dan 11 orang perempuan (25%). Sedangkan yang rutin kontrol berobat sebanyak 53 orang (67,1%), terdiri dari 20 orang - (57,1%) dan 33 orang perempuan (75%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Tabel 7. Distribusi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Laki Dari 79 responden yang di wawancara, sebanyak 27 responden atau 34,2% tidak rutin minum obat terdiri dari 16 orang (45,7%) dan 11 orang perempuan (25%). Sedangkan yang rutin minum obat sebanyak 52 orang (65,8%), terdiri dari 19 orang - (54,3%) dan 33 orang perempuan (75%). PEMBAHASAN Distribusi Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Hipertensi Berdasarkan Penelitian oleh Evadewi dan Sukmayanti pada 2013 menunjukkan subyek dengan jenis kelamin maupun perempuan lebih banyak yang tidak patuh dalam mengonsumsi obat. Walaupun jumlah subyek lebih banyak yang tidak mematuhi proses pengobatan. Hal ini dikarenakan faktor gaya hidup usia dewasa yang cenderung kurang mempedulikan kesehatan. Pada penelitian ini ditemukan hasil yang serupa berupa persentase yang tidak patuh minum obat lebih tinggi dari persentase perempuan. Hasil ini juga terjadi pada kategori kepatuhan mengenai konsumsi alkohol, merokok, serta rutinitas kontrol berobat. Namun pada kategori kepatuhan mengenai konsumsi garam dan aktivitas fisik, persentasi yang patuh lebih tinggi daripada persentase perempuan. 3 Tidak rutin minum obat 16 11 27 Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Garam Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. 1 Penelitian oleh Ohta menunjukkan 46

tingkat kepatuhan yang rendah dalam diet rendah garam bagi pasien hipertensi di Jepang. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup menjadi seperti di barat seperti kebiasaan makan di luar rumah dan makan makanan cepat saji. Fenomena ini terutama terjadi pada orang yang memiliki pekerjaan tetap yang meningkatkan kemungkinan makan makanan di luar. 4 Penelitian ini menunjukkan adanya pasien yang mengkonsumsi garam melebihi batas untuk pasien hipertensi sebanyak 23 responden (29,1%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Konsumsi Alkohol Alkohol bila diminum melebihi batas yang ditentukan untuk pasien hipertensi memiliki dampak untuk menaikkan tekanan darah. 1 Dalam penelitian ini hanya 8 responden (10,1%) yang mengkonsumsi alkohol melebihi batas untuk pasien hipertensi. Distribusi Tingkat Kepatuhan Merokok Pada Pasien Hipertensi Rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. 1 Penelitian oleh Heimann menunjukkan 13% responden dari 1125 pasien tidak patuh dalam hal larangan merokok. Hal ini diakibatkan pada susahnya untuk merubah kebiasaan merokok serta kurangnya informasi dalam hal larangan merokok. 6 Pada penelitian ini didapatkan 17 responden atau 21,5% dari total responden yang merokok. Distribusi Tingkat Kepatuhan Melakukan Aktivitas Fisik Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi karena olahraga aerobik (seperti bersepeda, jogging) yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan dapat menurunkan tekanan darah. 1,2 Penelitian oleh Mahmoud menunjukkan 796 responden (88,4%) dari total 900 responden tidak patuh untuk melakukan aktivitas fisik. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya aktivitas fisik bagi pasien hipertensi, kesulitan memulai kebiasaan melakukan aktivitas fisik, adanya pekerjaan sehari hari yang menyita waktu, serta adanya kondisi fisik yang menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. 5,6 Hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yakni sebanyak 48 responden (60,8%) tidak melakukan aktivitas fisik sekurang kurangnya 30 menit dalam sehari. Distribusi Tingkat Kepatuhan Kontrol Berobat Seperti telah disebutkan sebelumnya, hipertensi membutuhkan penatalaksanaan yang seumur hidup sehingga rutin kontrol berobat menjadi krusial dalam menjaga tekanan darah pasien hipertensi tetap terkontrol. 1 Penelitian oleh Mahmoud menunjukkan 591 responden (65,7%) dari 900 responden tidak rutin kontrol berobat. Hal ini diakibatkan karena pasien tidak memiliki motivasi untuk rutin kontrol berobat karena tidak merasakan gejala apa apa serta adanya masalah finansial. 1,3 Penelitian ini menunjukkan masih adanya pasien yang tidak rutin kontrol berobat sebanyak 26 responden (32,9%). Distribusi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Farmakologi merupakan salah satu metode untuk penatalaksanaan hipertensi. 1,8 Penelitian oleh Mahmoud menunjukkan 699 responden (77,7%) dari 900 responden tidak rutin minum obat. Hal ini diakibatkan karena pasien tidak memiliki motivasi untuk rutin minum obat karena tidak merasakan gejala apa apa, lupa dengan jadwal minum obat, serta adanya masalah finansial. 3 Penelitian ini menunjukkan masih ada nya pasien yang tidak rutin minum obat sebanyak 27 responden (34,2%). Kelemahan Penelitian Kelemahan daripada penelitian ini ialah proses pengambilan data yang berupa wawancara dengan menggunakan alat berupa kuisioner. Kemungkinan terjadinya bias sangatlah tinggi dikarenakan pada saat wawancara dilakukan, subyek mungkin ingin terlihat sebagai individu yang peduli terhadap kesehatannya sehingga subyek menjawab patuh. Hal ini tercermin dari hasil penelitian yang menunjukkan persentase subyek yang patuh dalam kategori konsumsi garam, konsumsi alkohol, merokok, kontrol berobat, serta minum obat lebih 47

tinggi daripada persentase subyek yang tidak patuh. Hanya kategori kepatuhan dalam aktivitas fisik yang menunjukkan persentase subyek yang tidak patuh lebih tinggi dari persentase subyek yang patuh. Kelemahan lain dari penelitian ini ialah alat pengambilan data berupa kuisioner yang menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban berupa iya atau tidak. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam intrepetasi jawaban sangat tinggi karena subyek hanya dibatasi jawabannya berupa iya atau tidak. Serta metode pengambilan data yang seperti ini sangatlah tergantung pada subyek sehingga kurang obyektif. SIMPULAN Dari penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Kejadian hipertensi lebih banyak dialami pada umur 66 sebesar 34,2%, perempuan dengan umur 66 sebesar 55,6%, serta dengan tingkat pendidikan tamat SD atau sederajat sebesar 51,9%. (2) Peneliti melihat masih adanya pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Abang I periode Januari 2013 Desember 2013 yang tidak patuh dalam menjalankan edukasi penatalaksanaan hipertensi dalam hal konsumsi garam, konsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi, konsumsi alkohol, merokok, beraktivitas fisik, kontrol berobat, dan minum obat. (3) Pada kategori kepatuhan mengenai konsumsi alkohol, merokok, rutinitas kontrol berobat dan minum obat, persentase yang tidak patuh lebih tinggi daripada persentase perempuan.. Namun pada kategori kepatuhan mengenai konsumsi garam dan aktivitas fisik, persentase yang patuh lebih tinggi daripada persentase perempuan. SARAN Dari penelitian dan pembahasan dapat dirumuskan saran untuk penelitian berikutnya sebagai berikut: (1) Perlu adanya suatu program untuk penatalaksanaan hipertensi yang sesuai untuk masyarakat manula mengingat golongan manula menduduki peringkat tertinggi untuk pasien hipertensi. (2) Perlu adanya suatu penggunaan metode yang obyektif dalam hal pengambilan data dari responden sehingga data yang ada tidak bias apabila akan diadakan penelitian yang lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. 2013. A global brief on Hypertension 2. Appel LJ, Brands MW, et al. 2006. Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension A Scientific Statement From the American Heart Association. Hypertension. 47:296-308. 3. Binongko A. 2010. Hipertensi Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. 4. Evadewi PTR, Sukmayanti LMK. 2013. Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A dan Tipe B. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1):32-42. 5. Gormer B. 2007. Farmakologi Hipertensi. 6. Heymann AD, Gross R, et al. 2011. Factors Associated with Hypertensive Patients Compliance with Recommended Lifestyle Behaviors. IMAJ. 13:553-557. 7. Mahmoud MIH. 2012. Compliance with Treatment of Patients with Hypertension in Almadinah Almunawwarah: A communitiy-based study. Journal of Taibah University Medical Sciences. 7(2):92-98. 8. Martin J. 2008. Hypertension Guidelines: Revisiting The JNC 7 Recommendations. The Journal of Lancaster General Hospital. 3(3):91-97. 9. Mohammed AR. 2013. Hypertension. Available at: www.clevelandclinicmeded.com/medical pubs/diseasemanagement/nephrology/ar terial-hypertension/. Akses: 10 Oktober 2014. 10. Ohta Y, Tsuchihashi T, et al. 2005. Long- Term Compliance with Salt Restriction in Japanese Hypertensive Patients. Hypertens Res. 28(12):953-957. This work is licensed under A Creative Commons Attribution 48

49