TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

dokumen-dokumen yang mirip
UKURAN DAN BENTUK TUBUH SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN DOMBA GARUT, DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK SKRIPSI BETARI UMI TIRTOSIWI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

PENGGOLONGAN MORFOMETRIK DOMBA GARUT, DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS MELALUI ANALISIS DISKRIMINAN FISHER, WALD-ANDERSON DAN JARAK MAHALANOBIS

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

TINJAUAN PUSTAKA Domba

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH DOMBA EKOR TIPIS MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA DI UP3J, PETERNAKAN TAWAKAL DAN MITRA TANI

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

MATERI DAN METODE. Prosedur

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) JANTAN BERDASARKAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA (ARKU) SKRIPSI SIDDIQ PERNOMO

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan dewasa kg, panjang badan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kaspia yang tepatnya berada didaerah Stepa Aralo-Caspian sejak masa neolitik.

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

ABSTRACT ESTIMATE OF BODY WEIGHT FIGHTING AND MEAT GARUT SHEEP AND CROSSBREED WITH MERFOMETRIC ANALYSIS APPROACH

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR SKRIPSI AJI SURYANA

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH SAPI PESISIR, SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN SKRIPSI ARIF PRASETIA

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

Gambar 1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

SKRIPSI RIRI SELVIA N

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara untuk memproduksi daging, susu, wol, kulit dan hasil limbah yang dapat digunakan sebagai pupuk menurut Gatenby (1991). Damron (2006) menyatakan bahwa domba diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, subphylum Vertebrata, class Mammalia, order Artiodactyla, suborder Ruminata, family Bovidae, genus Ovis dan species Ovies aries. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan bahwa populasi domba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun yaitu 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 juta ekor domba pada tahun 2010. Populasi domba terbesar di Indonesia ditemukan di Jawa Barat. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2008) populasi domba di Jawa Barat pada tahun 2007 sebesar 4.605.417 ekor, sedangkan pada tahun 2008 sebesar 5.311.836 ekor. Menurut FAO (2004) terdapat tiga jenis domba di Jawa yaitu domba Ekor Tipis yang ditemukan di seluruh Pulau Jawa, domba Priangan dari Jawa Barat dan domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur. Domba Garut Domba Garut atau dikenal sebagai domba Priangan ditemukan di Jawa Barat yaitu Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis dan Tasikmalaya (FAO, 2004). Asal mula domba Garut menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan FAO (2004) merupakan hasil persilangan domba Merino dan Kaapstad dengan domba Lokal pada tahun 1864. Domba Merino didatangkan dari Australia pada tahun 1860, sedangkan domba Kaapstad berasal dari Afrika Selatan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba Merino dan Kaapstad disilangkan dengan domba Lokal milik K. F. Holle dan disebar ke Garut dan sekitarnya sehingga didapatkan domba Garut. Mansjoer et al. (2007) menyatakan bahwa domba Garut memiliki tingkat kesuburan tinggi (prolifik), memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata daerah. Domba ini banyak dipelihara sebagai domba aduan (tipe tangkas) dan sebagai sumber pedaging (tipe daging). Domba Garut tipe Tangkas memiliki telinga yang pendek dengan 2

tanduk yang kekar dan besar. Domba Garut tipe Daging banyak menyebar di Kecamatan Wanaraja dan Sukawening. Domba ini mempunyai tubuh yang kompak, telinga yang panjang, memiliki wol yang halus dengan warna dasar dominan putih, serta memiliki paha belakang yang cukup besar. Menurut Gunawan dan Noor (2005) keunggulan domba Garut yaitu memiliki produktivitas cukup baik dan memiliki keunggulan komparatif dalam performa, kekuatan dan bobot badan yang dapat bersaing dengan domba impor dalam hal kualitas dan produktivitas. Riwantoro (2005) menyatakan bahwa domba Garut memiliki prestasi dalam seni ketangkasan domba sehingga pelestarian plasma nutfah domba Garut perlu dilakukan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Garut Tangkas memiliki ukuranukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Garut Daging. Domba Garut Tangkas dipelihara lebih intensif dan telah melalui seleksi lebih ketat ke arah domba aduan sehingga memiliki tubuh yang lebih besar, aktif dan mempunyai karakteristik tertentu. Sifat tangkas pada domba Garut kemungkinan berasal dari domba Lokal. Domba Garut Daging mempunyai asal-usul yang sama dengan domba Garut Tangkas karena jantan yang telah diafkir dikawinkan dengan betina domba Lokal. Sifat kualitatif domba Garut menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu putih, hitam, coklat dan kombinasi, bentuk ekor tipis atau sedang dan bentuk telinga pendek. Mulliadi (1996) menyatakan performa domba Garut dipengaruhi tiga bangsa yaitu domba Kaapstad yang mempengaruhi tinggi, domba Merino yang mempengaruhi sifat tanduk dan domba Lokal yang mempengaruhi sifat tangkas. Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran tubuh domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada umur lebih dari satu tahun menurut Mulliadi (1996). Tabel 1. Ukuran Tubuh Domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada Umur Satu Tahun Ukuran Tubuh Satuan Garut Tangkas Garut Daging Jantan Betina Jantan Betina Tinggi pundak cm 68,34±4,95 63,36±4,42 62,27±4,50 58,20±4,26 Panjang badan cm 63,00±5,79 56,01±4,00 58,44±5,60 56,09±4,71 Lebar dada cm 17,36±2,45 15,72±2,09 15,64±2,19 15,04±2,18 Dalam dada cm 29,98±3,19 27,16±2,58 26,90±2,74 25,58±2,65 Lingkar dada cm 81,63±7,06 74,33±5,91 72,34±7,16 68,83±6,07 Lingkar kanon cm 8,59±1,00 7,12±0,67 7,34±0,79 6,66±0,64 Sumber: Mulliadi (1996) 3

Domba Ekor Tipis Bradford dan Inounu (1996) menyatakan domba Ekor Tipis menyebar di Jawa Barat, Semarang dan Sumatra. Domba Ekor Tipis dikenal sebagai domba Lokal, domba pribumi atau domba asli. Domba ini banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah (FAO, 2004). Sifat kualitatif domba Ekor Tipis menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu putih dan kombinasi (dua warna atau tiga warna), bentuk ekor tipis dan bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004) domba Ekor Tipis berwarna putih dan ditemukan bintik hitam di sekeliling mata dan hidung, kadang-kadang di tempat lain serta pada ekor tidak ditemukan banyak lemak. Jantan memiliki tanduk melingkar dan betina tidak bertanduk. Ukuran telinga medium dengan posisi menggantung dan domba ini menghasilkan wol yang kasar. Tabel 2. Karakteristik Domba Ekor Tipis di Indonesia Karakteristik Domba Ekor Tipis Jawa Semarang Sumatera Warna Putih, hitam, coklat Putih Putih, coklat terang Kualitas bulu Rendah Rendah Rendah Tanduk Betina: tidak ada Betina: tidak ada Betina: tidak ada Jantan: bertanduk ukuran besar Sumber: Bradford dan Inounu (1996) Jantan: bertanduk, ukuran medium Jantan: bertanduk, ukuran medium Tabel 3. Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) pada Umur Lebih dari Satu Tahun Ukuran Tubuh Satuan Jantan Betina Tinggi pundak cm 55,66±3,37 57,87±4,26 Panjang badan cm 51,60±3,59 57,56±3,50 Lebar dada cm 15,30±1,95 18,23±1,86 Dalam dada cm 28,18±5,06 32,83±3,47 Lingkar dada cm 71,46±4,78 71,12±4,56 Sumber: Einstiana (2006) Tabel 2 menyajikan karakteristik domba Ekor Tipis di Jawa, Semarang dan Sumatera menurut Bradford dan Inounu (1996). Tabel 3 menyajikan sifat kuantitatif domba Ekor Tipis yang meliputi ukuran tubuh domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol pada umur lebih dari satu tahun, berdasarkan 4

Einstiana (2006). Prahadian (2011) melaporkan bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm yaitu sebesar 63,54±4,23 cm. Domba Ekor Gemuk Domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di Madura, Jawa Timur Lombok, Sumbawa, Kisar dan Sawa. Asal mula domba ini ditemukan pertama kali di Asia Barat Daya oleh para pedagang Arab. Pada tahun 1731, pemerintah mendatangkan domba Kirmani dari Persia. Domba Kirmani ini merupakan domba yang memiliki ekor gemuk dan bulu kasar. Domba Kirmani tersebut kemudian dikembangkan di Pulau Madura dan mulai dikenal sebagai domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Ekor Tipis (FAO, 2004). Sifat kualitatif domba Ekor Gemuk menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu dominan putih maupun kombinasi dua warna, bentuk ekor gemuk, besar dan bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004), bobot jantan dewasa 45-50 kg dan betina 25-35 kg. Warna bulu putih, tidak bertanduk dengan bulu wol kasar. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang tahan terhadap iklim panas dan kering. Karakteristik domba Ekor Gemuk menurut Bradford dan Inounu (1996) memiliki ekor besar, lebar dan panjang, sedangkan domba Ekor Gemuk di Pulau Madura mempunyai ekor gemuk yang ekstrim dengan bagian pangkal ekor besar dan bagian ujung ekor kecil. Djajanegara et al. (1992) melaporkan bahwa sifat kuantitatif yang meliputi panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk ditemukan sebesar 58,4±2,85 dan 57,9±3,48 cm. Tabel 4 menyajikan ukuran-ukuran tubuh domba Ekor Gemuk di Pulau Madura dan Rote menurut Wijonarko (2007). Tabel 4. Rataan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur Dewasa Ukuran Tubuh Satuan Pulau Madura Pulau Rote Jantan Betina Jantan Betina Tinggi pundak cm 64,95±5,48 61,77±3,63 62,30±4,46 57,34±3,17 Panjang badan cm 64,74±5,30 57,85±4,43 56,02±4,23 51,35±3,62 Lebar dada cm 14,46±1,68 15,36±2,05 14,06±0,94 13,25±1,68 Dalam dada cm 28,83±2,50 28,54±3,45 30,62±2,64 26,47±1,28 Lingkar dada cm 77,56±6,25 70,67±6,64 75,80±10,10 63,68±5,90 Sumber: Wijonarko (2007) 5

Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Morfologi merupakan ilmu mengenai form atau shape yang biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi, sedangkan morfometrik yaitu suatu cara pengukuran sesuatu yang diamati (Biology Online Team, 2005 c ). Morfometrik mencakup ukuran atau size dan bentuk atau shape. Ukuran dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif (Biology Online Team, 2005 b ). Bentuk dapat diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology Online Team, 2005 a ). Heritabilitas bobot badan ditemukan lebih kecil dibandingkan heritabilitas ukuran tulang tubuh pada domba Suffolk menurut Janssens dan Vandepitte (2003). Dijelaskan lebih lanjut bahwa heritabilitas bobot badan ditemukan sebesar 0,49; sedangkan heritabilitas ukuran tulang tubuh yang meliputi tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar pinggul dan lingkar kanon memiliki heritabilitas ditemukan berkisar antara 0,35-0,57. Heritabilitas adalah proporsi dari total variasi suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya (Noor, 2008). Ukuran-ukuran tubuh menurut Mulliadi (1996) dapat digunakan untuk memberikan gambaran hubungan morfogenetik suatu ternak dan penyebarannya pada satu wilayah atau negara. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa ukuran tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot badan dan karkas, serta memberi gambaran bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas suatu bangsa tertentu. Pengukuran ukuran linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh perbedaan ukuran-ukuran tubuh dalam populasi ternak. Ukuran-ukuran tubuh sangat berguna sebagai peubah seleksi, karena memiliki nilai heritabilitas dan keragaman yang cukup besar (Diwyanto, 1982). Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa. Menurut Scanes (2003) perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada setiap ternak. 6

Amano et al. (1981) menyatakan bahwa pengukuran linear permukaan tubuh dapat dilakukan menurut metode yang dibakukan pada ternak sapi berdasarkan Wagyu Cattle Registry Association, Jepang (1979). Variabel pengukuran terdiri atas 10 buah, yaitu: withers height (tinggi pundak), hip height (tinggi pinggul), body length (panjang badan), chest width (lebar dada), chest depth (dalam dada), hip width (lebar pinggul), rump width (lebar kelangkang), rump length (panjang kelangkang), chest girth (lingkar dada) dan cannon circumference (lingkar kanon). Menurut Diwyanto (1982) beberapa ukuran yang juga perlu dilakukan pada domba adalah panjang tanduk, lebar muka, lebar ekor, panjang ekor dan berat badan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi dengan bobot badan jantan dan betina pada domba Garut. Ukuran-ukuran tersebut meliputi tinggi pundak, tinggi kelangkang, panjang badan, panjang kelangkang, lebar dada, dalam dada, lebar pangkal paha, lebar tulang tapis, lingkar dada, lingkar kanon, panjang tengkorak, lebar tengkorak, tinggi tengkorak, panjang dan lebar ekor. Statistik Deskriptif dan T 2 -Hotelling Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) statistik deskriptif meliputi nilai tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman. Nilai tengah atau rataan adalah ukuran pemusatan data yang menimbang data menjadi dua kelompok yang memiliki massa yang sama. Rataan merupakan suatu nilai dasar yang digunakan untuk membandingkan setiap individu dalam contoh (Warwick et al., 1995). Ragam atau variance menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) yaitu ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan), sedangkan simpangan baku (standard deviation) populasi yaitu akar dari ragam. Koefisien keragaman atau coefficient of variation merupakan simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata (Warwick et al., 1995). Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T 2 -Hotelling bertujuan untuk mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bersamaan pada banyak variabel pengukuran. Apabila hasil T 2 -Hotelling diperoleh nyata, maka dapat dilanjutkan untuk pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan. 7

Analisis Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992), Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Analisis ini digunakan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) data dan mengintrepetasikannya. AKU juga merupakan tahap antara pada kebanyakan penelitian. Pada Analisis Regresi Komponen Utama, AKU merupakan tahap antara karena komponen utama dipergunakan sebagai input dalam membangun analisis regresi (Gaspersz, 1992). Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar. Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama. Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Otsuka et al. (1980), hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan skor komponen utama kedua (skor bentuk). Analisis Regresi Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992), Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) atau Principal Component Regression Analysis (PCRA) merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik AKU. Pada analisis ini, AKU dijadikan sebagai tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam analisis regresi. Penggunaan ARKU dilakukan pada studi penelitian yang melibatkan banyak variabel bebas dari sistem konkrit dan hubungan atau saling ketergantungan diantara variabelvariabel bebas tersebut dapat ditemukan. Keunggulan teknik komponen utama dalam analisis regresi adalah mengatasi masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel bebas dan meningkatkan ketepatan pendugaan parameter model regresi dengan cara meningkatkan derajat bebas galat. ARKU dapat dilakukan melalui proses komputasi 8

dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS dan STATPRO (Gaspersz, 1992). Korelasi antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Pleiotropy adalah aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi ekspresi dua sifat atau lebih sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara sifatsifat tertentu pada ternak (Martojo, 1990). Mulliadi (1996) melaporkan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan dan betina. Tinggi pinggul, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, panjang kelangkang dan lebar kelangkang berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan masing-masing sebesar 0,82; 0,79; 0,82; 0,79; 0,66; 0,79. Lingkar dada, lingkar kanon dan panjang badan memiliki korelasi positif pada domba Garut betina, masing-masing sebesar 0,80; 0,60; 0,64. Menurut Utami (2008) tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Ekor Tipis betina, masing-masing sebesar 0,51; 0,62; 0,55; sedangkan pada jantan korelasi positif ditemukan pada lebar dada dan dalam dada sebesar 0,66 dan 0,68. Prahadian (2011) melaporkan bahwa tinggi pinggul berkorelasi positif terhadap bobot badan pada jantan dan betina domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm, masing-masing elastisitas sebesar 4,28 dan 0,42. Menurut Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk, masingmasing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Fourie et al. (2002) melaporkan bahwa tinggi pundak dan lingkar kanon memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Dorper jantan sebesar 0,59 dan 0,46. Hanibal (2008) juga melaporkan bahwa lingkar dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70. Gunawan et al. (2006) menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada domba Garut Pedaging Cinagara. Dijelaskan lebih lanjut bahwa bobot badan berkorelasi positif terhadap skor ukuran (Hanibal, 2008). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan. 9