BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

2016 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) D ALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT KALIMAT BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu saling berhubungan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fitri Rahmawati, 2013

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem persaingan bebas dalam segala kehidupan. Kita harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari asumsi bahwa bahasa merupakan sarana berkomunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, khususnya bahasa asing akan mempermudah komunikasi serta. memperlancar hubungan kerjasama dengan bangsa lain.

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam berbagai kesempatan. Dari observasi yang dilakukan penulis. bagian yang paling tinggi tingkat kesulitannya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Menurut Haviland (dalam Fahrin, 2012), bahasa adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Andina Pernatawaty,2014 PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca dalam pembelajaran bahasa termasuk ke dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang dengan pesatnya. Untuk itu manusia dituntut cepat pula

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

garis awal atau start sampai dengan finish atau rencana dan pengaturan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan bahasa asing kedua yang diajarkan di SMA setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini menuntut peningkatan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini, kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir Tarigan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fitri Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk mengungkapkan kembali berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Di era globalisasi sekarang ini, manusia tidak hanya dituntut menguasai bahasa nasional, tetapi dituntut juga menguasai bahasa asing guna menunjang kebutuhan berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, penguasaan bahasa asing sangatlah penting untuk berkomunikasi dengan negara lain. Di dalam kancah internasional ada beberapa bahasa yang sudah menjadi bahasa internasional yang digunakan dalam berkomunikasi antar bangsa, diantaranya adalah Bahasa Jepang. Pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia berkembang dengan pesat. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang mempelajari Bahasa Jepang untuk kebutuhan akademik, komunikasi maupun profesional. Pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia diselenggarakan dari SMA sampai tingkat perguruan tinggi, yang masing masing mempunyai tujuan dan misi muatan yang berbeda. Setiap jenjang pendidikan memiliki kebutuhan dan kekurangan sendiri yang sebenarnya tidak dapat dibandingkan karena keduanya memang berbeda. Kesamaan diantara jenis lembaga pendidikan tersebut adalah mengajarkan bahasa Jepang, terutama mengajarkan keterampilan bahasa Jepang. (Danasasmita, 2002 : 85) Pada hakikatnya tujuan utama pembelajaran Bahasa Jepang adalah untuk meningkatkan empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. (Danasasmita, 2009: 80). Hal serupa juga dikemukakan oleh Yoshio Ogawa (1985:602) bahwa:

Aktifitas bahasa terdiri dari mengungkapkan, memahami pikiran dan perasaan melalui tanda bahasa dan ini terdiri dari empat keterampilan yang disebut dengan yonginou yang terdiri dari berbicara dengan mulut, mendengarnya dengan telinga, membaca dengan mata dan menulis dengan tangan. Didalam mempelajari Bahasa Jepang, diperlukan motivasi berkomunikasi dalam diri siswa. Motivasi berkomunikasi sendiri muncul dari dorongan internal maupun eskternal dalam diri siswa untuk mengungkapkan ide, gagasan, untuk berkomunikasi secara lisan maupun berkomunikasi dengan menggunakan tulisan. Motivasi merupakan keseluruhan tujuan atau orientasi pembelajar Bahasa Jepang. Gardner dan Lambert dalam Ellis (1972:14) membedakan motivasi menjadi motivasi instrumental dan motivasi integratif. Iman Suroso dalam Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985:163) menjelaskan: motivasi instrumental adalah keinginan belajar suatu bahasa karena bahasa itu berguna untuk tujuan instrumental tertentu seperti mendapatkan pekerjaan, membaca koran, atau lulus tes. Sedangkan motivasi integratif adalah keinginan belajar bahasa agar bisa berkomunikasi dengan orang dari budaya lain yang menggunakan bahasa itu. Gardner dan Lambert dalam Iman Suroso (2011:163) mengatakan: pembelajaran dengan orientasi yang berbeda bisa sama sama termotivasi belajar secara intensif. Akan tetapi siswa yang berorientasi secara integratif pada akhirnya akan lebih mampu memelihara dorongan untuk menguasai bahasa. Siswa yang memiliki motivasi integratif memperoleh nilai profisiensi yang lebih baik. Akhirnya disimpulkan bahwa dibandingkan dengan motivasi instrumental, motivasi integratif lebih menunjang keberhasilan pembelajaran. Hal serupa juga diungkapkan oleh KKBI (2008:116) menjelaskan: Peran motivasi berkomunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, hal ini dikarenakan erat kaitannya dengan hubungan sosial di masyarakat, karena. kembali lagi pada sosok asli bahasa yang merupakan suatu lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Oleh karena itu, hal yang dianggap penting ketika mempelajari suatu bahasa adalah motivasi berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.

Jika dilihat dari realita saat ini, motivasi berkomunikasi dalam Bahasa Jepang masih merupakan masalah. Salah satunya terjadi di SMAN 2 Bandung. Melalui studi pendahuluan di SMAN 2 Bandung khususnya dikelas X, penulis menemukan fenomena yang menarik, yaitu sebagian besar siswa masih merasa kesulitan berkomunikasi menggunakan bahasa jepang. Pada aspek menyimak, siswa merasa Bahasa Jepang masih asing didengar, dengan demikian siswa mengalami kesulitan memaknai kalimat yang mereka dengarkan. Pada aspek berbicara, sebagian besar siswa cenderung malu malu bahkan ada yang tidak berani berkomunikasi menggunakan Bahasa Jepang dengan alasan takut salah dalam pelafalannya. Pada aspek membaca, siswa merasa kesulitan untuk membedakan cara membaca bahasa jepang, dikarenakan aksara dalam Bahasa Jepang banyak yang serupa. Pada aspek menulis, Bahasa Jepang terdiri dari 4 jenis tulisan yang berbeda, membuat siswa berkesulitan dalam menentukan jenis tulisan yang akan mereka lakukan. Selain itu, informasi lebih kuat mengenai motivasi siswa didapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Imas Elimah selaku guru mata pelajaran Bahasa Jepang yang menyatakan masih terdapat kendala dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Jepang khususnya pada aspek berbicara dan menulis. Dari hasil studi pendahuluan terlihat jelas, bahwa penurunan motivasi yang ada berupa penurunan motivasi berkomunikasi. Mengatasi masalah motivasi berkomunikasi tersebut maka sejak tahun 2013, SMAN 2 Bandung menyediakan Laboratorium Bahasa bagi pembelajaran Bahasa Jepang. Laboratorium Bahasa merupakan suatu hal yang sangat vital di Sekolah Menengah Atas. Seperti yang diketahui untuk bisa meningkatkan kualitas pendidikan sesuai tujuan pendidikan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga kebutuhan sarana dan prasarana harus terpenuhi sesuai dengan materi pelajaran yang telah direncanakan.

Pentingnya Laboratorium Bahasa di Sekolah Menengah Atas ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) nomor 24 tahun 2007 tentang stándar sarana dan prasarana yang isinya sebagai berikut: Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa di tingkat satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas berfungsi sebagai sumber belajar. Sumber belajar didirikan untuk memberikan fasilitas belajar mengajar yang lebih luas, dalam hal ini keberadaan Laboratorium Bahasa sebagai sumber belajar sangat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara fungsional dengan adanya sumber belajar maka diperoleh kesempatan untuk memberikan motivasi siswa dalam hal kemandirian belajar serta dapat membuka paradigma baru siswa dalam pengalaman belajarnya. Selain itu, Laboratorium Bahasa dianggap berperan penting dalam menyediakan exposure yang tepat bagi siswa dan oleh karenanya banyak Sekolah Menengah Atas di Indonesia menyediakan Laboratorium Bahasa sebagai salah satu fasilitas penting dalam belajar bahasa asing. Decaprio (2013:163) dalam bukunya Tips Mengelola Laboratorim Sekolah, mengatakan: Keberadaan Laboratorium Bahasa dewasa ini sangat penting perannya. Pasalnya, penguasaan bahasa asing kini menjadi kewajiban agar bisa menguasai dunia, belajar diluar negeri, serta mempelajari banyak hal yang bersumber dari literature asing. Karena itu, semua orang pun berlomba lomba belajar bahasa asing. Belajar bahasa asing disekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan cara belajar di sebuah ruangan yang disebut laboratorium bahasa

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan, kondisi laboratorium bahasa yang ada di SMAN 2 Bandung belum dimanfaatkan secara maksimal. Terlihat dari CD pembelajaran maupun bahan ajar yang dibutuhkan untuk mata pelajaran Bahasa Jepang belum menunjang keterampilan berkomunikasi. Selain bahan ajar yang belum menunjang, dari segi pemanfaatannya, kegiatan pembelajaran Bahasa Jepang hanya menggunakan media televisi untuk kegiatan menyimak. Alasan guru Bahasa Jepang hanya menggunakan Laboratorium Bahasa untuk kegiatan menyimak dikarenakan masih kesulitan dalam mengoperasikan alat alat yang ada di laboratorium bahasa. Karena laboratorium bahasa hanya digunakan dalam kegiatan menyimak, keterampilan komunikasi yang dimiliki siswa kurang terasah. Dari masalah tersebut, berpengaruh pada motivasi berkomunikasi siswa dalam menggunakan Bahasa Jepang. Melihat permasalahan pemanfaatan yang ada di Laboratorium Bahasa di SMAN 2 Bandung, maka penulis perlu melakukan penelitian tentang hubungan antara pemanfaatan Laboratorium Bahasa sebagai sumber belajar sehingga dapat mempengaruhi motivasi siswa berkomunikasi Bahasa Jepang di SMAN 2 Bandung. B. Rumusan Masalah Masalah umum yang akan diteliti pada penelitaian ini adalah Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada kelas X SMAN 2 Bandung? Adapu masalah khusus yang akan diteliti yaitu: 1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek menyimak?

2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek berbicara? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek membaca? 4. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek menulis? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penulis membagi tujuan penelitian menjadi dua, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dilakukannya penelitaian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas bagaimana penggunaan Laboratorium Bahasa dengan motivasi berkomunikasi Bahasa Jepang siswa di SMA 2 Bandung. Adapun tujuan khusus yang akan diteliti yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek menyimak. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek berbicara. 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek membaca. 4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan antara pemanfaatan berkomunikasi Bahasa Jepang pada aspek menulis.

D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang saya kemukakan, maka manfaat umum dari hasil penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian juga memberikan informasi dan gambaran yang jelas tentang Sumber Belajar khususnya Laboratorium Bahasa di SMAN 2 Bandung. Adapun manfaat hasil penelitian secara khusus diharapkan dapat membantu beberapa pihak yang terkait, yaitu: 1. Bagi penulis, bagi siswa, sekolah serta jurusan, untuk memperdalam pemahaman mengenai pemanfaatan Laboratorium Bahasa sebagai Sumber Belajar 2. Bagi sekolah yang dituju, sebagai salah satu bahan masukan dalam kerangka menigkatkan fungsi Laboratorium Bahasa sebagai Sumber Belajar, untuk siswa mengenai cara penggunaan dan tanggung jawab siswa selaku pengguna Laboratorium 3. Bagi jurusan, sebagai kepentingan pengayaan bahan kajian perkuliahan mengenai Manajemen Pusat Sumber Belajar. E. Struktur Organisasi Penulisan Rincian urutan penulisan setiap isi bab dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penulisan. BAB II : Kajian Pustaka, bab ini terdiri dari konsep-konsep dan landasan teori mengenai Laboratorium Bahasa, sumber belajar, motivasi, komunikasi dan mata pelajaran Bahasa Jepang. Dalam bab ini juga dipaparkan relevansi penelitian terdahulu, serta asumsi dan hipotesis penelitian yang ditetapkan. BAB III : Metode Penelitian, bab ini terdiri dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumen, dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian serta pembahasan atau analisis penelitian yang dilakukan. BAB V : Simpulan dan Saran, bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta penyajian saran berupa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.