GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Stara I pada K

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013 SKRIPSI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

Kata kunci: Diabetes melitus, obat hipoglikemik oral, PERKENI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Transkripsi:

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN 1, Tuty Mulyani 1 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email: ddyhart27@gmail.com ABSTRAK Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan terapi yang lama, bahkan dilakukan sepanjang hidup pasien dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran biaya pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan terapi antidiabetik oral di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan terapi antidiabetik oral yang berkunjung ke bagian rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Maret 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah 45 pasien. Pengambilan data dilakukan dengan melihat ke bagian instalasi farmasi bagian rekam medik dan kebagian keuangan RSUD Ulin Banjarmasin. Dari 45 pasien yang di analisis, 66,67 % perempuan dan 33,33% laki-laki. Pasien dengan rentan umur 55-64 adalah persentase tertinggi 37,78%. Biaya total terapi rata-rata Rp 500,743 per bulan. Biaya tertinggi adalah biaya obat (53,27%), di ikuti biaya untuk laboratorium (36,90%), dan biaya terendah adalah biaya pemeriksaan dokter (9,83%). Kata Kunci: Diabetes Melitus, Analisis Biaya, Antidiabetik Oral ABSTRACT Diabetes mellitus is a disease that requires long treatment, even performed throughout the life of patients and requires a considerable cost. The purpose of this study is to describe the cost in patients with type 2 diabetes mellitus with oral antidiabetic therapy in hospitals Ulin Banjarmasin.This study was conducted in a descriptive way in patients with type 2 diabetes mellitus with oral antidiabetic therapy who visited the outpatient department RSUD Ulin Banjarmasin in March 2016. The sample in this study were 45 patients. Data were collected with a view to the pharmacy department of the medical record and to finance department Hospital Ulin Banjarmasin. Of the 45 patients in the analysis, 66.67% women and 33.33% men. Patients with a lifespan of 55-64 is the highest percentage of 37.78%. The total costs of therapy an average of Rp 500.743 per month. The highest cost is the cost of drugs (53.27%), followed fees for laboratory (36.90%), and lowest cost is the cost of medical examination (9.83%) Keywords: Diabetes Mellitus, Cost Analysis, oral antidiabetic Artikel diterima: 9 Maret 2017 109 Diterima untuk diterbitkan: 23 Maret 2017 Diterbitkan: 30 Maret 2017

Pendahuluan Diabetes melitus (DM) menjadi salah satu dari sebab utama penyakit dini dan kematian pada banyak Negara. 3,2 juta orang meninggal pada tahun 2000 karena komplikasi terkait dengan diabetes. DM adalah penyebab utama kebutaan, amputasi dan gagal ginjal. Komplikasi ini berdampak banyak pada sosial dan beban finansial dari DM (Beaglehole dan Levebre, 2004). Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab tertinggi kelima menyebabkan kematian dan bertanggung jawab atas biaya langsung dan tidak langsung sebesar 132 juta US Dolar pada tahun 2002 (Padwal et al., 2004). Indonesia menjadi negara tertinggi keempat dalam jumlah pasien DM setelah India, Cina dan USA (Beaglehole dan Levenbre, 2004). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa terdapat 13,7 juta menyandang DM tipe 2 (PERKENI, 2006). Tahun 2004 2008, di RSUD Ulin Banjarmasin tercatat sebanyak 22.406 orang dan pasien DM rawat inap sebanyak 2.625 orang (Maidina et al, 2012). Outcome jangka panjang dari pengobatan penyakit DM sering terkait dengan menurunkan morbiditas dan mortalitas, karena DM merupakan penyakit yang selalu berkembang. Meskipun demikian komplikasi mikrovaskuler (retinopati, nefropati, dan neuropati) dan makrovaskuler (gangguan pembuluh darah jantung, gangguan pembuluh darah tepi dan gangguan pembuluh darah otak) dapat dikurangi atau dicegah dengan pengendalian glukosa yang baik (Wolfangel, 2004). Terapi dengan antidiabetik oral (tunggal maupun kombinasi), pada terapi kombinasi di berikan pada pasien yang kadar glukosa belum mencapai target dengan monoterapi maka harus di pilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda (Wolfangel, 2004). Kombinasi metformin dan sulfonilurea juga dapat menurunkan HbAIc daripada penggunaan metformin atau 110

sulfonilurea sebagai monoterapi (Anonim, 2007). Suatu terapi pengobatan yang baik dan benar akan sangat menguntungkan bagi pasien, baik dari segi kesehatan atau kesembuhan penyakit yang di derita, biaya yang harus dikeluarkan, dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat tersebut terutama bagi pasien yang harus mengonsumsi obat dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya, seperti diabetes melitus. Oleh karena itu perlu dilihat seberapa besar biaya yang dihabiskan untuk melakukan pengobatan DM tipe 2 di RSUD Ulin Banjarmasin, untuk kemudian dapat dilakukan evaluasi pola antidiabetik kombinasi yang paling cost-effective. Metodologi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Analisis dan Deksriptif dengan pengambian data selama periode Maret 2016. Data pada penelitian ini adalah data biaya pengobatan pasien DM Tipe 2 yang melakukan kontrol rutin dan menggunakan antidiabetik oral pada bulan Maret 2016 serta memiliki rekam medis yang lengkap. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diambil meliputi demografi, data pengobatan dan biaya terapi pasien DM tipe 2, data pengobatan pasien DM tipe 2. Gambaran biaya pasien diabetes mellitus tipe 2 terbagi menjadi 2 bagian yaitu rata-rata total pengobatan pasien dan rata-rata biaya medis pasien yang meliputi biaya obat antidiabetik oral yang digunakan. 111

Hasil dan Pembahasan Tabel I menunjukkan penderita DM tipe 2 pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, dari 45 pasien yang menderita DM tipe 2 dengan terapi antidiabetik 66,67% adalah perempuan dan 33,33% adalah laki-laki. Data ini dapat dilihat bahwa angka kejadian kejadian DM pada perempuan lebih besar. Menurut American Diabetes Association (ADA) jenis kelamin bukan merupakan faktor resiko penyakit DM. DM tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, kegemukan, faktor lingkungan dan kehamilan (Priharsi et al.,2014). Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian NO Karakteristik Jumlah Persentase 1 Usia (tahun) 35-44 2 4,44% 45-54 13 28,89% 55-64 17 37.78% >64 13 28,89% 2 Jenis Kelamin Perempuan 30 66,67% Laki-laki 15 33,33% 3 Lama Menderita (tahun) 1-6 20 44,44% 7-12 7 15,56% 13-18 14 31,11% 19-24 3 6,67% 25-30 1 2,22% Dalam penelitian ini di pilih pasien DM tipe 2 untuk mengetahui dan membedakan DM tipe 1 dan tipe 2 diketahui dari diagnosa dokter. Pengelompokan berdasarkan umur seperti terlihat pada tabel I terlihat bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas 40 tahun dan jumlah kasus paling banyak terjadi pada umur 55 sampai 64 tahun (37,78%). Data tersebut sesuai dengan pernyataan dari American Diabetes Association (ADA), bahwa usia diatas 45 tahun merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. 112

Penggunaan antidiabetik pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 merupakan suatu hal yang cukup penting ketika pengaturan pola hidup tidak memberikan hasil yang memuaskan untuk mencapai kadar glukosa darah pada rentang normal. Antidiabetik yang paling banyak digunakan adalah golongan Sulfonilurea yang di kombinasi dengan Penghambat α-glukosdase (40%) dan sulfonilurea kombinasi dengan biguanida sebanyak (35,5%) kemudian biguanida kombinasi penghambat α-glukosidase sebanyak (17,78%) dan paling sedikit digunakan adalah tiga kombinasi yaitu sulfonilurea kombinasi buguanida kombinasi penghambat α- glukosidase sebanyak (6,67%). Tabel 2. Data Penggunaan Obat Andidiabetik Oral Jenis Obat Biaya Rata-rata Jumlah Persentase Sulfonilurea + Biguanida 61.153 16 35,55% Sulfonilurea + Penghambat α- Glukosidase Biguanida + Penghambatα- Glukosidase 168.100 18 40% 157.926 8 17,78% Sulfonilurea + Biguanida + Penghambat α-glukosidase 209.483 3 6,67% Biguanida di kombinasi dengan sulfonil urea karena sulfonilurea bekerja di pankreas kemudian dapat memperparah kerusakan pankreas sehingga dikombinasi dengan biguanida yang meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Dapat dilihat bahwa kombinasi yang banyak digunakan adalah golongan sulfonilurea dengan penghambat α-glukosidase. Sulfonilurea bekerja dengan meningkatkan sekresi Insulin di sel beta pankreas, sehingga efektif digunakan pada pasien dengan fungsi sel beta pankreas yang masih baik (Depkes, 2005). Pada terapi farmakologi diabetes melitus, apabila satu macam antidiabetik oral tidak dapat mengendalikan gula darah, maka di anjurkan menggunakan kombinasi daripada meninggikan 113

dosis, untuk menurunkan resiko efek samping dan toksitosis. Kombinasi dimulai dari dua sampai empat macam antidiabetik yang berbeda mekanisme aksinya (PERKENI, 2011) Diabetes melitus merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan seumur hidup, sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengobati paenyakit tersebut. Sampai saat ini masyarakat belum menyadari besar biaya bagi seorang penderita diabetes melitus yang sudah berat dibandingkan bila penanganan tersebut lebih dini (Andayani, 2006). Dari data biaya obat antidiabetik tipe 2 dapat dilihat bahwa biaya antidiabetik terbesar adalah terapi dengan tiga kombinasi yaitu sulfonilurea kombinasi biguanida dan penghambat α-glukosidase memiliki biaya kombinasi tertinggi. Dampak ekonomi pada penderita diabetes melitus jelas terlihat akibat biaya pengobatan, dari gambar 1 dapat di lihat persentase biaya medik langsung pasien diabetes melitus tipe 2 dengan persentase terbesar adalah biaya obat (53,27%) yang di ikuti oleh biaya laboratorium sebesar (36,90%) dan biaya terendah adalah biaya untuk konsultasi dokter yaitu (9,83%). Gambar 1. Persentase Biaya Terapi DM Tipe 2 di RSUD Ulin Dapat dilihat biaya bahwa terbesar untuk terapi antidiabetik adalah untuk biaya obat dengan persentase (53,27%). Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Andayani (2006) yang menyebutkan bahwa 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% komponen biaya terapi terbesar adalah biaya obat, sebesar 59,5% dari semua total biaya yang dikeluarkan. Kesimpulan 1 2 konsul dokter biaya obat biaya lab Hasil penelitian menunjukkan biaya terapi total rata-rata pasien adalah Rp.500.743 dengan biaya tertinggi adalah biaya obat yaitu 53,27%, diikuti dengan biaya laboratium sebesar 36,90% dan biaya 114

terendah adalah biaya konsultasi dokter yaitu 9,83%. Kombinasi yang paling banyak di gunakan adalah golongan sulfonlurea dan penghambat α-glukosidase dengan persentase 40% dengan biaya ratarata perbulan adalah Rp.168.100. DAFTAR PUSTAKA Andayani, T. (2006). Analisis Biaya Terapi Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Dr.Soardjito Yogyakarta,17(3) hal 130-135. American Diabetes Association. (2012). Position Statement : Standards of Medical Care in Diabetes 2012 (internet). Available from: <http://care.diabetesjournals.or g> (Accessed 22 December 2015) Beaglehole, R. dan Lefebvre. (2004). Diabetes Action Now: An Initiative of the World Health Organization and the International Diabetes Federation. Geneva: World Health Organization and the International Diabetes Federation Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. & Posey, L.M. (2008). Pharmacoterapi: A Pathophysiologic Approach. 7 Edition. New York: McGraw Hill. Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus Depkes RI, Jakarta Depkes RI. (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Murniningdyah, N. (2009). Analisis Efektifitas Biaya Penggunaan Antidiabetik Tunggal Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSU Pandan Arang Boyolali, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maidina, T. S., Djalalludin, Yasmina, A. (2012). Hubungan Kadar Hb Aic Dengan Kejadian Kaki Diabetes Melitus. Vol.9 No.2 Hal. 211-217. Padwal, R., Mamdani, M., Alter, D. A., Hux, J. E., Rothwell, D. M., Tu, K., Laupacis, A. (2004). Antihypertensive Therapy and Incidence of Type 2 Diabetes in an Elderly Cohort Antihypertensive Therapy and Incidence of Type 2 Diabetes in an Elderly Cohort Antihypertensive Therapy and Incidence of Type 2 Diabetes in an Elderly Cohort. Diabetes Care 2004 Oct; 27(10): 2458-2463 PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan 115

Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. Price, S. A dan Wilson, L. M, (2008). Patofisiologi, EGC: Jakarta Trisna, Y. (2010). Aplikasi Farmakoekonomi cost analysis. Diakses 30 mei 2016. http://www.ikatanapotekerindon esia.net/artikel-akonten/pharmaupdate/teknologikefarmasian/17-perkembanganfarmasi-nasional/449-aplikasifarmakoekonomi Vogenberg, F. R. (2001). Introduction To Applied Pharmacoeconomic. Zollo S. McGraw-Hill Co mpa nies, USA Wolfangel, P., (2004). Addressing the High Costs of the Diabetes Epidemic in the U.S. Suplemen to Managed Care: The Rationale for Early, Aggressive Treatment Of Type 2 Diabetes: The Cost Ramifications Of Improved Health Outcomes. Volume 13, No. 5 May 2004. 116