BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

ANALISIS HUKUM PERBANKAN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SK PENGANGKATAN PNS. Oleh : Paula Bawuna 1

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekomplekkan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. adalah usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I P E N D A H U L U A N. perusahaan atau badan usaha memerlukan sumber daya atau faktor faktor produksi

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, sosial dan politik, telah mendudukkan masyarakat Indonesia pada posisi yang sulit. Hanya segelintir orang yang bermental baja dan mempunyai semangat tinggi serta tidak hanya meratapi keadaan yang dapat bertahan dan bangkit kembali. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan, mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian nasional. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund), dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds), sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya, yaitu sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary). Dari berbagai lembaga perbankan tersebut, salah satunya yaitu lembaga keuangan bank. 1 Bank, sebagai salah satu lembaga keuangan yang paling penting dan besar peranannya dalam kehidupan perekonomian masyarakat. Dalam menjalankan peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, dan jasa-jasa lainnya. Adapun pemberian 1 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hal. 77 1

2 kredit itu dilakukan dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. 2 Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu berbentuk simpanan berupa tabungan, giro, atau deposito, pada akhirnya diedarkan kembali oleh bank, misalnya lewat pasar uang (money market), pendepositoan investasi dalam bentuk lain dan terutama dalam pemberian kredit. 3 Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan terbesar dari usaha bank, berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit, yaitu berupa bunga dan provisi. Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sedangkan dalam Pasal 1 ayat (11) yang dimaksud dengan kredit : Adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam kredit, unsur yang penting adalah adanya kepercayaan dan yang lainnya adalah sifat kehati-hatian. Dilihat dari pihak kreditor, maka unsur yang paling penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modalnya dengan mengharapkan pengembalian prestasi, sedangkan bagi debitor adalah bantuan dari kreditor untuk menutupi kebutuhannya berupa prestasi yang diberikan kreditor. Hanya saja antara prestasi 2 O.P. Simorangkir, 1986, Kamus Perbankan, Bandung : Bina Aksara, hal. 33 3 Muhammad Djumhana, Op. Cit, hal. 298

3 dengan pengembalian prestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya, sehingga terdapat tenggang waktu tertentu. Kondisi ini mengakibatkan adanya risiko, berupa ketidaktentuan pengembalian prestasi yang telah diberikan, oleh karena itu diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut. Untuk mengurangi risiko tersebut, menurut penjelasan atas Undang- Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dijelaskan, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitor. Mengingat bahwa jaminan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitor mengembalikan hutangnya, jaminan dapat berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Dalam konteks perkreditan, istilah jaminan sering bertukar dengan istilah agunan. Menurut Muhammad Djumhana, apabila yang dimaksud jaminan itu adalah sebagaimana ditegaskan dalam pemberian kredit menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, maka jaminan itu adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

4 Jaminan dalam perkreditan, memiliki fungsi untuk menjamin pembayaran kredit yang dalam kehidupan dan kegiatan perbankan, bertujuan pula untuk mengamankan dana pihak ketiga yang dikelola pihak bank bersangkutan, selain itu juga untuk memenuhi ketentuan perkreditan yang dilakukan oleh bank sentral. Bank dengan demikian dituntut untuk setiap waktu memastikan, bahwa jaminan yang diterima telah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pengikatan jaminan kredit telah disediakan dan akan mampu memberikan perlindungan yang memadai bagi bank bersangkutan. Dalam hal pemberian fasilitas kredit saat ini, tidak sedikit pihak perbankan menawarkan kredit dengan tanpa jaminan. Pemberian kredit oleh bank harus dilandasi keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya dan wajib dilakukan atas dasar asas pemberian kredit yang sehat dan prinsip kehati-hatian agar pemberian kredit tersebut tidak merugikan kepentingan bank, nasabah debitor dan masyarakat penyimpan dana, oleh karena itu dalam pemberian kredit harus dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit, merupakan salah satu bagian yang sangat strategis dalam kehidupan perbankan. Karena perjanjian kredit merupakan media atau perantara pihak dalam keterkaitan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak pihak yang kekurangan dana dan memerlukan dana. Kenyataan yang nyata perjanjian kredit merupakan pelayanan bank dalam kehidupan serta pengembangan perekonomian.

5 Menurut Marhainis Abdul Hay 4, ketentuan Pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjam mengganti mempunyai pengertian yang identik dengan perjanjian kredit bank. Selanjutnya dalam Pasal 1754 KUH Perdata, disebutkan: Perjanjian pinjam mengganti ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Berbeda halnya dengan Mariam Darus Badrulzaman 5, yang berpendapat bahwa perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan hukum keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensuil (pacta de contrahendo) obligatoir, yang dikuasai oleh Undang- Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dan bagian umum KUH Perdata. Penyerahan uangnya sendiri adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilaksanakan, barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam model perjanjian kredit pada kedua belah pihak. Dengan demikian jelaslah kiranya untuk mengetahui sifat perjanjian kredit bank tidak cukup hanya melihat KUH Perdata dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 4 Marhainis Abdul Hay, 1979, Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta : Pradnya Paramita, hal 147 5 Mariam Darum Badrulzaman, 1983, Perjanjian Kredit Bank, Bandung : Alumni, hal 28

6 saja, tetapi juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku atau dipakai dalam praktek perbankan, yaitu model-model perjanjian-perjanjian kredit. Dalam praktek perbankan pada umumnya, perjanjian kredit sudah dibuat dalam perjanjian yang berbentuk baku atau standar yang tertulis, dan dalam bentuk blangko atau formulir. Formulir tersebut diberikan pada setiap pemohon kredit, yang isinya tidak diperbincangkan melainkan setelah dibaca oleh pemohon kredit, pihak bank hanya meminta pendapat dari nasabah apakah dapat menerima syarat-syarat yang ada dalam formulir atau tidak, sedangkan hal-hal yang kosong dalam perjanjian kredit seperi besarnya pinjaman, besarnya bunga, jangka waktu kredit, dan tujuan pemakaian kredit adalah hal-hal yang tidak mungkin diisi sebelum ada persetujuan dari kedua belah pihak. Isi perjanjian kredit yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam bentuk tertentu yang telah dibakukan menunjuk pada kita bahwa perjanjian kredit dalam praktek perbankan adalah perjanjian yang standar. Perjanjian standar ini oleh Mr. A. Pittlo dinamakan juga perjanjian adhesi 6, sedangkan oleh Mariam Darus Badrulzaman 7 diterjemahkan dengan istilah perjanjian baku. Dalam menghadapi praktek perkreditan yang demikian itu calon nasabah pada umumnya tidak dapat berbuat lain selain menyetujuinya, sebab bila ia tidak menyetujui berarti permohonan kreditnya gagal atau kredit ditolak, sedangkan ia sangat membutukan kredit tersebut.agunan ini menunjukkan adanya perubahan pasar produktif (sektor riil) ke pasar konsumtif. Perubahan tersebut dengan di latar 6 Ibid, hal 32 7,Aneka Hukum Bisnis, 1994, Bandung : Alumni, hal. 35

7 belakangi oleh kondisi dalam sektor riil masih belum mampu beroperasi secara normal. Jadi Bank menganggap sektor riil masih memiliki risiko, apalagi dalam sektor ini digerakkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Oleh karena itu, pihak perbankan menilai kredit komsumtif dengan tanpa mensyaratkan agunan sebagai jaminan kreditnya tersebut layak dikucurkan dan salah satunya dikhususkan pada segmen tertentu yaitu Pegawai Negeri Sipil. Meski begitu, risiko kredit tanpa agunan tetap tak dapat dianggap enteng, secara komulatif tingkat risikonya tetap tinggi, apalagi persyaratannya sangat sederhana dan umumnya tanpa agunan sama sekali (agunan menurut pengertian Undang-Undang Perbankan), walaupun dalam prakteknya tetap dimintakan jaminan, namun jaminan tersebut bukan merupakan barang, baik barang bergerak maupun tidak bergerak, contohnya adalah dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Terlebih lagi dengan kondisi perekonomian dan keamanan yang sangat mempengaruhinya, sebagai contoh dengan adanya dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari isu adanya. Hal inilah yang menimbulkan kendala di dalam upaya debitor untuk melunasi hutangnya dan jika dikemudian hari terjadi kredit macet, sehingga apa yang dapat dijadikan pegangan pihak bank untuk dapat memperoleh kembali uangnya. Menjadi suatu hal yang sangat penting, bahwa penulis ingin mengetahui pelaksanan perjanjian kredit, dan untuk mengetahui upaya pihak bank/kreditor sebagai pengamanan terhadap adanya kredit bermasalah serta pelaksanaan eksekusi terhadap kredit tanpa agunan apabila salah satu pihak wanprestasi.

8 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) merupakan salah satu bank umum yang memberikan kredit dalam bentuk sederhana, prosedur mudah dan tidak rumit, serta syarat yang tidak memberatkan dengan jaminan yang ringan. Salah satu bentuk pelayanan kredit yang ditawarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) adalah perjanjian kredit dengan jaminan surat keputusan pegawai negeri sipil (SK PNS). Perjanjian ini memudahkan bagi Pegawai Negeri Sipil untuk memperoleh kredit dengan cepat. Salah satu kemudahan yang ada pada perjanjian ini adalah pihak debitur (Pegawai Negeri Sipil) tidak perlu kesulitan membayar angsuran sendiri karena secara otomatis gaji pegawai tersebut akan terpotong untuk angsuran setiap bulannya. Hal ini didasarkan dengan adanya surat kuasa pemotongan gaji oleh bendahara instansi setempat. Dengan demikian, kemungkinan resiko terjadinya kredit macet sangat kecil. Tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu permasalahan dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan surat keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengadakan penelitian mengenai aspek jaminan, isi perjanjian, dan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan SK PNS sebagai jaminan. Untuk itu penulis memilih judul ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Study Di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur).

9 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini meliputi : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan surat keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) di BRI Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur? 2. Apa aspek hukum jaminan dalam perjanjian kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) di BRI Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur? 3. Apa hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) dan bagaimana upaya mengatasinya? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a) Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) di Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur. b) Untuk mengetahui aspek hukum jaminan dalam perjanjian kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) di Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur.

10 c) Untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit tersebut dan mengetahui pula upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. 2. Tujuan Subyektif a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai aspek jaminan dalam perjanjian kredit dengan surat keputusan pegawai negeri sipil (SK PNS). b) Untuk melatih kemampuan dan ketrampilan penulis agar siap terjun di dalam masyarakat. c) Untuk memperoleh data yang cukup dan relevan sebagai bahan penulisan hukum guna memenuhi syarat akademis untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi pengembangan disiplin ilmu hukum. b. Dapat menambahkan literatur atau bahan-bahan infomasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian dan penulisan ilmiah bidang hukum selanjutnya.

11 c. Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang dikaji. 2. Manfaat Praktis a. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat pada umumnya dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada khususnya tentang aspek jaminan dalam perjanjian kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS). b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam menyelesaikan hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit itu. c. Pelaksanaan hasil penelitian dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam dunia perbankan. E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya 8. Metode atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian yaitu antara lain : 8 Khadzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono,2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 3

12 1. Jenis Penelitian Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti data sekunder pada awalnya untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekamto, pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan reponden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata 9. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur telah melaksanakan perjanjian kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil (SK PNS) sebagai jaminannya, sehingga di tempat itu penulis dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian hukum ini. 4. Jenis Data Data yang digunakan untuk medukung penelitian hukum ini yaitu : 9 Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta :UI Press

13 a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama atau melalui penelitian dilapangan dengan mengadakan wawancara terhadap staff PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur bagian perkreditan dan beberapa nasabah debitur ( Pegawai Negeri Sipil ). b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang tidak yang tidak diperoleh secara langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan berbagai buku, arsip, dokumen, peraturan perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara atau teknik tertentu guna memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni : a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

14 Penulis melakukan wawancara secara terstruktur dengan staff PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur bagian perkreditan dan beberapa nasabah debitur (Pegawai Negeri Sipil). b. Studi Pustaka Studi pustaka berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan cara mengkaji sunstansi atau isi suatu bahan hukum yang berupa buku, peraturan perundang-undangan, dokumen dan bahan pustaka lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 6. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikannya kemudian menghubunghubungkannya dengan teori yang berkaitan dengan masalahnya dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yang menggambarkan permasalahan yang diteliti. F. SISTEMATIKA SKRIPSI Untuk mempermudah dalam pembahasan, menganalisis serta menjabarkan isi dari penulisan hukum maka penulis menyiapkan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

15 D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sisitematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Unsur-unsur Perjanjian 3. Syarat-syarat sahnya Perjanjian 4. Asas-asas Perjanjian 5. Akibat Perjanjian 6. Hapusnya Perjanjian B. Tinjauan tentang Kredit 1. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit 2. Unsur-unsur Kredit 3. Tujuan dan Fungsi Kredit 4. Fungsi Perjanjian Kredit dan Klausula dalam Perjanjian Kredit 5. Prinsip-prinsip pemberian kredit C. Tinjauan tentang Jamian Kredit 1. Pengertian Jaminan Kredit 2. Kegunaan jaminan kredit 3. Jenis jaminan kredit Gadai

16 Hak Tanggungan Jaminan Fidusia 4. Surat keputusan pegawai negeri sipil sebagai jaminan kredit BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi umum PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo slamet Riyadi Unit Palur B. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil di Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur C. Aspek jaminan dalam perjanjian kredit dengan surat keputusan pegawai negeri sipil di Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur D. Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan surat keputusan pegawai negeri sipil dan Upaya mengatasinya BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN