BAB I PENDAHULUAN. Bagi orang muslim, pelunasan harta semata-mata sebagai cermin kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PENYALURAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH KEPADA PARA MU ALAF DI (BAZ) BADAN AMAL ZAKAT SUMSEL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesama manusia atau hablun minannas. Hubungan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi,

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu: Berdasarkan uraian yang terkandung dalam alinea keempat pembukaan

IMPLEMENTASI KETENTUAN PEMBAYARAN ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK. (Studi di KPP Pratama Sukoharjo)

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB IV ANALISIS KONSEP ZAKAT DAN PAJAK DALAM PEMIKIRAN MASDAR FARID MAS UDI. A. Analisis Terhadap Konsep Zakat dan Pajak Dalam Pemikiran Masdar Farid

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

SERTIFIKASI TANAH WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

PANDANGAN ULAMA ACEH TIMUR TERHADAP PEMBAGIAN ZAKAT FITRAH SECARA MERATA (Analisa Terhadap Kasus Pembagian Zakat Fitrah di Kampung Pasir Putih)

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalah. Muamalat secara bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini adalah usaha mikro. Lokasi penelitian terpilih adalah Kota. fakta ini tergambar dalam tabel berikut: Tabel 1.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja atas melimpahnya harta benda.

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Islam sebagai agama universal tidak hanya berisi ajaran mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya yang berupa ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang disebut muamalah. Muamalah merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi dengan cara interaksi antar umat manusia, misalnya melalui kegiatan ekonomi. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja dengan melimpahnya harta benda. Bagi orang muslim, pelunasan harta semata-mata sebagai cermin kualitas imannya kepada Allah SWT. Kepentingan zakat merupakan kewajiban agama seperti halnya sholat dan menunaikan ibadah haji. Islam memandang bahwa harta kekayaan adalah mutlak milik Allah SWT, sedangkan manusia dalam hal ini hanya sebatas pengurusan dan pemanfaatannya saja. Harta adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan pembelanjaannya di akhirat nanti. Dengan demikian, setiap muslim yang kekayaannya telah mencapai nisab dan hawl berkewajiban untuk mengeluarkan zakat baik zakat fitrah maupun zakat maal. 1 Sebagaimana diketahui, zakat maal (zakat harta) yaitu sebagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu 1 Muhammad, 2002, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, Jakarta: Salemba Diniyah, hlm. 2. 1

2 tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Zakat fitrah yaitu pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada malam dan hari raya Idul Fitri yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar. 2 Dalam hadist, dengan sifatnya sebagai ibadah kemasyarakatan, pelaksanaan zakat harus menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama lembaga-lembaga keuangan dan pihak pemerintah. Sebab, zakat bukanlah masalah pribadi yang pelaksanaannya diserahkan kepada kesadaran individu masing-masing, atau hanya sebatas tugas para ulama dan pengelola zakat yang serba terbatas. 3 Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi hablum minallah dan dimensi hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin di capai oleh islam di balik kewajiban zakat adalah sebagai berikut : 4 1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan. 2. Membantu pemecahan permasalahan yang di hadapi oleh gharim, ibnussabil dan mustahiq dan lain-lainnya. 3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya. 4. Menghilangkan sifat kikir pemilik harta kekayaan. 5. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati orangorang miskin. 2 Yusuf Qardhawi, 2006, Hukum Zakat, Bogor: Pustaka Antar Nusa, hlm. 297. 3 Setiawan Budi Utomo, 2009, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Bandung : Mizan Pustaka, hlm. 15 4 Elsi Kartika Sari, 2007, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta : Grasindo, hlm. 12-13

3 6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat. 7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta. 8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya. 9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial. Zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia terutama Islam. Di dalam berzakat terdapat beberapa hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia. Bentuk hubungan sosial kemasyarakatan diantara manusia adalah sebagai berikut: 5 1. Mensucikan diri dari kotoran dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan akhlak mulia menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan mengikis sifat bakhil (kikir), serta serakah sehingga dapat merasakan ketenangan batin, karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan tuntutan kewajiban kemasyarakat. 2. Menolong, membina, dan membangun kaum yang lemah untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah SWT. 3. Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika melihat orang-orang sekitarnya penuh dengan kemewahan, sedangkan ia 5 Ibid, hlm. 13-14

4 sendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya. 4. Menuju terwujudnya sistem masyarakat islam yang berdiri di atas prinsip umat yang satu (ummatan wahidatan), persamaan derajat, hak, dan kewajiban (musawah), persaudaraan islam (ukhuwah islamiah), dan tanggung jawab bersama (takaful ijtimai). 5. Mewujudkan keseimbangan dalam dalam distribusi dan kepemilikan harta serta keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. 6. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang di tandai dengan adanya hubungan seorang dengan yang lainnya rukun, damai, dan harmonis, sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian lahir batin. Dengan demikian penulis menyimpulkan terdapat persamaan manfaat zakat dengan pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan patikelir kesektor) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven) 6. Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya uuntuk membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sabagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain. 7 6 Rahmat Soemitro, 1992, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Yogyakarta: liberty hlm. 57 7 Yusuf Qordawi, 1998, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera antar nusa, hlm. 999

5 Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban yang harus dilaksanakan, namun dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan dualisme sistem potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam konteks mensejahterakan rakyat. Di Indonesia telah ada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto, dan juga untuk menujang pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini di bentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berfungsi mengelolah hasil zakat yang telah di kumpulkan. Dalam pelaksanaannya BAZNAS dan LAZ juga di bentuk di tiap-tiap Kabupaten/Kota guna membantu pengumpulan, pengelolaan, serta pendayagunaan zakat agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) menyebutkan, (1) Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi: a. zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; atau b. sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama

6 Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. (2) Zakat atau sumbangan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang atau yang disetarakan dengan uang. Dengan diberlakunya Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat dan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan, secara eksplisit diakui adanya perbedaan antara zakat dengan pajak. Pemberlakuan dua Undang-Undang tersebut memisahkan dengan tegas antara kewajiban menunaikan zakat bagi umat islam dan kewajiban pajak bagi wajib pajak. Namun aspek efektivitas penarikannya bagi perekonomian, pengakuan pengeluaran zakat dalam akuntansi pajak dan metode pengkreditan zakat atas pajak. Zakat dan pajak dapat diharapakan mewujudkan cita-cita negara sebagai pensejahteraan perekonomian rakyat. Pada saat diundangkan, terdapat kendala pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat yang menyebutkan bahwa zakat yang telah di bayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di kurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat. Oleh sebab itu ditetapkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan yang diberlakukan mulai tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas Undang- Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, menegaskan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang di bentuk dan disahkan oleh

7 pemerintah dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak dalam perhitungan pajak penghasilan orang pribadi maupun badan dan zakat bukan merupakan obyek pajak bagi si penerima zakat. Pemerintah telah melibatkan diri lebih jauh dalam pengelolaan zakat dengan membentuk Badan Amil Zakat di berbagai tingkat kewilayahan dari kecamatan hingga nasional. Pemerintah juga mengukuhkan dan mengawasi Lembaga Amil Zakat yang dibentu secara swadaya oleh masyarakat sehingga pengelolaan dana zakat dapat lebih dipertanggungjawabkan. Berdasarkan gambaran permasalahan diatas, hal ini telah mendorong penulis untuk mengkajinya kedalam skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar) B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Pembahasan dalam skripsi ini agar terfokus pada obyek kajiannya perlu dilakukan pembatasan masalah, maka permasalahan yang dikaji bersifat terbatas dengan alasan sebagai berikut: 1. Luasnya cakupan bidang pada pendayagunaan zakat yang di lakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. 2. Badan Hukum yang akan di teliti merupakan lembaga/badan zakat yang di bentuk oleh pemerintah Kabupaten Karanganyar yang berfungsi mengumpulkan serta mengelola dana zakat dari warga Kabupaten Karanganyar.

8 3. Pembahasan yang akan di teliti adalah proses pendistribusian dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa pokok permasalahan yang akan dijadikan arah pembahasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun yang menjadi pokok masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kabupaten Karanganyar? 2. Apakah mekanisme pengelolaan zakat di Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur zakat di Indonesia? C. Tujuan Dan Manfaat Penilitian 1. Tujuan Penelitian Penulis dalam melakukan penelitian ini mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kabupaten Karanganyar. b. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan zakat di Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur zakat di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Selain memimiliki tujuan yang jelas, setiap penelitian juga tidak lepas dari manfaat apa yang akan diperoleh dari penelitian ini:

9 a. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum islam pada umumnya. Dan pada khususnya mengenai perwujudan nilai-nilai hukum perjanjian. b. Manfaat Praktis 1. Memberikan bahan masukan sendiri mengenai ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian ini. 2. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis untuk menelaah perwujudan hukum islam khususnya dalam bidang zakat. 3. Untuk menyelesaikan penulisan hukum sebagain syarat wajib bagi setiap mahasiswa dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. D. Kerangka Penelitian Menurut Al Mawardi zakat adalah istilah bagi pengambilam tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu, untuk diberikan kepada golongan tertentu. 8 Dan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan patikelir kesektor) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (publieke uitgaven). 9 Dengan fungsi zakat yang secara substansi 8 Didin Hafidhuddin, 2003, Buku Pintar Panduan Praktis Zakat, Jakarta, Inti Mandiri Sejahtera, hlm. 19 9 Rahmat Soemitro, Loc.Cit

10 terdapat beberapa kemiripan, oleh sebab itu timbul Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Akan tetapi pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat belum terealisasikan karena Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan yang berlaku pada saat itu belum terdapat aturan yang mengatur zakat. Oleh sebab itu kemudian ditetapkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang berbunyi: harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b kecuali zakat penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam kepada badan zakat nasional dan lemabaga amil zakat yang disahin oleh pemerintah Dalam hal ini permasalahan yang timbul adalah adanya anggapan bahwa umat islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari penghasilan yang diperolehnya. Dalam masalah zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, pemerintah memperkuat dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto pada Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2): (1) Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi: a. zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri

11 yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; E. Metode Penelitian Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada pada penelitian ini, maka perlu menggunakan metode-metode penelitian sebagai suatu sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang di teliti. Penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematika dengan metode dan teknik tersebut yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan cara menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian skripsi adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada prinsipprinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam kehidupan manusia. 10 Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagi keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah- 10 Burhan Ashshofa,2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 20.

12 kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dalam dan dari aksi dan interkasi antar mereka. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini mendasarkan pada jenis penelitian yang bersifat deskriptif, karena bersifat melukiskan ini dapat dikatakan tidak jauh berbeda dari sifat menjelajah, dimana pengetahuan dan pengertian si peneliti masih dangkal terhadap masalah yang diteliti, namun dikarenakan si peneliti bermaksud untuk melukiskan gejala atau peristiwa hukum dengan tepat dan jelas maka ia mencoba menggambarkan hasil penelitian itu. 11 Dengan demikian bermaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang: 1. Mekanisme pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kabupaten Karanganyar. 2. Mekanisme pengelolaan zakat di Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur zakat di Indonesia. 3. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis mengambil lokasi penelitian di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. Penulis memilih lokasi penelitian di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar karena di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar merupakan badan hukum 11 Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju, Th. 1995, hlm. 10

13 yang sudah mendapatkan izin lembaga dari pemerintah pusat dan bersifat nasional, disamping itu pemahaman masyarakat Kabupaten Karanganyar terkait pengelolaan zakat kurang menyeluruh. Dengan pertimbangan tersebut memilih lokasi penelitian di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. 4. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer 1) Data primer meliputi data tentang pembayaran zakat masyarakat Kabupaten Karanganyar kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. 2) Pembayaran pajak masyarakat Kabupaten Karanganyar. 3) Al-Qur an dan Hadist 4) Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolan Zakat dan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. 5) Peraturan pemerintah No. 60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto. b. Data Sekunder Data Sekunder meliputi buku, literatur, jurnal ilmiah serta peraturanperaturan lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

14 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang benar maka dalam hal ini dilakukan pengumpulan data dengan cara: a. Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan/tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal (berhubungan dengan lisan), bertatap muka di antara interviewer (pewawancara) dengan para informan atau responden yang menjadi interviwi (intervewee), yaitu para anggota masyarakat yang diwawancara. 12 Pada penelitian ini pewawancara adalah peneliti dan yang diwawancara adalah informan. Wawancara dilakukan secara baku terbuka yaitu urutan, kata-kata, dan cara penyampaian dilakukan secara sama untuk informan. Adapaun yang menjadi informan adalah : i. Kepala Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. ii. Kepala Bid. Administasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. iii. Beberapa orang yang menggunakan jasa Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar. b. Studi Kepustakaan (Library Research) Studi Kepustakaan adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis sebagai data sekunder dan data primer yang berkaitan dengan ojek penelitian. 13 12 Loc.Cit hlm. 78 13 Loc.Cit hlm. 44

15 Pada awal tahap, disamping akan dilakukan studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara: mencari, menginvestarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan data-data sekunder yang lain, yang berkaitan dengan fokus permasalahannya, kemudian akan dilakukan wawancara secara intensif dan mendalam terhadap para informan, dan observasi tidak terstuktur, yang ditujukan terhadap beberapa orang informan dan berbagai situasi. Kedua cara yang dilakukan secara simultan ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih terperinci dan mendalam, tentang apa yang tercakup di dalam berbagai permasalahan yang telah ditetapkan terbatas pada satu fokus permasalahan tertentu, dengan cara mencari kesamaan-kesamaan elemen yang ada dalam masing-masing bagian dari fokus permasalahan tertentu. 6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen penunjangnya berupa, rekaman/catatan harian di lapangan, daftar pertanyaan dan tape recorder. F. Sistematika Penulisan Hasil Penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis, kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan berikut: BAB I : PENDAHULUAN berisikan tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, kerangka pemikitan, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

16 BAB II : LANDASAN TEORI berisikan tentang tinjauan umum tetang zakat, (pengertian zakat, jenis-jenis zakat, tujuan dan fungsi zakat), tinjauan umum tentang pajak penghasilan (pengertian pajak, jenis-jenis pajak, tujuan dan fungsi pajak), tinjauan umum tentang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAB III : HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN berisikan tentang mekanisme pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar, serta mekanisme pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengatur zakat di Indonesia. BAB IV : PENUTUP berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.