BAB I PENDAHULUAN I-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BAB I PENDAHULUAN. akan diterapkan atau dengan memperbaiki sistem transportasi yang sudah

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cocok digunakan untuk pertanian. Sedangkan berdasarkan letak astronominya,

BAB I PENDAHULUAN I-1

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Zaman globalisasi saat ini pembangunan nasional sudah semakin

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama yang berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB II PERUM BULOG DIVRE SUMUT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

PENELITIAN TUGAS AKHIR OPTIMASI KONFIGURASI JARINGAN SUPPLY CHAIN HULU GAS LPG 3 KG DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seperti diketahui bersama, perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN SKRIPSI

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN DIREKTUR UTAMA PERUM BULOG NOMOR : 25 TAHUN 2003 NOMOR : PKK-12/07/2.003

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN KONDISI UMUM

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

Rubrik Utama MODEL. Oleh: Dr. Ir. Suswono, MM Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Bersatu II ( ) Agrimedia

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu atau keluarga berusaha memenuhi kebutuhannya dengan. menggunakan sumberdaya yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

BABI PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. daratan yang luas membentang maupun lautan yang mengeliling pulau-pulau nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Drs. H. Apris, MM Wakil Ketua Komisi II/ Bidang Ekonomi DPRD Prov Sumbar Padang, 29 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

EVALUASI DAN PERMASALAHAN PENDISTRIBUSIAN RASKIN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketahanan pangan sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa, karena sebagai pemenuhan hak asasi bagi manusia di bidang pangan, salah satu pilar dalam ketahanan nasional, dan eksistensi kedaulatan bangsa. Komitmen pemerintah Indonesia terhadap penyelenggaraan urusan pangan diatur dalam Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, yang dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan telah merumuskan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, salah satunya adalah kebutuhan akan beras. Di Indonesia beras merupakan salah satu makanan pokok bagi sebagian besar penduduknya. Kecukupan ketersediaan beras pada tingkat nasional maupun regional menjadi prasyarat bagi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya. I-1

I-2 Global Food Security Index tahun 2015 yang diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit (EUI) memposisikan Indonesia pada peringkat ke-74 dalam segi ketahanan pangan dari 109 negara di dunia, dan menempati posisi ke- 16 di kawasan asia-pasifik yang terpaut jauh di belakang Singapura dan beberapa negara regional Asia Tenggara. Penilaian ini disusun oleh The Economist Intelligence Unit (EUI) berdasarkan tiga indikator antara lain: daya beli konsumen, ketersediaan makanan, serta kualitas dan keamanan makanan. Berikut adalah data dari Global Food Security Index tahun 2015 yang diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit (EUI) : Sumber : Economist Intelligence Unit (EUI) May 2015 Gambar 1.1 Global Food Security Index 2015 Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengakui bahwa distribusi pangan di Indonesia masih kacau sehingga defisit bahan pangan terus terasa meski ada beberapa bahan pangan yang produksinya sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika pemerintah tidak segera membetulkan hal ini, maka swasembada pangan hanya akan menjadi wacana semata. Dengan demikian, surplus bahan pangan tidak mencerminkan ketangguhan ketahanan pangan jika kesenjangan antar rumah tangga dalam mengakses pangan tidak tertangani. (CNN Indonesia. 25 Mei, 2015)

I-3 Arah pembangunan ketahanan pangan adalah untuk mewujudkan kemandirian pangan yang mampu menjamin ketersediaan pangan di tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga. Pemerintah mendirikan suatu lembaga pangan yaitu Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG) sebagai upaya menjaga ketahanan pangan tersebut, dengan memberikan perlindungan sosial kepada rumah tangga miskin melalui distribusi beras murah yaitu Program Beras untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN), atau sekarang disebut dengan Beras untuk Keluarga Sejahtera (RASTRA) sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan. Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung merupakan perpanjangan tangan dari Perum BULOG di tingkat Kabupaten/Kota, melaksanakan penugasan pemerintah dengan melakukan serangkaian kegiatan yaitu pengadaan fisik RASTRA, penyimpanan dan perawatan fisik RASTRA, penyaluran fisik RASTRA, serta manajemen penugasan penyaluran fisik RASTRA. Untuk kegiatan operasionalnya didukung oleh empat fasilitas pergudangan untuk mengalokasikan kebutuhan rastra ke sejumlah wilayah kerjanya yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang. Adapun pergudangan yang dimilikinya yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1 Nama-Nama dan Kapasitas Gudang Bulog Sub Divre Bandung SUB DIVRE NAMA GUDANG ALAMAT TYPE KAPASITAS BANDUNG GBB CISARANTEN KIDUL Jl.Gede Bage, Ds Cisaranten Kidul, Kec. Margacinta, Kota Bandung A 17.500 GBB UTAMA Jl.Leuwi Panjang, Ds. Utama Kec. Cimindi, Kab. Bandung A 14.000 GBB CITEUREUP Jl.Moch.Toha Km. 5, Ds. Citeureup, Kec. Dayeuh Kolot, Kab. Bandung B 9.000 GBB PASEH KIDUL Jl.Raya Paseh, Ds.Paseh Kidul, Kec.Congeang, Kab. Sumedang B 3.000 Sumber : Bulog Divre Jawa Barat. Dafar Divre, Sub Divre, Kansilog dan Gudang. Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung melakukan pengalokasian melalui empat fasilitas pergudangan yang dimiliki. Pada tahun 2015 total alokasi beras PSO (Public Service Obligation) adalah sebanyak 280.923.488 Kg. Berikut ini merupakan realisasi jumlah alokasi beras PSO di gudang-gudang Bulog Sub Divisi Regional I Bandung :

I-4 Sumber : Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung Gambar 1.2 Alokasi Beras di Gudang BULOG Sub Divre I Bandung tahun 2015 Dimana jumlah alokasi pada setiap gudangnya yaitu Cisaranten Kidul sebanyak 81.522.492 Kg artinya mencapai 29,02% dari total alokasi sebanyak 280.923.488 Kg, Cimindi sebanyak 96.536.266 Kg mencapai 34,36% dari total alokasi, Citeureup sebanyak 60.522.542 Kg mencapai 21,54% dari total alokasi, dan Paseh 42.342.187 mencapai 15,07% dari total alokasi. Permasalahan pengalokasian pada Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung masih menjadi kesulitan dalam menentukan gudang mana yang tepat sebagai sumber suplai untuk pengalokasian rastra ke setiap titik permintaan yang dituju. Dalam kegiatan operasional pengalokasian kebutuhan rastra ke setiap titik permintaan di kota Bandung, Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung mengalokasikan sepenuhnya hanya dari Gudang Cisaranten Kidul. Hal itu karena Gudang Cisaranten Kidul berlokasi di kota Bandung dan mempunyai kapasitas yang besar, sehingga Gudang Cisaranten Kidul dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan rastra di wilayah kota Bandung. Namun hal tersebut tidak menjamin biaya pendistibusian yang ditimbulkan akan minimum, karena kemampuan gudang bulog dalam menjangkau setiap titik kecamatan di Kota Bandung tidak dipertimbangkan. Berikut ini merupakan tabel rencana penyaluran rastra Perum BULOG Sub Divre Bandung pada Tahun 2015 di wilayah Kota Bandung, yang sepenuhnya dialokasikan dari Gudang Cisaranten Kidul :

I-5 Tabel 1.2 Rencana Penyaluran Rastra Tahun 2015 Wilayah Kota Bandung Sumber : JPL Penelitian ini mencoba menemukan suatu pengalokasian rastra yang sesuai kebutuhan dari gudang-gudang yang dimiliki ke kecamatan di Kota Bandung dengan biaya pendistribusian yang minimum. Dengan menggunakan model liniear programming untuk optimasi jumlah alokasi kebutuhan ke setiap titik kecamatan dengan biaya transportasi yang minimum, dan menggunakan metode Baumol-Wolfe untuk mempertimbangkan biaya pergudangan dalam pengalokasiannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memudahkan Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung dalam melakukan pengalokasian rastra ke setiap kecamatan di Kota Bandung dari gudang yang tepat dengan biaya pendistribusian yang minimum.

I-6 1.2 Perumusan Masalah Perum BULOG Sub Divre Bandung sebagai pelaksana Program Beras untuk Keluarga Sejahtera (RASTRA) di wilayah kota Bandung mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk kegiatan pendistribusian, sehingga diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang baik agar dapat dicapai penyebaran beras yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dapat meminimumkan biaya pendistribusian. Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu acuan perencanaan distribusi beras dalam memenuhi permintaan masyarakat pada setiap titik kecamatan untuk wilayah kota Bandung. Dilihat dari uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana merencanakan jumlah alokasi beras untuk setiap titik kecamatan di wilayah kota Bandung, agar mampu meminimasi ongkos transportasi? 2. Bagaimana merencanakan saluran distribusi beras untuk memenuhi permintaan masyarakat setiap titik kecamatan di wilayah kota Bandung, agar memperoleh ongkos distribusi minimum? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari pemecahan masalah yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk merencanakan jumlah alokasi beras pada masing-masing titik kecamatan di wilayah kota Bandung sehingga dapat meminimasi ongkos transportasi. 2. Untuk memperoleh suatu rancangan saluran distribusi beras dalam memenuhi permintaan ke setiap titik kecamatan di wilayah kota Bandung dengan biaya pendistribusian yang minimum. Dengan dilakukannya penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

I-7 1. Bagi Penulis, untuk memenuhi suatu syarat dalam menempuh ujian kesarjanaan pada Universitas Pasundan, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan untuk memantapkan pemahaman mengenai teori-teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan khususnya mengenai masalah pola pengalokasian atau kegiatan transportasi dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya distribusi. 2. Bagi Perum BULOG Sub Divisi Regional I Bandung, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan pola pengalokasian untuk meningkatkan penghematan biaya distribusi RASTRA. 3. Bagi Pembaca, dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang permasalahan pola pengalokasian atau kegiatan transportasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pembaca. 1.4 Pembatasan dan Asumsi yang digunakan Pembatasan dan asumsi dalam penelitian ini digunakan agar masalah yang diteliti dapat lebih terarah dan terfokus, sehingga penelitian dapat dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pembatasan yang digunakan pada pembahasan dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya ditujukan untuk pengalokasian RASTRA untuk wilayah kota Bandung, yang dilakukan di Perum Bulog Sub Divre Bandung jalan Cipamokolan No.1 Bandung. 2. Penelitian ini mengkaji tiga gudang sebagai sumber supply yaitu Gudang Cisaranten Kidul, Gudang Utama, dan Gudang Citeureup. 3. Dalam satu tahun hanya ada 12 Pagu, tidak mempertimbangkan pagu tambahan. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Diasumsikan seluruh pagu RASTRA disalurkan seluruhnya kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS -PM) di seluruh wilayah kota Bandung.

I-8 2. Pendistribusian RASTRA dilakukan sampai titik kecamatan di Kota Bandung. 3. Tidak terjadi fluktuasi biaya-biaya yang berhubungan dengan pendistribusian beras. 4. Tidak ada kerusakan produk pada saat pendistribusian dan penyimpanan berlangsung. 5. Perum Bulog hanya menerima beras/gabah di depan pintu gudang, sehingga ongkos inbound diasumsikan tidak diperhitungkan. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Penulisan laporan penelitian ini disusun dengan mengacu kepada ketentuan penulisan yang telah ditetapkan. Adapun sistematika laporan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini dilakukan, perumusan masalah dalam hal ini merencanakan pengalokasian dan saluran distribusi beras untuk setiap titik kecamatan di wilayah kota Bandung agar mampu meminimasi ongkos distribusi di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung, tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan, pembatasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi bahasan tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas untuk penyelesaian masalah yang terjadi pada penelitian yang dilakukan diantaranya yaitu mengenai manajemen logistik, pergudangan, persediaan, distribusi dan transportasi, metode pemrograman linier, serta metode Baumol-wolfe untuk menentukan saluran distribusi yang dapat mengefisiensikan biaya distribusi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang dilakukan berisi rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisa di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung.

I-9 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisikan data permasalahan yang meliputi data-data yang diperlukan dalam pemecahan masalah serta diuraikan juga mengenai proses pengolahan data yang dikerjakan. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang analisis dan pembahasan sesuai dengan proses dan hasil perhitungan pengolahan data permasalahan yang telah dilakukan. Dengan menganalisis perhitungan terhadap total biaya yang timbul, sehingga dapat menentukan saluran distribusi yang memiliki biaya yang minimum. BAB VI KESIMPULAN Pada bab ini berisikan kesimpulan yang dapat ditarik penulis dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dianalisis guna menjawab permasalahan di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Bandung yang telah dirumuskan pada perumusan masalah. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN