ANALISIS PERSEPSI GURU DAN PESERTA DIDIK TERHADAP KUALITAS BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA NEGERI DI KABUPATEN PINRANG Nurhani SMA Negeri 1 Pinrang, Kabupaten Pinrang Email: nurh4nie@yahoo.co.id Abstract: Analysis of Teachers and Students Perceptions on the Quality of Physics Instructional Materials of Class XI at Public Senior High Schools in Pinrang. This is a descriptive study using survey which aims at describing the perception of teachers and students on Physies instructional materials used in class XI of senior high schools in Pinrang. The population was all Physics teachers and students in class XI science at SMAN in Pinrang. The samples comprised to 6 schools namely, SMAN 1 Pinrang, SMAN 2 Pinrang, SMAN 4 Pinrang, SMAN 6 Pinrang, SMAN 7 Pinrang, SMAN 11 Pinrang with the total number of 473 students. Data was collected using questionnaire and analyzed by employing manual calculation technique. The result of descriptive analysis indicates that the perception of teachers and students on the qualyty of Physics instructional materials used in class XI of SMAN in Pinrang 74,9%, which is classified in good category. Abstrak: Analisis Persepsi Guru dan Peserta Didik Terhadap Kualitas Bahan Ajar Fisika Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Pinrang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat survey yang bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi Guru dan peserta didik terhadap bahan ajar mata pelajaran Fisika kelas XI SMA yang digunakan di Kabupaten Pinrang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru Fisika dan peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri kabupaten Pinrang, dan sampel terdiri 6 sekolah adalah SMA Negeri 1 Pinrang, SMA Negeri 2 Pinrang, SMA Negeri 4 Pinrang, SMA Negeri 6 Pinrang, SMA Negeri 7 Pinrang, SMA Negeri 11 Pinrang dengan jumlah peserta didik 473 orang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket. Tehnik analisa data menggunakan teknik perhitungan manual. Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa: gambaran persepsi guru dan peserta didik terhadap kualitas bahan ajar Fisika kelas XI SMA yang digunakan di Kabupaten Pinrang menunjukkan persentase sebesar 74,9 % yang berada pada kategori baik. Kata Kunci: persepsi guru, peserta didik, buku ajar, LKPD Kurikulum pendidikan yang sedang dilaksanakan dewasa ini adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini menjadikan pergeseran paradigma pendidikan yang semula sentralis (terpusat) menjadi desentralis, yaitu kurikulum yang disesuaikan dengan kekhasan,kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Dalam tataran praktis pendidikan, KTSP menganut paradigma baru, yaitu menyangkut visi dan aksi pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan. Paradigma baru ini dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk didalamnya berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran. Otonomi yang luas ini senantiasa diimbangi dengan perubahan yang berorientasi kepada kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dan komponen pendidikan terkait yaitu retrukturisasi pengelolaan sekolah dalam proses belajar dan iklim akademik sekolah. KTSP menerapkan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning), menekankan tercapainya kompetensi siswa secara individual dan klaksikal, mengorientasikan pada hasil belajar (learning outcomes) dan memunculkan keberagaman. Melalui kurikulum ini, penyampaian pesan pembelajaran diharapkan menggunakan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, serta penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Berdasarkan paradigma desentralis dan pendekatan kontekstual KTSP sebagaimana tersebut di atas, sebagai konsekuensi atau terbitnya Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (SNP), maka pemerintah dalam hal ini Menteri 249
250 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 10, Nomor 3, Desember 2014, hal 249-254 Pendidikan Nasional telah membuat peraturan penyelenggaraan pendidikan diseluruh Wilayah Negara Keasatuan Republik Indonesia (NKRI) agar memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Pencapaian standar isi yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, serta standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas menjadi bagian penting. Hal ini disebabkan, inovasi dalam pengembangan KTSP dan model-model pembelajaran yang diberikan secara otonomi perlu diimbangi dengan standar isi yang ditentukan pemerintah. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses, dan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Selain standar isi, pencapaian standar proses juga menjadi salah satu bagian yang mendapat perhatian. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Melalui peraturan ini, guru diharapkan untuk kemampuan standar proses yang memadai agar KTSP dapat berjalan. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar menjadi bagaian pencapaian standar proses. Pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan juga mendapat perhatian. Oleh karena itu, lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru telah mengatur berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Melalui standar pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya, guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Dalam hal ini, pencapaian standar pendidik berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Pencapaian standar pendidik berkaitan dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Hal ini terjadi karena guru memegang peranan yang sangat penting, yaitu sebagai mediator, fasilitator, motivator dan dinamisator dalam proses belajar-mengajar. Guru dalam menjalankan tugas memerlukan keterampilan dan kemampuan yang baik. Untuk melaksakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan professional yang meliputi penguasaan bahan pelajaran serta konsep-konsep dasar keilmuan, pengelolaan program belajar mengajar, penguasaan kelas, penggunaan media dan sumber pembelajaran, penguasaan landasan-landasan kependidikan, pengelolaan proses belajar mengajar, penilaian prestasi siswa, pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah, dan pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran, peningkatan kompetensi pedagogik dan kompetensi
Nurhani, Analisis Persepsi Guru dan Peserta Didik terhadap Kualitas Bahan Ajar, 251 professional guru dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan. Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang digunakan di sekolah di Kabupaten Pinrang, diperlukan adanya penilaian yang melibatkan guru dan peserta untuk menentukan pilihan. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru dan Peserta didik SMA Negeri di Kabupaten Pinrang terhadap kualitas bahan ajar Fisika kelas XI. METODE Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran persepsi guru dan peserta didik terhadap kualitas bahan ajar Fisika kelas XI di SMA Negeri Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juni sampai dengan 21 Juni 2014 di Kabupaten Populasi dalam penelitian ini ada dua kelompok yakni, semua guru fisika SMA se-kabupaten Pinrang yang berjumlah 17 orang dari 11 SMA dan kelompok peseta didik yang berasal 11 SMA di Kabupaten Pinrang. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan monogram Harry King dan terpilih sampel yang terdiri dari 6 sekolah, 6 guru dan 473 peserta didik. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru dan persepsi peserta didik tentang Bahan Ajar Fisika yang dipakai di Kabupaten Pinrang. Persepsi guru dan peserta didik tentang bahan ajar mata pelajaran fisika didefenisikan sebagai pandangan/penilaian guru dan peserta didik terhadap kualitas bahan ajar mata pelajaran fisika yang ditunjukkan dengan skor. Adapun kualitas bahan ajar ini meliputi komponen isi, bahasa, penyajian materi dan kegrafikaannya. Pengumpulan data menggunakan intrumen lembar kuesioner. Lembar Kuesioner yang digunakan adalah koesioner guru dan peserta didik tentang bahan ajar mata pelajaran fisika yang digunakan di SMA Kabupaten Pinrang yang meliputi persepsi guru dan peserta didik tentang komponen isi, bahasa, penyajian materi dan kegrafikaan bahan ajar mata pelajaran fisika. Kuesioner yang digunakan sebelumnya dinilai oleh 2 orang pakar dan hasil penilaian dari pakar tersebut kemudian dianalisis. Adapun syaratnya, jika nilai koefisien validitas isi tinggi (>75 %) maka dapat dinyatakan pengukuran atau intervensi yang dilakukan adalah valid. Teknik analisis data, dilakukan melalui tahap; 1) reduksi data, 2) penyajian data dan 3) penarikan kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dalam hal ini perhitungan persentase. Adapun perhitungan persentase mengacu pada perhitungan analisis deskriftif tiap indikator dan analisis deskriptif tiap komponen. Untuk mengetahui persepsi guru dan peserta didik tentang bahan ajar mata pelajaran fisika SMA maka ditetapkan berdasarkan kriteria yang diadaptasi dari Riduwan (2003:14), sebagai berikut: Tabel 1. Interval Persentase Persepsi guru dan peserta didik tentang Bahan Ajar mata pelajaran fisika SMA kelas XI. Interval Persentase Persepsi Guru Dan Peseta didik mata pelajaran fisika (%) 75,01-100,00 50,01-75,00 25,01-50,00 0,00-25,00 HASIL DAN DISKUSI Kategori gambaran bahan ajar Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana persepsi guru dan peserta didik terhadap kualitas bahan ajar Fisika kelas XI di SMA Negeri kabupaten Pinrang. Untuk itu, maka hasil dan pembahasan penelitian ini mendeskripsikan persepsi peserta didik, dan pesepsi guru terhadap kualitas bahan
252 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 10, Nomor 3, Desember 2014, hal 249-254 ajar Fisika kelas XI di SMA Negeri kabupaten Pinrang. A. Persepsi guru dan peserta didik terhadap kualitas buku peserta didik Buku yang dinilai adalah buku ajar yang berjudul Kajian Konsep Fisika yang ditulis oleh Muh. Farchani Rosyid dengan penerbit adalah PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Rata-rata persepsi guru terhadap kualitas buku peserta didik pada komponen-komponen isi dan konsep, koherensi penyajian gagasan, kelayakan bahasa dan kegrafikaan adalah 3,30. Hal ini berarti persepsi guru terhadap kualitas buku peserta didik berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa, secara umum guru guru mempunyai penilaian yang sangat baik terhadap kualitas bahan ajar yang digunakan pada SMA di Kabupaten Pinrang dalam hal ini adalah buku peserta didik. Persepsi terhadap buku ini yang baik, dapat disebabkan oleh kualitas buku terbitan swasta yang telah memiliki izin untuk edar. Karena hal mendasar bagi guru untuk menggunakan buku tersebut. Guru sudah cukup familiar dengan buku tersebut selain karena sudah lebih dua tahun telah digunakan oleh semua guru di Kabupaten Pinrang. Selain ini juga didukung oleh hasil analisis tentang pernyataan bagaimana pendapatmu terhadap komponen buku siswa dimana terdapat 83,33 % guru yang menyatakan buku tersebut tidak baru. Persepsi peserta didik terhadap buku siswa menunjukkan bahwa bahwa buku teks yang digunakan dapat membantu mereka dalam belajar, hal ini sejalan dengan teori (Tomlinson, 2008) yang menyatakan bahwa buku teks yang baik dapat memotivasi peserta didik untuk menyukai lingkungan belajar, penguasaan materi peserta didik juga dapat ditingkatkan, sehingga membuat belajar lebih efektif. B. Persepsi guru terhadap kualitas LKPD LKPD yang dinilai adalah LKPD yang berjudul Fisika yang ditulis oleh TIM Sinar Mandiri dengan penerbit adalah Percetakan Sinar Mandiri. Persepsi guru terhadap kualitas LKPD pada dimensi kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa dan kegrafikaan adalah 2,87 %. Hal ini berarti persepsi guru terhadap kualitas LKPD berada pada kategori baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru mempunyai penilaian yang baik terhadap kualitas LKPD yang digunakan pada SMA di Kabupaten Pinrang. Persepsi terhadap LKPD ini yang hanya berada pada kategori baik, dapat disebabkan oleh kualitas LKPD yang pada bagian tertentu dinilai belum baik seperti pada bagian kertas yang dinilai masih terlalu tipis, kotak/tempat mengisi jawaban tidak mencukupi dan lain sebagainya. Meskipun demikian LKPD ini telah memiliki izin untuk edar atau digunakan, hal ini atas rekomendasi dari forum MGMP dan DIKPORA Kabupaten Pinrang. Izin menjadi hal mendasar bagi guru untuk menggunakan LKPD tersebut. Guru sudah cukup familiar dengan LKPD tersebut oleh karena LKPD ini telah digunakan lebih dua tahun oleh semua guru di Kabupaten Pinrang. Selain itu, hal ini juga didukung oleh hasil analisis tentang pernyataan bagaimana pendapatmu terhadap komponen LKPD dimana terdapat 66,67 % guru yang menyatakan LKPD tersebut tidak baru. Dengan demikian persepsi guru terhadap LKPD adalah baik. C. Respon Guru dan Peserta Didik terhadap kesulitan materi fisika Respon Guru dan peserta didik terhadap kesulitan materi, menunjukkan bahwa terhadap Kompetensi Dasar (KD) 1.1. Menganalisis gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor pertanyaan. Guru dan peserta didik menganggap materi pada KD ini sedang. Hal ini juga bersesuaian dengan KD 1.2. Menganalisis keteraturan gerak palanet dalam
Nurhani, Analisis Persepsi Guru dan Peserta Didik terhadap Kualitas Bahan Ajar, 253 tata surya berdasarkan hukum-hukum Newton, KD 1.3. Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan, KD 1.4. Menganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran, KD 1.5. Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari, KD 1.7 Menunjukkan hibungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan, KD. 2.1. Mengimformasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan inersia, berdasarkan hukum ke II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar, KD. 2.2. Menganalisis Hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, KD 3.1. Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik, KD 3.2 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan Hukum termodinamika. Hal ini juga berlaku pada setiap SK yang ada, secara rata-rata baik guru maupun peserta didik menanggapi bahwa materi pada SK memiliki kesulitan sedang. Berdasarkan hasil analisis ini maka, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama baik guru maupun peserta didik secara rata-rata menganggap bahwa materi fisika kelas XI SMA bidang fisika memiliki tingkat kesulitan sedang. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa persepsi guru dan peserta didik terhadap materi dalam buku ajar yang digunakan memiliki tingkat kesulitan sedang. Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada materi yang dianggap susah atau mudah, namun secara rata-rata berada pada kategori sedang. SIMPULAN Simpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut : 1. Persepsi guru terhadap bahan ajar fisika kelas XI IPA SMA yang digunakan di Kabupaten Pinrang adalah keempat komponen berada pada kategori baik sedangkan komponen bahasa sudah baik, tetapi untuk komponen materi masih perlu ditambah karena ada materi esinsial yang belum tercakup. 2. Persepsi peserta didik terhadap bahan ajar fisika kelas XI IPA SMA yang digunakan di Kabupaten Pinrang untuk keempat komponen sudah baik tetapi dari segi bahasa masih perlu ditingkatkan karena ada beberapa istilah yang mereka tidak paham sedangkan materi sudah baik atau dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan buku ini berada pada kategori baik. SARAN Untuk melengkapi hasil di atas tersebut maka peneliti sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Hendaknya guru dalam menggunakan bahan ajar yang ada, dapat lebih intens dalam melakukan pembimbingan terutama dalam hal penyelesaian 2. LKS/LKPD yang ada. Hal ini disebabkan adanya informasi tentang tanggapan siswa terhadap PBM dikelas yang mengatakan bahwa, terdapat bagian yang masih perlu mendapat penjelasan dari guru. 3. Dalam menggunakan bahan ajar, guru hendaknya dapat mengembangkan sendiri sehingga kekurangan bahan ajar yang ada dapat di tutupi melalui revisi yang dilakukan. Kepada para peserta didik sebaiknya sebelum memilih jenis buku teks yang akan dijadikan acuan terlebih dahulu mengadakan survey awal jenis buku tersebut. DAFTAR RUJUKAN Akhadiyah, Sobari. 1997. Menulis 1. Jakarta: Depdikbud. Antony, Erieke Yuryevi. 2006. Kontribusi Pelatihan MGMP dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMA Negeri 1 Tahunan Jepara. Tesis: Pascasarjana
254 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 10, Nomor 3, Desember 2014, hal 249-254 Universitas Muhammadiyah Surakarta. (tidak dipublikasikan) Daniyah, 2007. Pengaruh Keaktifan Guru Ekonomi Dalam MGMP Terhadap Kemampuan Mengelola Proses Belajar Mengajar DI SMA Se-Kabupaten Magelang. Skripsi: FE Universitas Negeri Semarang. (tidak dipublikasikan) Depdiknas, 2004. Pedoman MGMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Dick, Walter dan Lou Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction. New York: Longman Hartini, Sri. 2006. Faktor-faktor Strategis Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Di SMP Negeri Se- Salatiga. Surakarta. Tesis: Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. (tidak dipublikasikan) Karim, Mariana, 1980. Pemilihan Bahan Pengajaran. Jakarta: Penlok P3G Mangkoesapoetra, Arif. 2004. Memberdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan. Mergel, 1998. Instructional Design and Learning Theory.(Online), (http/www. usask.ca/ education/ 802papers/ brenda/ mergel.html, diakses 12 Mei 2004). Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika. Permendiknas No. 16 tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Dharma Bhakti. Permendiknas No.41 Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Dharma Bhakti. Romiszowski. 1986. Developing Auto Instructional Materials. Philedelphia: Nicolas Publishing. Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia Soekamto, Toeti dan Udin Saripudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: P2T Universitas Terbuka. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sutrisno Hadi, 1989. Metodologi Research II, Yogyakarta: Andi Ofset Tomlison, Brian (ed). 1998. Material Development in Language Teaching Cambridge: Cambridege University Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika.