PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang Indonesia ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB III MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2014 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI ASAM SITRAT DAN ASAM LAKTAT CAIR DAN TERENKAPSULASI SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal Vol. 3, No. 2 ISSN :

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

Ade Trisna*), Nuraini**)

Transkripsi:

159 Buana Sains Vol 9 No 2: 159-164, 2009 PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER Nonok Supartini dan Sumarno Program Studi Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract A study that was aimed to elucidate the effect of mixing starbio in feed material on feed consumption, body weight gained, and feed conversion for starter phase of broiler, was conducted at field laboratory of Tribhuwana Tunggadewi University. Eighty broiler male (DOC) of Lohman strain produced by PT Multibreeder Adirama Indonesia were subjected for this study. Feed treatments applied for this study were P0 = Control (no addition of starbio), P1 = 15% starbio addition, P2= 30% starbio addition, and P3 = 45% starbio addition. Results of this study showed that addition of starbio in feed significantly affected feed consumption, body weight gained, and feed conversion of starter phase of broiler. Key words: probiotic, consumption, feed, body weight, conversion Pendahuluan Penyebaran ayam pedaging cukup luas karena produksi dagingnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harga yang relatif murah dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Disamping itu, pemeliharaannya tidak memerlukan lahan yang relatif luas. Jika tidak memiliki modal yang cukup, para peminat ternak unggas dapat bekerja sama dengan perusahaan besar melalui pola kemitraan. Kebutuhan daging terus meningkat dari tahun ke tahun karena masyarakat menyadari akan pentingnya arti gizi, sehingga konsumsi daging terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan daging yang terus meningkat salah satunya dengan meningkatkan usah peternakan ayam pedaging. Usaha ayam pedaging akan berhasil dengan baik apabila memenuhi beberapa faktor yaitu: pengadaan bibit, pakan, tatalaksana pemeliharaan, pengendalian penyakit dan pemasaran. Dalam usaha ayam pedaging dikenal dua masa pemeliharaan, yaitu masa pemeliharaan awal (starter), dimulai sejak anak ayam berusia 0-4 minggu dan masa pemeiiharaan akhir (finisher) mulai 4 minggu sampai siap panen. Biaya pakan dapat mencapai 60-70 % dari total biaya produksi, tingginya biaya pakan tersebut disebabkan oleh mahalnya harga bahan pakan ternak unggas yang sebagian besar bahannya masih diimpor (Wiharto, 1995). Salah satu upaya untuk mengurangi biaya pakan adalah pemberian pakan alternatif guna mengurangi biaya pakan yang relatif tinggi. Formulasi pakan dibuat dengan menyusun komposisi bahan pakan yang sesuai, dengan menggunakan bahan yang lebih murah. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka tidak hanya bahan pakan pokok saja yang dimanfaatkan dalam menyusun formulasi melainkan obat-obatan maupun zat aditif yang disinyalir

160 mampu meningkatkan produktifitas ayam. Sampai saat ini produk-produk yang bertujuan seperti di atas telah banyak ditemukan dan dipasarkan dikalangan peternak. Produk-produk seperti Bossdext, jamu ternak, starbio, Joster He telah banyak dikenal dan banyak digunakan oleh para peternak. Sebagai produk baru starbio dibuat untuk diberikan pada semua jenis ternak. Berbeda dengan produk lain yang umumnya mengandung mikroba fermentasi dan cenderung untuk ruminansia, starbio tidak mengandung mikroba fermentasi sehingga dapat juga digunakan pada semua jenis ternak ruminan maupun unggas. Saat ini beberapa peternak telah menggunakan starbio untuk ternak sapi maupun ayam dan biasanya starbio diberikan untuk ternak ayam sebanyak 0,25 kg per 100 kg pakan sesuai dengan brosur starbio (Anonymous, 2000). Pemberian starbio sebagai probiotik yang mengandung bakteri selulolitik, proteolitik, lipolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non simbiotik (Anonymous, 2001) diharapkan mampu meningkatkan produktifitas ayam pedaging antara lain memperbaiki konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan starbio dalam pakan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada ayam pedaging. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Juni sampai tanggal 7 Juli 2007 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging sebanyak 80 ekor DOC (Day Old Chieken) umur 1 hari, berjenis kelamin jantan. DOC yang digunakan dalam penelitian ini adalah Strain Lohman Platinum yang diproduksi oleh PT. Multi Breeder Adirama Indonesia. Selama penelitian ayam ditempatkan dalam kandang yang masing-masing petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah ternak yang digunakan untuk penelitian yaitu sebanyak 20 petak yang diisi 4 ekor DOC. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 80 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 80 cm. Perlengkapan kandang yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tempat pakan yang terbuat dan plastik sebanyak 20 buah, tempat minum yang terbuat dari plastik sebanyak 20 buah, lampu 40 watt sebagai pemanas sebanyak 20 buah, timbangan bobot badan, dan termometer untuk mengukur suhu kandang. Pakan yang digunakan selarna penelitian adalah pakan konsentrat jadi atau pakan komplit (BR1) yang diproduksi oleh PT Japfa Cumfeed Indonesia dan starbio produksi LHM Research Station Solo Indonesia. BR1 merupakan pakan berbentuk crumble yang diberikan kepada ayam pedaging mulai umur 1 hari (DOC) sampai umur 21 hari. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah starbio yang dicampurkan pada ransum dengan tingkat pemberian yaitu (1) konsentrat tanpa dicampur starbio (Kontrol=P0), (2) konsentrat dicampur dengan starbio sebanyak 0,15 kg per 100 kg konsentrat (P1), (3) konsentrat dicampur dengan starbio sebanyak 0,30 kg per 100 kg konsentrat (P2), dan (4) konsentrat

161 dicampur dengan starbio sebanyak 0,45 kg per 100 kg konsentrat (P3). Data yang diambil selanjutnya diolah dan apabila terjadi perbedaan yang sangat nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Sastrosupadi, 1999). Hasil dan Pembahasan Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dihabiskan dalam waktu tertentu yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Data yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terlihat rata-rata konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan P0 = 991,5±5,62; P1 = 998,05±4,55; P2 = 1004,05±2,71; P3 = 1012,35±1,29. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pakan semakin tinggi dengan meningkatnya level penggunaan starbio dalam pakan. Konsumsi pakan P0 (kontrol/tanpa starbio) cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi pakan P1, P2, P3 (menggunakan starbio). Hal ini karena pada perlakuan P0 pada fase starter tidak diberikan starbio, sehingga konsumsi pakannya rendah. Tetapi pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 yang pakan perlakuannya kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, P3 yang pakan perlakuannya dicampur starbio. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan starbio dalam pakan ayam broiler fase starter memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan ayam broiler fase starter. Secara angka ada kecenderungan jumlah konsumsi pakan ayam semakin meningkat dari tiap perlakuan. Hal ini karena pakan yang digunakan dalam penelitian adalah pakan BR1, jadi nutrisinya sudah sesuai kebutuhan zat gisi dari ayam broiler. Percampuran dengan starbio pada pakan, tidak akan mempengaruhi proses degradasi protein pakan. Wahyu (1998) menyatakan bahwa semakin rendah kandungan energi dalam pakan maka jumlah konsumsi pakan akan semakin meningkat, karena ayam cenderung mengkonsumsi pakan sampai kebutuhan energi metabolis yang diperlukan terpenuhi. Demikian pula sebaliknya apabila energi metabolis yang terkandung dalam pakan sangat tinggi maka ayam akan cenderung mengkonsumsi pakan sedikit. Peningkatan kecernaan oleh starbio disebabkan kandungan berbagai enzim yang dihasilkan oleh mikroba dalam starbio. Enzim-enzim yang dihasilkan dapat memecahkan ikatan senyawa lignin, sellulosa, lignosellulosa, protein dan lemak. Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan (g/ekor), Pertambahan Bobot Badan (g) dan Konversi Pakan Ayam Broiler Fase Starter Selama Penelitian(21 hari) Perlakuan Konsumsi (g/ekor) PBB (g/ekor) Konversi P0 991,5±5,62 a 839,772±24,86 d 1,18±0,03 a P1 998,05±4,55 ab 726,950±45,07 c 1,38±0,08 b P2 1004,05±2,71 ab 577,774±19,01 b 1,74±0,04 c P3 1012,35±1,29 b 505,18±22,28 a 2,01±0,09 d Keterangan: a dan b yang berbeda dalam satu kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

162 Pemberian starbio dapat meningkatan kecernaan bahan pakan sehingga konsumsi pakan meningkat dan diikuti dengan meningkatnya bobot badan sehingga penggunaan pakan lebih efisien dalam saluran pencernaan. Hal ini berkaitan dengan fungsi starbio sebagai probiotik yang mampu meningkatkan kecernaan baik terhadap protein, lemak, sellulosa maupun lignin. Starbio merupakan probiotik yang dapat meningkatkan produksi temak, starbio juga merupakan koloni bekteri alami yang terdiri dari bakteri sellulolitik, lignolitik, proteolitik, dan lipolitik (Anonymous, 2001). Laju jalannya pakan melalui alat pencernaan erat kaitannya dengan nilai daya cerna yang dihasilkan. Apabila tanpa pemberian starbio maka pakan dalam saluran pencernaan tidak akan terjadi proses fermentasi sebelum berada dalara saluran pencernaan. Dengan demikian pakan yang ditambahkan starbio pada perlakuan P1, P2 dan P3 akan lebih mudah tercerna dari pada P0. Selain itu proses fermentasi terjadi oleh kerja enzim yang dihasilkan oleh starbio. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa, enzim yang ditambahkan kedalam pakan dengan maksud mempercepat proses pencernaan pakan atau untuk meningkatkan kegunaannya, terutama untuk unggas yang sangat sedikit mensintesis enzim pencernaan. Dengan demikian ayam yang pakannya ditambahkan starbio pada tingkatan tertentu akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan ayam yang pakannya tanpa pemberian starbio. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan adalah selisih antara bobot badan awal pada penimbangan akhir dengan penimbangan awal. Pertambahan bobot badan di ukur setiap seminggu sekali selama penelitian. Pada Tabel 1 terlihat rata-rata pertambahan bobot badan pada masingmasing perlakuan P0 = 839,772±24,86; P1=726,950±45,07; P2= 577,774±19,0; P3 = 505,18±22,28. Dari data di atas terlihat bahwa penambahan bobot badan semakin tinggi terjadi pada perlakuan P0 yang pakan perlakuannya pakan kontrol. Hal ini disebabkan semakin meningkat proporsi pemberian starbio cenderung meningkatkan angka konversi. Semakin rendahnya pertambahan bobot badan pada perlakuan P2 dan P3 karena organ saluran pencernaan ayam starter belum berkembang secara sempurna sehingga dengan pemberian starbio dalam pakan tidak tercerna secara optimal (baik secara langsung maupun melalui sintesa protein mikroba) sehingga zat nutrisi dalam pakan tidak dapat diserap oleh tubuh tetapi pakan yang dikonsumsi keluar bersama fecesnya. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan starbio pada pakan broiler fase starter memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler fase starter. Komponen tubuh dalam mencerna pakan juga sangat menentukan pertambahan bobot badan ternak. Pakan digunakan untuk semua proses dalam kehidupan, jika ayam menerima pakan maka sebagian dari pakan tersebut merupakan bagian yang dapat dicerna dan sebagian lagi tidak dicerna. Pakan yang tidak dapat dicerna, diserap melalui dinding usus halus untuk keperluan metabolisme tubuh dan produksi (Suharto, 1999).

163 Peningkatan pertambahan bobot badan diduga karena adanya keseimbangan reaksi-reaksi aktifitas enzim dalam saluran pencernaan sehingga mampu memperbaiki daya cema pakan dan mempercepat penyerapan zat-zat pakan lain sehingga dapat dipergunakan untuk pertumbuhan organ-organ tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1998) bahwa enzim-enzim merupakan makanan tambahan dan bukan zat pakan untuk meningkatkan metabolisme dari ayam, sehingga dapat dipergunakan untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik atau produksi yang diinginkan. Sesuai dengan pernyataan Tillman (1991), bahwa sistem pemberian pakan yang didasarkan alas zat-zat makanan yang dapat dicerna lebih baik dan pada yang berdasarkan konsumsi pakan, hal ini karena bahan pakan yang mempunyai daya cerna tinggi mampu mengurangi zat-zat yang terbuang bersama feces. Penambahan starbio dalam ransum akan membantu proses fermentasi pakan sebagai substrat dengan enzim yang dihasilkan oleh starbio. Enzimenzim starbio ini dalam saluran pencernaan akan mengoptimalkan fungsi saluran pencernaan dalam mencena zat-zat makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharto (1999) bahwa penambahan starbio sebanyak 0,25-0,30% dalam ransum ayam pedaging, akan terjadi peningkatan pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang baik. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan parameter yang digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan pakan yaitu perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan ayam daiam waktu tertentu (NRC, 1984). Semakin kecil angka konversi pakan yang dihasilkan berarti pakan yang digunakan semakin baik, sehingga ternak lebih efisien dalam menggunakan pakan untuk keperluan hidupnya (Rasyaf, 2000). Pada Tabel 1 terlihat rata-rata konversi pakan pada masing-masing perlakuan P0 = 1,18±0,03; P1 = 1,38±0,08; P2 = 1,74±0,04; P3 = 2,01±0,09. Dari data di atas terlihat bahwa angka konversi pakan semakin tinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini terjadi karena dimungkinkan pakan yang terkonsumsi tidak dapat dikonversi menjadi daging, akan tetapi terbuang bersama feces. Angka konversi pakan yang rendah pada perlakuan P0 karena adanya penurunan kandungan energi metabolis dalam pakan sehingga akan menentukan banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan starbio dalam pakan broiler fase starter memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan ayam broiler periode starter. Nilai konversi pakan dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan pakan. Konversi pakan yang rendah merupakan harapan dari setiap peternak dalam pemeliharaan ayam broiler. Hal ini didukung oleh pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa konversi pakan yang semakin kecil berarti pakan yang digunakan semakin baik sehingga ternak lebih efisien dalam menggunakan pakan untuk keperluan hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa semakin meningkat proporsi penggunaan starbio cenderung meningkatkan angka konversi pakan, Tingginya konversi pakan pada P3 menunjukkan bahwa efisiensi pakan P3 rendah dimungkinkan pakan yang terkonsumsi tidak dapat dikonversi

164 menjadi daging, akan tetapi terbuang bersama feces. Konversi pakan yang tinggi diakibatkan oleh zat-zat nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan yang tidak dapat dicerna oleh ternak sehingga pakan yang terkonsumsi tidak dapat diubah menjadi daging. Peningkatan kualitas pakan maka terjadi peningkatan pertambahan bobot badan sehingga konversinya lebih baik. Konversi pakan dapat digunakan sebagai gambaran efisiensi pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan berarti efiensi penggunaan pakan semakin meningkat, semakin tinggi nilai konversi pakan maka pakan yang dibutuhkan untuk menaikan bobot badan semakin banyak (Wahyu, 1998). Kesimpulan Semakin tinggi penggunaan starbio sebagai bahan pakan probiotik fase starter berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan serta konversi pakan ayam broiler periode starter. Penggunaan starbio meningkatkan konsumsi pakan menurunkan pertambahan bobot badan serta meningkatkan konversi. Starbio tidak efektif diberikan pada fase starter karena organ pencernaan ayam starter belum berkembang secara sempurna sehingga pakan yang dikonsumsinya tidak tercerna dengan baik. Daftar Pustaka Anggorodi, D. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anonymous. 2000. Brosur Starbio (Higa Efficiency). CV. Inti Kimia Industri. Malang. Anonymous. 2001. Aplikasi Bioteknologi Starbio. LHM Research Station. Solo. NRC. 1984. Nutrient Requirements of Poultry Eighth Revised Edition. National Academy Press. Washington, D.C. Rasyaf, A. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rasyaf, A. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Swadaya. Jakarta. Sastrosupadi, A. 1999. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta. Suharto. 1999. Starbio. PT Multi GunaPress. Solo. Tillman, R. K. 1991. Ilmu Gizi dan Makanan Temak. Dasar. Angkasa. Bandung. Wahyu. 1998. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang. Wiharto. 1995. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Peternakan UNITRI atas sarana dan fasilitas laboratorium sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.