BAB I PENDAHULUAN. mempercepat perkembangan diri pelajar (Abu Bakar, 2010 : 8).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga

IV. GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. SMP Negeri 19 Bandar Lampung merupakan salah satu SMP milik pemerintah

KONSEP DASAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful K

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat SMPN 13 Bandar Lampung. Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bimbingan konseling merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran tetapi

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam perkembangannya dihadapkan pada sejumlah tuntutan,

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya saja apakah potensi yang diberikan tersebut dapat diaktualisasikan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research),

BAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan hasil penelitian, pada

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Bk Se- Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari luar dirinya. Dengan pendidikan inilah peserta didik dapat

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017

A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN. 1. Analisis kondisi fisik sekolah

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

Bimbingan Dan Konseling (Guidance & Counseling) Sugiyatno, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang kebiasaan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

ARTIKEL ILMIAH MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 40 MUARO JAMBI

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

Instrumen EVALUASI PROGRAM Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membantu murid menguasai pengetahuan secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB III METODE PENELITIAN. studi kasus adalah dikarenakan fenomena yang terjadi bersifat kasuistik dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. analisis dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif dilakukan

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

2. Faktor pendidikan dan sekolah

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan untuk bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orangtua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru untuk memastikan bahwa mencapai dalam bidang akademik. Olehkarena itu konselor mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan pelajar. Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman sendiri, betapa dalam dan luasnya pengalaman itu, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka, dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri dan sumber diri mereka yang bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar (Abu Bakar, 2010 : 8). Permasalahan yang dialami para siswa disekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih-lebih lagi disebabkan karena sumber permasalahan siswa banyak yang terletak diluar sekolah. Dalam kaitan itu permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangan dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang di selenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah upaya melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan dan konseling serta upaya melakukan pembagian kerja diantara anggota organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Adapun tugas personel sekolah yang berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling disekolah yaitu, kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, wakil kepala sekolah yang membantu kepala sekolah membantu mengkoordinasikan pelaksanaan

bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah, koordinator guru pembimbing / konselor yaitu mengkoordinasi para guru pembimbing dalam memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing / konselor memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling, staf administrasi yaitu untuk konseling personel yang memiliki tugas bimbingan dan konseling khusus, diantaranya membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran adalah personel yang sangat penting dalam melakukan kerja sama dengan guru pembimbing, dan yang terakhir adalah wali kelas sebagai mitra kerja konselor yang membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya (Abu Bakar, 2010: 60). Tugas guru disekolah banyak sekali. Ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang ia berikan. Berdasarkan perencanaan tersebut guru melaksanakan pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran yang telah dilaksanakan. Di dalam pelaksanaan pengajaran, tugas guru bukan hanya memberikan pengajaran, tetapi juga harus memberikan bimbingan belajar kepada para siswa yang lambat agar perkembangannya sejajar dengan yang lain. Yang normal dan cepat belajar pun tetap memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya (Nana Syaodih, 2004: 241). Seorang peserta didik yang melanggar tata tertib dapat ditindak oleh semua guru/petugas lain, guru piket, wali kelas bahkan langsung oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan (dengan menggunakan kartu komunikasi). Sementara itu guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatar belakangi sikap dan tindakan peserta didik tersebut. Dalam hal ini guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah peserta didik tersebut dengan meneliti latar belakang tindakan peserta didik melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasikannya. Wali kelas memiliki tugas dalam bimbingan dan konseling yaitu membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya, membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa mengikuti khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling, memberikan

informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing, menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, ikut serta dalam konferensi kasus (Abu Bakar, 2010: 60 ). Kegiatan bimbingan konseling di sekolah belum berjalan dengan mestinya, kegiatan yang dilaksanakan belum nampak secara nyata, hanya sekadar tulisan saja. Guru pembimbing pun belum seutuhnya mengetahui ruang lingkup bimbingan konseling. Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah seharusnya berjalan sesuai yang tertera dalam program BK, dan dilaksanakan dengan bantuan atau partisipasi oleh personel sekolah lainnya, misalnya guru kelas, guru bidang studi, bahkan kepala sekolah itu sendiri, tanpa partisipasi guru-guru yang lainnya pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling kurang terlaksana. Walaupun guru berpartisipasi tapi masih timbul persepsi-persepsi positif dan negatif dari guru-guru yang lain termasuk guru bidang studi. Persepsi negatif inilah yang akan diluruskan sehingga persepsi guru bidang studi positif dan meningkatkan partisipasi guru bidang studi juga. Masih belum ada kesepakatan semua pihak, maka dapat dimengerti kalau sampai sekarang masih banyak kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan konseling itu. Kesalahpahaman seperti itu lebih mungkin terjadi mengingat pelayanan bimbingan dan konseling dalam waktu yang relatif tidak begitu lama telah tersebar luas, terutama kesekolahsekolah, di seluruh pelosok tanah air. Bidang bimbingan konseling yang telah tersebar luas itu digeluti oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi.sebagian besar diantara mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Berdasarkan pengalaman yang penulis lalui sendiri waktu melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), sangat terlihat kurang terbinanya hubungan kerjasama antara guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah siswa, hal ini berdampak terhadap diri siswa itu sendiri, yakni siswa tidak menemukan seseorang yang tepat dalam membantu dirinya menyelesaikan masalahnya. Guru bimbingan dan konseling kurang mendapat partisipasi atau dukungan dari guru bidang studi sehingga setiap kali melayani anak didik yang sedang bermasalah, maka guru bimbingan dan konseling selalu merasa kesulitan. Ditambah lagi persepsi guru bidang studi yang negatif terhadap bimbingan dan konseling

Berdasarkan latar belakang diatas serta fenomena yang terjadi dilapangan, maka penulis menganggap penting untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Guru Bidang Studi Terhadap Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Di SMP Negeri 1 Panyabungan Selatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang pentingnya kegitan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Timbulnya persepsi guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling. 3. Kurangnya partisipasi yang diberikan guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Sejauh mana guru dapat membantu kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. C. Pembatasan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalah yang berhubungan dengan persepsi dan partisipasi guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Bagaimana gambaran persepsi guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Bagaimana gambaran partisipasi guru bidang studi tentang kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 3. Bagaimana hubungan persepsi dengan partisipasi guru bidang studi terhadap pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi guru bidang studi di SMP Negeri I Panyabungan Selatan.

2. Untuk mengetahui gambaran partisipasi guru bidang studi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri I Panyabungan Selatan. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi dengan partisipasi guru bidang studi di SMP Negeri I Panyabungan Selatan. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi guru BK manfaatnya untuk mengetahui persepsi dan partisipasi guru bidang studi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. 2. Bagi guru bidang studi, manfaatnya untuk mengetahui gambaran positif dari kegiatan bimbingan konseling di sekolah. 3. Sebagai satu usaha meningkatkan hasil-hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling.