8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian integritas auditor, gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan, pengalaman auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor. 2.1.1. Kinerja auditor Kinerja berasal dari kata prestasi kerja (job performance) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005). Definisi kinerja menurut Miner (1990) adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Ada empat aspek kinerja menurut Miner (1990), yaitu sebagai berikut : 1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan dalam melakukan tugas. 2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa yang dapat dihasilkan. 3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan serta masa kerja yang telah dijalani. 4. Kerja sama, menerangkan bagaimana individu membantu usaha dari teman sekerjanya. 8
9 Trisnaningsih (2007) mendefinisikan kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kinerja auditor menurut Mulyadi (1998) adalah akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum dalam semua hal yang material. Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja auditor adalah suatu hasil karya yang telah dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah dari output yang dihasilkan. 2.1.2. Integritas auditor Integritas jika didefinisikan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Ridwan (2011) mengartikan integritas sebagai sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, hasil dan integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan akurasi dari tindakan seseorang. Integritas merupakan kualitas yang menimbulkan kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji setiap keputusan
10 yang dibuatnya (Yuskar dan Devisia, 2011). Menurut Mulyadi (2002) untuk dapat mempertahankan dan memelihara kepercayaan masyarakat, setiap auditor harus memenuhi tanggung jawab profesional dengan integritas yang tinggi, serta harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari pertentangan kepentingan dalam menjalankan tanggung jawab profesional. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pemeriksaannya. Integritas terhadap profesi inilah yang paling penting untuk dipertahankan oleh setiap auditor. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan, integritas auditor adalah sikap seorang auditor untuk selalu bertindak jujur, transparan dan menjaga nilai-nilai kebenaran dalam melaksanakan audit. Integritas auditor mengharuskan auditor untuk mentaati bentuk standar teknis dan etika. Auditor yang memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya akan menyukai proses yang benar yang akan menghasilkan sesuatu yang benar sehingga akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dari auditor tersebut. 2.1.3. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpina pada saat pemimpin tersebut mencoba untuk memengaruhi orang lain dengan cara-cara yang tidak memaksa untuk mencapai suatu tujuan (Sunyoto dan Burhanuddin, 2011). Dalam penelitian Trisnaningsih (2007) dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku seorang pemimpin yang ditunjukkan pada saat mempengaruhi orang lain. Ada tiga jenis perilaku kepemimpinan yang saling berbeda diantara para manajer, yaitu: perilaku
11 berorientasi pada tugas (task oriented behavior), perilaku yang berorientasi pada hubungan (relationship oriented behavior) dan kepemimpinan partisipatif (Siagian, 2002). Greenberg dan Baron (2003) membedakan pengertian pemimpin dengan kepemimpinan. Pemimpin adalah individu dalam suatu kelompok atau organisasi yang memiliki pengaruh yang lebih pada orang lain, sedangkan kepemimpinan adalah proses dimana seorang pemimpin untuk memengaruhi orang lain atau anggota kelompok agar tujuan dari organisasi atau kelompok dapat tercapai. Kesimpulan dari beberapa definisi di atas, gaya kepemimpinan merupakan bagaimana cara seorang pemimpin untuk dapat mempengaruhi orang lain atau bawahan nya agar bawahan nya dapat mengikuti kengininan nya untuk mencapai tujuan organisasi. 2.1.4. Pengalaman auditor Pengalaman (experience) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang pernah dialami atau dijalani. Pengalaman sangat diperlukan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman seorang auditor akan menghasilkan pengetahuan seorang auditor dimulai dari pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman-pengalaman dalam melaksanakan audit, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup agar dapat memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional (Siahaan, 2011). Penjelasan Bedard (1993), tentang pandangan kognitif yang menjelaskan tentang pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung (misalnya pendidikan dan buku).
12 Seorang auditor yang memiliki pengalaman, maka auditor tersebut mempunyai lebih banyak item yang mampu disimpan dalam memori atau ingatannya. Masa kerja yang dimiliki auditor mengarah kepada pengalaman di bidang tugasnya dan membuat auditor tersebut lebih memahami bidang tugasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987), menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandigkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas ialah pengalaman auditor adalah pengetahuan yang dimiliki auditor dimulai dari pengetahuan formal yang dilanjuti dengan pelatihan teknis yang cukup dan masa tugas yang dimiliki oleh auditor. 2.1.5. Komitmen organisasi Perilaku organisasi banyak menjelaskan tentang komitmen organisasi. Trinaningsih (2007) cenderung mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya (Yuskar dan Devisia, 2011). Luthans (1992) menyebutkan bahwa komitmen organisasi merupakan keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi and suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan dari organisasi. Trisnaningsih (2007) komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, disamping juga akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong
13 keterlibatan diri karyawan dalam mengambil berbagai keputusan, oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense belonging) bagi karyawan terhadap organisasinya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap setia dan loyalitas karyawan terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu proses untuk mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap organisasi. 2.1.6. Budaya organisasi Pembahasan mengenai budaya organisasi akan mengacu pada budaya yang berlaku dalam perusahaan. Menurut Sutrisno (2007) budaya organisasi didefinisikan sebagai perangkat system nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi diambil dari pengertian corporate culture yang merupakan nilai-nilai dominan atau kebiasaan dalam suatu organisasi perusahaan yang disebarluaskan dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan perusahaan (Trisnaningsih, 2007). Yuskar dan Devisia (2011) mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial lain. Siagian (2002) menyebutkan bahwa budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pimpinan, karena budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan menjadi pedoman bagi anggota organisasi. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas
14 kerja dan tiap-tiap orang dalam organisasi secara tidak sadar akan mempelajari budaya yang berlaku dalam organisasinya (Sutrisno, 2007). Beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, budaya organisasi adalah seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah lama berlakunya dan dianut bersama oleh para anggota organisasi atau karyawan sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-malasah yang terjadi di perusahaan. 2.1.7. auditor auditor adalah sikap yang tidak memihak kepada kepentingan siapapun dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen (Kasidi, 2007). Trisnaningsih (2007) menjelaskan independensi auditor merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menilai mutu suatu jasa audit. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2006) mendefinisikan independensi dalam auditing adalah sikap tidak memihak dalam dua sudut pandang yaitu : a. dalam fakta (Independence in fact) yang berarti auditor mampu untuk mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melaksanakan jasa professional. b. dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti auditor mampu untuk mempertahankan sudut pandang yang tidak bias di mata orang lain. Seorang auditor yang mempunyai sikap independen akan menampilkan perilaku yang independen dalam penampilan, artinya seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tidak dibenarkan untuk memihak kepada siapapun.
15 Kredibilitas auditor tidak hanya tergantung pada independensi dalam fakta, tetapi juga tergantung pada independensi dalam penampilan (Pany dan Reckers, 1980). auditor dalam penampilan akan rusak apabila auditor mengetahui keadaan atau hubungan yang mungkin mengkompromikan independensinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka ditarik kesimpulan bahwa independensi auditor mempunyai arti suatu sikap yang tidak memihak kepada siapapun dalam melakukan pemeriksaan. auditor merupakan faktor yang sangat penting dalam menilai mutu suatu jasa audit dan dijadikan dasar utama kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik. Tujuan utama dari audit untuk memberikan pendapat atau opini atas wajar atau tidaknya laporan keuangan yang disajikan oleh klien yang dijadikan acuan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mengambil keputusan ekonomi. Oleh karena itu untuk menjaga dan meningkatkan profesinya dalam melakukan audit seorang auditor harus selalu bersikap independen. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor. Beberapa hasil penelitian terdahulu adalah : Yuskar dan Devisia, 2011 melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor. Hasil penelitian menyebutkan bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Good governance dan etos kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
16 Trisnaningsih, 2007 melakukan penelitian dengan judul Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Hasilnya, secara implisit good governance dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor tersebut selama dalam melaksanakan pemeriksaan selalu menegakkan independensi auditor. Auditor yang mempunyai komitmen yang tinggi terhadap organisasinya, tetapi jika gaya kepemimpinan dalam organisasi tidak mempunyai pengaruh yang dominan maka tidak akan mempengaruhi kinerja auditor. Budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja auditor jika auditor mempunyai komitmen organisasi. Kasidi, 2007 meneliti tentang Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Auditor. Hasilnya, ukuran kantor akuntan publik (size) tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Lamanya audit dengan klien yang diaudit tidak mempengaruhi independensi auditor. Audit fee yang diterima kantor akuntan publik tidak mempengaruhi independensi auditor. Pelayanan konsultasi manajemen yang dilakukan auditor terhadap klien yang diaudit tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Keberadaan komite audit pada perusahaan klien berpengaruh positif terhadap independensi auditor
17 Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Yuskar dan Selly Devisia (2011) Sri Trisnaningsih (2007) Pengaruh Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi Dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor. Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Variabel Independen : Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi, Etos Kerja Variabel Dependen : Kinerja Auditor. Variabel Independen : Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi. Variabel Dependen : Kinerja Auditor. Variabel Intervening : Auditor, Komitmen Organisasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Good governance dan etos kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman good governance tidak berpengaruh langsung terhadad kinerja auditor, gaya kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, dan komitmen organisasi bukan variabel intervening. Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, namun secara tidak langsung komitemen organisasi memediasi hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor.
18 Kasidi (2007) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Auditor Variabel Independen : Ukuran KAP, Lamanya Hubungan Audit, Besarnya Audit Fee, Konsultasi Manajemen, Komite Audit. Variabel Dependen : Auditor. Hasil penelitiannya, ukuran kantor akuntan public (size) tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Lamanya audit dengan klien yang diaudit tidak mempengaruhi independensi auditor. Audit fee yang diterima kantor akuntan publik tidak mempengaruhi independensi auditor. Pelayanan konsultasi manajemen yang dilakukan auditor terhadap klien yang diaudit tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Keberadaan komite audit pada perusahaan klien berpengaruh positif terhadap independensi auditor.