BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
rendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BABI PENDAHULUAN. A walnya manusia diciptakan baik adanya, seumpama selembar kertas putih

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian. meninges, dantulang (Brewis, 1983 Smeltzer & Bare, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup. Pekerjaan merupakan suatu tugas dan tanggungjawab sebagai suatu mata pencaharian untuk mencukupi kehidupan sehingga mendapatkan nafkah atas hasil kerjanya. Setiap pekerjaan memiliki tanggungjawab dan kesulitan di bidangnya masingmasing; banyak pekerjaan yang membutuhkan dedikasi yang tinggi, salah satu contoh pekerjaan tersebut yaitu pekerjaan di bidang kesehatan. Pekerjaan di bidang kesehatan ini tidak boleh dipandang sebelah mata karena sangat berisiko dan rentan terjangkit berbagai penyakit. Salah satunya yaitu perawat. Henderson (dalam Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010) mengemukakan perawat adalah seseorang yang membantu individu lain, sehat maupun sakit, dalam melakukan suatu aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan atau pemulihan kesehatan individu tersebut. American Nurses Association (ANA) dalam Kozier dkk.(2010) menyatakan perawat adalah penegak diagnosis dan penanganan respons manusia terhadap permasalahan kesehatan yang aktual dan potensial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang membantu menangani masalah kesehatan serta melakukan proses pemulihan pada seseorang dalam keadaan sehat maupun sakit. Seseorang mempunyai banyak kendala dalam menjalani kehidupannya. Kendala yang dialami oleh seseorang dapat timbul dari 1

2 berbagai macam permasalahan yang dialami sehari-hari, seperti permasalahan berkomunikasi dalam menjalin relasi antar individu, permasalahan rumah tangga atau keluarga, permasalahan pendidikan, permasalahan ekonomi dan juga permasalahan yang timbul di lingkungan pekerjaan. Berbagai macam permasalahan itu masing-masing mempunyai kesulitan tersendiri bagi individu yang menjalaniya. Salah satunya adalah permasalahan yang timbul di lingkungan pekerjaan. Perawat yang mengalami stres cenderung mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental saat berada di lingkungan kerjanya. Kejadian-kejadian yang terjadi di dalam maupun luar lingkungan kerja dapat memicu terjadinya stres pada perawat. Menurut hasil penelitian Widodo (2010), ditemukakan bahwa: Kemampuan seseorang dalam bersikap di lingkungan kerja dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap penyebab stres kerja. Faktor sikap kerja merupakan faktor yang dominan penyebab stres pada perawat yang disebabkan karena adanya kondisi yang dihadapi individu sehari-hari baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Salah satu yang menjadi pemicu stres adalah pekerjaan yang dituntut tanggung jawab penuh atas keselamatan orang lain. Saat bekerja, perawat dituntut untuk bersikap cepat, tanggap, dan terampil dalam mengambil keputusan. Perawat dituntut selalu memberikan pelayanan utama, karena perawat berinteraksi langsung dengan pasien dan harus mengetahui setiap kebutuhan pasien. Tak jarang seorang perawat menemui kendala dalam pekerjaannya. Kendala tersebut dapat datang dari lingkungan tempat seorang perawat bekerja ataupun dalam diri perawat itu sendiri. Gunarsa dan Gunarsa (dalam Sunaryo, 2004:126-130) mengemukakan, perawat dituntut untuk mampu menimbang perasaan orang

3 lain, rekan kerja, pasien, dan keluarga pasien. Selain itu perawat juga dituntut untuk menjadi pribadi yang baik dan ramah dalam berbagai kondisi dalam kondisi yang sulit. Banyaknya tuntutan pekerjaan bisa menjadi salah satu penyebab stres yang dialami oleh perawat. Saat pengambilan data awal, kondisi tersebut dirasakan oleh subjek C yang merupakan perawat ruang rawat inap yang menangani penyakit kronis, sebagai berikut ini :..saat ada pasien yang datang dalam kondisi jelek (kritis), kami para perawat berusaha sebaik mungkin untuk menolong pasien itu, tapi kalo pasien meninggal, itu yang membuat kami merasa terbebani soalnya itu tanggung jawab kami sebagai seorang tenaga medis, saya merasa memiliki beban tersendiri saat pasien tidak tertolong. Kondisi yang dialami perawat juga dapat dialami oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi, yang dapat memicu terjadinya stres. Stres merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mengancam baik keadaan fisik maupun psikologisnya (Atkinson, dkk dalam Saputra, L., 2000). Menurut Maramis (dalam Suryono, 2014) stres adalah suatu keadaan tertekan, saat seseorang dituntut untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan kondisi dalam dirinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan stres merupakan keadaan seseorang merasa tertekan saat dihadapkan pada situasi yang mengancam kondisi fisik maupun psikologis, yang diiringi dengan adanya tuntutan penyesuaian diri terhadap pemicu terjadinya stres. Stres dapat menimbulkan berbagai macam penyakit fisik mulai dari gangguan ringan sampai yang berat. Melemahnya kekebalan tubuh membuat seseorang mudah terkena penyakit. Stres dapat muncul dari kondisi individu itu sendiri. Siswanto (2007) menyatakan bahwa konflik

4 yang berhubungan dengan peran dan tuntutan tanggung jawab yang dirasakan berat bisa membuat orang merasa tegang. Seseorang mempunyai caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah; ada orang yang dengan sangat mudah dapat menyelesaikan masalahnya dan ada juga yang sulit untuk menyelesaikan permasalahannya. Menurut Rasmun (2004), ada orang yang dengan mudah dapat menyesuaikan diri terhadap stres yang dialami dan ada orang yang sulit dalam menyesuaikan diri terhadap stresnya. Artinya, setiap orang mempunyai penyesuaian tersendiri terhadap stres. Hal tersebut terjadi karena setiap orang mempunyai tingkat toleransi yang berbeda pada stres. Stres dapat mempengaruhi kesehatan seseorang secara fisik dan psikologis. Kondisi seperti ini dapat memberikan pengaruh langsung terhadap fisik seseorang, gejala yang timbul biasanya menurunnya imun tubuh, susah tidur, susah berkonsentrasi, dan sebagainya. Stres juga dapat memberikan pengaruh pada kesehatan psikologis biasanya gejala yang timbul yaitu menurunnya daya ingat, cemas berlebihan dan mudah emosi (Sarafino, 2008). Kondisi ini dapat memberikan pengaruh terhadap pekerjaan seseorang. Seorang perawat yang mengalami stres di tempat kerja dapat diketahui dari gejala yang ditimbulkan. Gejala yang ditimbulkan dari stres yang dialami oleh perawat tersebut adalah kepala terasa pusing, badan mudah lemas, dan merasa kelelahan. Saat pengambilan data awal, kondisi tersebut dirasakan oleh subjek J yang merupakan perawat ruang rawat inap yang menangani penyakit non-kronis saat mengalami stres, sebagai berikut: ya kalau lagi ngerasa stres, biasanya leher belakang sampek pundak ku itu kerasa berat kayak ada seng

5 nancep gitu, terus kepala juga rasa e nyut-nyutan pusing. Hal ini juga didukung oleh penelitian Hariyono, Suryani, dan Wulandari (2009) sebanyak 55,8 % perawat mengalami kelelahan saat bekerja. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi kondisi lingkungan, terutama pada lingkungan kerja yang akhirnya dapat menggangu kinerja seorang perawat. Stres yang dialami oleh perawat saat bekerja dapat mengganggu kinerja perawat dalam menjalankan tugas maupun kewajibannya. Stres yang dialami perawat dapat berdampak pada perubahan fisik, psikologis dan tingkah laku sehingga menyebabkan perawat menjadi tidak mampu mengendalikan emosi, tidak ramah, dan tidak sabar saat menangani pasien. Perawat yang mengalami stres tinggi akan cenderung memiliki emosi negative sehingga akan memiliki kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini apabila terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan burnout. Burnout yang dialami perawat saat bekerja akan sangat mempengaruhi pelayanan tindakan keperawatan pada pasien. hal ini seperti pada penelitian Tawale, Budi, dan Nurcholis (2011) mengenai Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan Burnout pada Perawat di RSUD Serui- Papua. Hasil penelitian Tawale dkk yaitu motivasi kerja perawat memberikan kontribusi kecenderungan perawat ruang rawat inap mengalami burnout sebanyak 27,7 %, terdapat 72,3% faktor lain yang berpengaruh terhadap kecenderungan perawat mengalami burnout. Smet (dalam Maulana 2009: 3) mengemukakan, penyakit merupakan gangguan fungsi adaptasi pada kondisi biologis dan psikologis seseorang. Rajab (2008) mengemukakan, penyakit merupakan suatu keadaan dimana terdapat suatu gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh

6 sehingga tidak dapat berada dalam keadaan tidak normal. Penyakit kronis merupakan suatu episode yang berlangsung lama dan menahun (Rajab, 2008). Dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mengalami gangguan pada fungsi adaptasi tubuh yang terjadi dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan secara optimal. Macam-macam penyakit kronis adalah paru-paru, kanker, diabetes, astma, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), dan Alzheimer (Brannon& Feist, 2004). Penyakit kronis dapat menimbulkan berbagai permasalahan serta banyak perubahan pada diri pasien dan juga anggota keluarga yang lain (Kozier dkk, 2010). Pasien yang mengalami penyakit kronis biasanya merasa sedih, adanya ketakutan akan mati dan hilangnya harapan akan masa depan, merasa putus asa, depresi, dan merasa bersalah (Damayanti, 2010). Di sisi lain, penyakit akut adalah suatu penyakit yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak berlangsung lama, biasanya hanya dalam hitungan minggu atau bulan. Macam-macam penyakit akut adalah demam berdarah, serangan jantung mendadak, gagal nafas, sepsis, pendarahan pada otak dan lainlainnya (Murdiana,2007). Perawat yang menangani penyakit kronis dapat mengalami stres karena penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama yang tidak diketahui sembuhnya, sehingga dapat menjadi stressor bagi perawat yang merawat. Tugas seorang perawat bukan hanya membantu kinerja dokter dan merawat pasien saja akan tetapi juga sebagai seorang motivator atau konselor dan menjadi seorang pendidik yang baik untuk pasien (Kozier dkk, 2010). Perawat sebagai motivator atau konselor bagi pasien karena membantu pasien untuk mengenali serta menghadapi masalah-masalah psikologis yang sedang dialaminya saat sakit demi meningkatkan perkembangan kondisi pasien. sebaliknya, perawat sebagai

7 pendidik yang baik untuk pasien yaitu membantu pasien untuk mengenali keadaannya dan melakukan prosedur pengasuhan kesehatan yang perlu dijalankan demi pemulihan serta pemeliharaan kesehatan pasien (Kozier dkk, 2010). Pada umumnya pasien penyakit kronis mengalami kecemasan akan kehilangan kesehatan, daya tarik, harga diri serta adanya ancaman dalam ketidak mandirian bahkan ketakutan akan kematian (Wiwie & Nasrun, 2004). Pasien penyakit kronis memerlukan pendekatan lebih, berfokus pada kebutuhan pasien untuk mengurangi kecemasan yang sedang dialami dan meningkatkan coping psikologis pasien (Wulandari & Widiyanto, 2002). Dalam kondisi seperti ini seorang perawat harus bisa menjadi seorang motivator bagi pasiennya, agar pasien tetap bersemangat dalam menjalani pengobatan. Apabila seorang pasien tidak memiliki semangat untuk memperjuangkan kesembuhannya, maka hal tersebut akan menjadi beban pikiran untuk perawat. Perawat merasa terbebani saat pasien tersebut dalam kondisi akan meninggal dunia dan perawat sudah mengerahkan segala potensi dan kemampuan agar pasien tetap bertahan hidup. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pekerjaan di bidang kesehatan, khususnya seseorang yang berprofesi sebagai perawat memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang sangat besar akan keselamatan jiwa orang lain. Perawat dituntut bekerja secara cepat dan terampil dalam mengambil keputusan, memberikan pelayanan terbaik untuk pasien, serta teliti dan tepat waktu. Tak jarang seorang perawat mengalami kendala dalam setiap pekerjaannya. Apabila seorang perawat tidak dapat mengatasi kendala tersebut maka akan mengalami stres yang terus meningkat. Stres yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja perawat menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti

8 perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit non kronis. 1.2. Batasan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi stres pada perawat, tetapi penelitian ini ingin berfokus pada perbedaan stres yang dialami perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap non kronis. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit non kronis?. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan stres yang dialami perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan perawat ruang rawat inap penyakit non kronis. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritik pada bidang psikologi klinis yaitu pada kajian tentang stres pada perawat

9 ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit non kronis. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perawat (subjek penelitian ini) Membantu perawat dalam mempelajari serta mengenali bahwa bekerja di bidang kesehatan memiliki banyak resiko pada kesehatan diri sehingga dapat mengantisipasi timbulnya stres. b. Bagi Rumah Sakit Membantu memberikan masukan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan kebijakan dalam mengelolah stres kerja yang dialami oleh perawat sehingga diharapkan dapat melakukan manajemen stres untuk menjadi bagian dari lingkungan kerja bagi perawat.